16: Waktu dari jawaban

4.3K 531 154
                                    

Happy reading 🦋

***

"Beri aku waktu."

Awalnya suasana yang mencair kini berubah menjadi canggung usai (Y/n) mengatakan jawabannya. (Y/n) memejamkan matanya dan membiarkan Gaara yang semakin erat memeluk pinggangnya. Deru nafas hangat milik Gaara berhembus di sekitar ceruk lehernya.

"Kenapa?" Gaara bertanya dengan suaranya yang terdengar serak.

(Y/n) menghela nafas, membuka matanya secara perlahan. "Aku tidak mau membuat kesalahan yang sama, aku ingin memikirkan hal ini dengan matang karena aku ingin sesuatu yang serius. Bukan lagi yang main-main," jawab (Y/n).

Sementara Gaara, pria itu menghela nafas pasrah. Baiklah jika itu yang (Y/n) mau. Gaara tidak akan memaksa gadis itu untuk menjawab pertanyaannya sekarang. "Baiklah kalau itu yang kau mau."

Ini memang salahnya karena yang sudah tidak serius menjalin hubungan. Namun, setelah ini Gaara akan belajar dari kesalahannya. Lantas Gaara semakin mengeratkan pelukannya. Bibir bergesekan pada ceruk leher membuat (Y/n) menggerang tertahan tak kala lehernya terasa basah.

Gaara mengecup lehernya, sesekali meninggalkan tanda samar di sana. Gaara benar-benar berani untuk malam ini.

"Ahh!"

Suara lenguhan itu keluar kala Gaara melakukan secara berlebihan dan membuat Gaara menghentikannya. Pria itu menghela nafas, ia tidak boleh melakukan hal yang lebih dari ini. Setelah itu Gaara beralih memposisikan tubuh (Y/n) untuk lebih dekat dengannya. Gaara menyadarkan kepala (Y/n) pada dada bidangnya dan membelai pelan kepala (Y/n).

"Tidurlah."

Rasanya, tubuh (Y/n) terasa kaku ketika tubuhnya begitu dekat dengan Gaara. Bahkan pria itu sesekali mengelus punggungnya yang terbalut kaos putih. (Y/n) menghela nafas, berusaha mengatur dadanya yang berdegup tak karuan. Dengan segala keberaniannya, (Y/n) membalas pelukan pria itu.

Dan mereka tertidur dengan posisi seperti itu hingga pagi hari menyapa.

***

Ada kalanya ketika suasana canggung menjadi tema dalam suatu pertemuan. Malam itu, ketika semua pekerjaan telah selesai (Y/n) kerjakan dan hendak pulang, tiba-tiba Kaya datang menghampirinya dan mengajaknya ke suatu tempat. Gadis itu bilang kalau ia ingin berbicara dengannya.

Saat ini pun mereka sudah berada di sebuah kedai sake. Kedai sake yang sempat (Y/n) kunjungi ketika melepas penatnya dan kedai sake ini adalah kedai sake langganan Ichiro sewaktu hidup.

(Y/n) menatap Kaya dengan datar. Tatapan (Y/n) terlihat mengintimidasi dan membuat nyali Kaya menjadi ciut. Semenjak makian yang Kaya lontarkan di makam Ichiro waktu itu, hubungan (Y/n) dan Kaya merenggang.

(Y/n) tidak menegur atau menatap gadis itu sama sekali. Benar-benar seperti orang asing padahal dulu mereka sangat dekat. (Y/n) menghela nafas, beralih berdiri dengan decakan bosannya.

"Senpai! Tunggu!" Kaya menghentikan (Y/n) yang hendak beranjak pergi. "Ada hal yang ingin aku katakan pada mu!"

(Y/n) menatap Kaya, mengusap wajahnya kemudian kembali duduk. "Cepat, aku ingin pulang setelah ini."

Kaya mengangguk kecil. Kemudian menyatukan kedua tangannya dan meletakkannya di atas meja. Kedua mata Kaya menatap dalam pada kedua mata (Y/n).

"Aku minta maaf untuk perkataanku waktu itu."

(Y/n) membalas tatapan Kaya sehingga gadis itu menunduk. Sejenak (Y/n) terpaku pada posisinya dan setelah itu ia berdecih. Tubuhnya sudah lelah dengan semua pekerjaannya dan sekarang ia malah dihadapkan dengan keadaan seperti ini.

𝐊𝐎𝐒𝐇𝐀 || Gaara  ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang