Happy Reading 🍓
***
Nawang tahu bahwa setiap malam Minggu, suasana rumah di sampingnya memang selalu ramai, berisik oleh gelak tawa para pemuda yang pecah. Namun, seingatnya sekarang bukan malam Minggu, pun hari masih sore saat ia membuka tirai jendela kamar untuk memeriksa keadaan di luar.
Di bawah, tepatnya di depan rumah tetangganya, suara raungan motor terdengar kencang. Hal itulah yang menyebabkan Nawang terbangun dari tidur siangnya. Gadis itu mendengkus kesal, sudah merasa tidak heran lagi jika yang berulah demikian adalah Razka—cowok rusuh yang sayangnya berstatus sebagai tetangga barunya. Sebagai manusia yang terbiasa hidup dalam kedamaian, Nawang tidak suka atas kehadiran cowok itu dengan segala kerusuhan yang dibawanya.
Tidak jarang Razka membuat polusi suara, seperti menarik gas motornya kencang-kencang, tidak peduli saat pagi maupun sore hari.
Jika saja di bawah sana tetangga barunya itu sedang sendiri, mungkin Nawang akan menegurnya. Dia akan berteriak, "Berisiiik!" demi mengeluarkan unek-unek dan kekesalannya.
Sayangnya, di bawah sana ada—mungkin—sekitar empat cowok lain yang mengerubungi motor Vespa kuning milik Razka, dan Nawang tidak ingin teriakannya nanti menjadikannya sebagai pusat perhatian.
Oleh karena itu, dia berinisiatif mengambil ponsel yang tadi disimpan di atas nakas, lalu mengirim pesan pada Razka—yang nomornya dia dapat dari grup karang taruna untuk memperingatkan cowok itu agar menjaga sopan santunnya di lingkungan yang baru ia tempati.
"Suka banget bikin huru-hara, heran," gumam Nawang.
Sesaat, gadis itu kembali berdiri di sisi jendela. Pesannya sudah terkirim, ada tanda centang dua abu-abu di sana. Lalu, dia memutuskan untuk menengok ke bawah lagi, ingin melihat respons Razka akan bagaimana setelah membaca pesannya itu.
Ya kalau tahu diri, sih pasti nggak akan bikin onar lagi. Harusnya.
Tidak berselang lama, di bawah sana Razka terlihat membuka ponsel. Sesaat setelah itu, dia mendongak, menatap Nawang yang berada di balik jendela kamar di lantai dua. Cowok itu menunduk lagi, tersenyum saat membaca pesan darinya, lalu seringai tipis muncul di bibirnya.
"Nawang?" Suaranya memang lirih. Mungkin gadis yang disapanya hanya bisa membaca gerak bibirnya, tetapi hal itu tetap berhasil mengundang perhatian teman-temannya yang posisinya tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Apalagi cowok itu juga melambaikan tangan ke arah jendela kamar Nawang berada.
Nawang memelotot saat beberapa cowok tadi kini mendongak, menatapnya yang menampilkan wajah cengo.
Tentu saja Nawang segera membalikkan tubuhnya, tidak membiarkan lebih banyak manusia di bawah sana untuk melihat wajahnya yang baru bangun tidur ini. Dia ingin mengumpati Razka, tetapi sebuah pesan masuk. Ada balasan dari cowok itu yang hanya Nawang baca dari bar notifikasi.
Manggala Razka
thanks lho udah ngingetin. perhatian banget kayak pacar gue aja.Nawang memutar bola malas. Seharusnya, setelah membaca pesan itu, Nawang tidak usah peduli lagi. Namun bodohnya, yang dia lakukan sekarang malah melarikan matanya ke arah cowok itu kembali.
Dari posisinya sekarang, dia melihat Razka menyimpan ponselnya di saku begitu saja, lalu mendongak lagi, menatapnya. Ada seringai tipis yang terbit dari bibirnya. Seolah-olah, dari ekspresinya itu, Razka mengatakan, "Makin lo kesel, makin suka gue buat keributan!"
...
Haiii, selamat datang buat yang baru bergabung. Untuk pembaca lama yang menunggu-nunggu kisah ini, terima kasih ya sudah datang lagi. Hehe
Maaf ya cerita ini dipublish-unpublish terus. tapi semoga setelah ini bisa konsisten sampai tamat. Bantu dukung aku untuk tetep ngelanjutin kisah Razka-Nawang ini, ya.
Dukung mereka sampai berlayar. Boleh? Hehehe
Part ini pendek dulu, ya. Besok kita ketemu lagi. Jangan lupa disave di library & Reading List😚✨
See you :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepotong Red Velvet Untuk Razka
Novela JuvenilNawang sadar, dia bukanlah gadis yang sholehah banget hingga menutup diri dari lawan jenis. Namun, berpacaran juga bukan suatu kegiatan yang masuk dalam kamus hidupnya. Prinsip yang masih ia pegang teguh sampai sekarang adalah stay jomlo sampai hala...