"i , ih! nda boyeeee-!" Rengek seorang bocah diikuti tangan mungil gembul nya yang memukul seorang bocah perempuan seusianya.
Lonna mendongak, mata nya berkaca-kaca. Gadis kecil itu seolah menjadi kucing kecil yang tengah menghadapi singa buas didepan nya, "Uh. . eum. ."
Ingin menangis tapi takut diterkam; begitulah kira-kira.
"Ken, jangan galak-galak nanti Lonna takut, gamau main sama Ken lagi." Sahut seorang wanita sembari membawa dua botol susu.
"Nda galak Ken na. Ini mainan na puna Ken," Balasnya kekeuh lalu merebut sebuah mobil mainan berwarna merah dari tangan Lonna.
Mika tersenyum, dielus nya rambut tipis milik sang anak, "Sharing ya? Pinjemin juga ke temen nya."
Ken menggeleng, "Calau di lusakin?" Tanya Ken risau.
Ia trauma sebab Aletta; putri kecil dari pasangan Kevin dan Sharon pernah membuat robot kesayangan Ken hancur tak tersisa. Tentu saja bocah itu menangis keras, Kevin bahkan harus membelikan satu lagi yang baru.
Lonna juga menggeleng, "Nda pa."
Bocah berambut pendek itu tersenyum dengan mata berkaca-kaca, "Mommy said. . Loona nda boyeh ambyil balang olang."
Ya. Walaupun Elysia terkadang tidak waras, wanita itu masih mampu dan jago dalam urusan mendidik Loona. Putri pertama yang saat ini masih menjadi anak semata wayangnya.
Memang tidak disangka, Ken dan Loona lahir berdekatan; hanya beda tiga hari.
Cherry sampai berkata bahwa mereka sudah dijodohkan dari lahir, aminkan.Mika meringis, merasa malu karena ia tidak mendidik Ken dengan sebaik itu,
Mika beralih menatap Kenneth,
"Ken, you can share it with Dedek. ."Ken memajukan bibir nya tanda tidak suka, "Why, mommy? Ini mainan na Ken-!" Balasnya tidak suka.
Ken tampak bersikeras tidak akan meminjamkan mainan kesayangan nya itu pada Lonna, soalnya sudah dipeluk seerat mungkin.
"Heh heh. Kenapa nih?" Luis datang dari dalam ke gazebo, duduk bersila didepan anak-anak sekarang.
"Kenneth nakal, daddy." Mika terkekeh, berniat mengompori Ken.
Sontak sorot mata Luis langsung terarah pada putra nya, "Ngelakuin masalah apalagi hari ini, jagoan?"
Ken menggeleng kuat-- "Nda ada masalah, dad!" Balasnya yakin.
Sang Ibu menyentil dahi Kenneth, "Siapa yang ngajarin kamu boong? Hm?"
"Achi!" Lonna bersin, "Sowwy, Aunty. ." Ujarnya merasa bersalah karena sudah memotong pembicaraan.
Bahu Mika melemas, ia menatap Lonna gemas, "Its okay, sayang."
Lonna mengusap hidung peseknya yang sedikit memerah, "Uh. ."
Bola mata nya beralih ke arah Luis yang tengah terkekeh gemas menatapnya, "Endong?" Tanya nya merentangkan tangan.Entahlah. Melihat Luis yang menggunakan hoodie tebal hitam membuat Lonna ingin menyelusupkan diri ke dalam pelukan pria itu.
Makin gemas, Lonna benar-benar imut sekali- kalau boleh jujur, sangat mirip dengan kedua orangtua nya.
"Yes. Come here, baby." Luis mengangkat badan mungil Lonna, mengendus-endus wangi bayi dari sana.
Ken mendengus, dia tidak suka.
Bocah ini akan marah bila hak miliknya diambil oleh orang lain, Ken juga galak, miliknya harus tetap menjadi miliknya-- dasar, keturunan dari sang Ayah.Mika yang sadar mood putra nya semakin buruk langsung menepuk pundak kecil itu, "Hey, jangan marah. Kamu tetep anak kesayangan daddy,"
"Huh? Kenapa daddy pilih Lonna daripada Ken?" Tanya nya marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Us -- S2 --
Dla nastolatków[ HAPPY US SEASON 2 ] Isi nya cuma keseharian mereka sebagai orangtua dan pasangan yang sudah menikah. Senangnya ada, sedih nya ada, emosi nya apalagi-- dapet banget disini. -- Yok. Dibaca.