kumpul keluarga.

745 117 32
                                    

Suara gelak tawa memenuhi seisi ruangan di kediaman Ferdy dan Cindy, alasan nya? Tentu saja mereka menertawakan per-cekcokan kedua bocah gemas. Atalla dan Alaska.

Atala, bocah sekitar lima tahun itu adalah keponakan dari Ferdy sedangkan Alaska adalah sepupu dari Cindy.

Ya, kalau sudah ada bocah-bocah, sudah jelas Adhitama gank sedang mengadakan kumpul keluarga besar. Dimana semua kerabat datang.

"Yaampun. Berantem terus," Ujar salah satu anggota keluarga sembari menggelengkan kepala tak habis pikir.

Cindy terkekeh, "Sekarang berantem nya masih rebutan mainan Tan, kalau gede rebutan cewek lagi. Hahaha."

"Kayak kamu sama Irene pas rebutin aku kan, sayang?" Sahut Ferdy dengan nada super pede nya.

Mendengar itu sukses membuat Cindy bergidik geli. "Bibirmu. Kamu yang mau duluan sama aku, ngga usah capek capek rebutan aku mah." Balas Ibu satu anak itu sombong.

Memang sih, Ferdy duluan yang jatuh cinta pada asisten sementara nya itu. Tidak menyangka juga ternyata wanita yang ia nikahi adalah Cindy Fradella; perempuan menyebalkan yang selalu mengomeli nya.

Ngomong-ngomong soal Irene, suster cantik itu kini sudah dinikahi oleh seorang pengusaha sukses. Tapi apa Irene masih menyimpan rasa pada Ferdy? Tidak tau sih, lihat saja nanti.

"Yang jadi juara hati nya aku emang sombong banget gini ya?" Tanya Ferdy dengan nada menggoda, bahkan ia sedikit menoel-noel pipi sang istri. Supaya tambah kesal.

Cindy berdecak lalu menyingkirkan tangan Ferdy dari pipi nya, "Ish, tangan nya jangan nakal. ."

"Yeu. Udah nikah juga, masih sensi aja sama suami sendiri." Ferdy terkekeh.

Bukan nya apa, Ferdy tahu jelas bahwa Cindy tidak suka orang lain menyentuh area wajah nya. Alasan nya jelas karena wanita itu tidak mau bakteri kotor dari tangan seseorang menerpa kulit mulus nya. Memang wajah wanita itu sangat sensitif.

"Kamu nya mah sengaja jailin aku, huu!" Cindy menyoraki Ferdy.

"Alaska sama Atalla udah diem, malah gantian kalian yang cekcok. Ck ck." Sahut seorang pria tua yang duduk di pojok kursi, mengenakan pakaian abu-abu.

Mendengar teguran itu, Ferdy dan Cindy langsung menoleh ke sekitar dan mendapatkan begitu banyak mata dari pemilik yang berbeda tengah melihat ke arah mereka.

"Seru loh nonton nya, ngga mau dilanjutin aja?" Celetuk Leo, keponakan Cindy yang masih berada di sekolah menengah.

"Tauk, si Papa mah malah gangguin Pasutri aja. ." Tambah Lauren, adik kandung dari Ferdy yang berkuliah di Jerman selama beberapa tahun ini.

Pria tua tersebut menggeleng, memijit pelipis nya pelan-- kayaknya sedikit frustasi.

"Papa kan menengahi, kalau mau berantem nanti malem aja di kasur. Lumayan, nambah cucu." Ia tertawa tanpa dosa sembari melirik ke arah Cindy yang sudah menunduk malu.

"Siap!" Ferdy menoleh ke arah Cindy, mencubit gemas pipi nya yang masih tampak gembul meskipun sudah beranak dua, "Nanti malem jadwal kita berantem. Papa yang request."

"Ngaco," Cicit Cindy menahan malu. Bagaimana tidak? Semua orang jadi akan tahu aktifitas malam nya nanti.

Sebuah tangan menyenggol tangan Cindy, "Aduh, Cin. Nggak usah malu gitu, kakak mah udah biasa di ceng ceng in soal bikin anak setiap kali kumpul keluarga gini. Hahaha."

Cindy mendongak, ternyata si kakak ipar yang sedang berbicara. Istri dari Abang suami nya itu memang sedikit blakblak-an dalam berbicara.

Wanita muda itu terkekeh malu, "Maaf kak, aku nya belum terbiasa. ." Ia menggaruk kepala nya yang tak gatal.

Happy Us -- S2 -- Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang