Suasana begitu hening, hanya terdengar musik indah nan halus yang terputar di pojok ruangan, tidak lupa dengan tujuh wanita yang terlihat menikmati pijatan lembut dari tempat Spa terkenal di daerah Ibukota.
Nyonya Pratama itu menguap, "Sumpah, kayak gini tuh bikin ngantuk. ." Ujarnya memecah keheningan.
Mika membalas dengan mata terpejam- tanda nya ia sangat menyukai sentuhan lembut yang diberikan, "Bener. Kalau mau tidur mah tidur aja, emang waktu nya rileks kok ini. ."
Sienna juga ikut mengangguk-anggukan kepala nya padahal tidak ada yang sadar karena enam wanita itu masih memejamkan mata nya.
"Ngrok. . huff, ngrok. . huff~"
Ada yang mengorok. Cindy yang penasaran pun langsung membuka mata nya lalu mencari sumber suara tersebut, setelah melihat ke segala arah, tatapan nya terhenti pada Cherry; pencipta suara berisik itu.
"Yaampun. Nyonya Damian udah masuk ke alam mimpi aja, ngajak-ngajak kek!" Seru Elysia yang ternyata juga memperhatikan Cherry.
Wanita berambut pendek itu tampak lelap sekali dalam tidur nya, mungkin karena lelah mengurus sang anak yang rewel semalaman.
Iya. Alesha sedang manja-manja nya kepada sang Ibu, gadis kecil Damian itu benar-benar tidak mau lepas dari Cherry sedikitpun,
Bahkan Cherry harus terjaga sepanjang malam untuk mengpuk-puk putri kecil itu hingga tertidur. Jika lepas sebentar, Alesha akan terbangun dan menangis kencang.
Tadi saja saat Cherry berpamitan keluar, Alesha menangis histeris karena tidak mau ditinggal.
Terpaksa Cherry harus menyogok putri nya itu dengan sebuah mainan, lalu berjanji untuk tidak lama berada diluar rumah,
Setelah itu- baru lah Alesha membiarkan sang Ibu pergi dengan teman-teman nya. Meskipun tidak begitu ikhlas, tadi saja ia melihat Cherry masuk ke dalam mobil dengan wajah cemberut serta sisa air mata di kedua pipi gembul nya.
"Wajarin aja, pasti capek ngurus anak tuh." Sahut Mika yang mendengar curhatan Cherry tentang anak perempuan nya pagi tadi.
"Paham banget gue mah. Si Nara juga gitu tuh kemarin, untung masih mau sama bapaknya yang sok kecakepan itu." Balas Cindy yang tiba-tiba bersyukur.
Bersyukur karena Nara tidak serewel Alesha.
"Sok kecakepan gitu juga lu cinta mati, Cin." Ejek Sienna yang dibalas cengiran oleh Cindy, "Jelas lah. Suami gue."
Memang kerjaan Cindy dalam mengurus anak sedikit teringankan berkat bantuan sang suami.
Harusnya Cherry pun begitu sih, tapi sayang-- Carlos sedang ada bisnis diluar negeri selama beberapa hari kedepan. Jadi mau tidak mau, Cherry harus meng-handle anak dengan bantuan babysitter.
"Enak bener ya punya anak rewel gitu, kok anak gue kaga begitu sih?" Elysia berdecak.
Julion Pratama, terakhir rewel ketika anak itu masih di bawah lima tahun. Di usia nya yang sekarang sudah menginjak tujuh tahun, Lion jarang sekali menangis, bahkan ia tidak mau dimanjakan oleh siapapun.
Anak cowok harus kuat, katanya begitu. Elysia dan Sergio sendiri juga heran darimana Lion belajar begitu, mungkin mengambil nya dari kartun superhero yang ditonton tiap hari.
"Enak mata lo. Gue mah, gemes dan frustasi dalam waktu yang bersamaan kalau si Lea udah begitu." Sahut Sienna.
"Anak lu kan cowo, anak kita cewe Ly. Makanya beda. ." Mika juga ikut menambahkan.
"Yeu. Tapi emang Lion tuh jadi sok kuat banget dah asli, padahal baru tujuh tahun anjir. Ga masalah kalau mau nangis atau sekedar minta mainan, tapi mana pernah tuh begitu lagi." Elysia mendengus,
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Us -- S2 --
Teen Fiction[ HAPPY US SEASON 2 ] Isi nya cuma keseharian mereka sebagai orangtua dan pasangan yang sudah menikah. Senangnya ada, sedih nya ada, emosi nya apalagi-- dapet banget disini. -- Yok. Dibaca.