"Ikan cupang baru lagi?" Sally menatap tajam kotak bening yang dipeluk Vian tersebut.
Vian mengangguk putus-putus, "Sebenarnya ngga mau beli tapi mumpung temen ngasih diskon, kan sayang kalau gak dibeli." Balas nya cengengesan; ngeles.
Sally berkacakpinggang, "Mau taro dimana? Udah gak ada tempat!" Mata Sally melihat ke arah sudut ruangan yang sudah dipenuhi banyak makhluk berinsang itu.
Vian meringis. "Kalem atuh sayang. Besok aku manggil tukang kesini buat bikinin tempat ikan cupang," Ia meletakkan peliharaan baru nya itu di sudut; bergabung bersama teman-teman perairan nya.
Sally menghela nafas berusaha tenang walau sebenarnya dia ingin menendang Vian habis-habisan. Wanita itu mengelus perut buncit nya, "Bulan depan aku lahiran, jangan cupang mulu yang diurusin."
Vian memeluk Sally dari samping, mengecup berkali-kali pipi sang istri-- "Prioritas aku itu kamu dan anak-anak, terakhir nya ikan cupang. Adil kan?" Vian tersenyum santai.
Plak!
Setelah memukul keras paha Vian, Sally langsung menarik bibir suami nya,
"Mana ada! Aku berasa di selingkuhin sama ikan cupang akhir-akhir ini," Sally melipat kedua tangan nya didepan dada.Vian meringis lagi, ibu hamil memang sensitif sekali. Emosi nya itu loh-- gampang terpancing, mendingan Vian mancing ikan cupang daripada mancing emosi bini.
"Kamu mau apa, hm? To the point aja. Gausah pake acara ngambek ya, sayang, ya .." Vian mengecup pundak Sally, manis.
"Durian." Balas Sally singkat padat dan jelas.
"H-hah? Emang bumil boleh makan durian?" Vian menggaruk kepala bingung, setahunya sih memang pantang.
Sally menggidikkan bahu, ia bahkan lupa terhadap larangan-larangan dokter, "Sekarang lagi pengen bangeeeettttt."
Lelaki di samping Sally menggeleng pelan, "Gaboleh, by. Yang lain aja ya?" Ia mengelus rambut wanita nya lembut.
Kalau Sally lupa dengan larangan-larangan dokter nya maka Vian yang akan mengingat setiap detail hal tersebut.
Sally mengerucutkan bibir, sedikit kecewa tapi demi kebaikan anaknya, "Yaudah. Sebagai gantinya, kamu buang lima ekor cupang kamu ya." Ujarnya tersenyum santai.
Sally tersenyum, Vian menangis.
"KOK GITU?" Pekik Vian refleks.
Senyum Sally masih melekat malah semakin bertambah lebar, "Emang ngga boleh?"
"Ya. . ikan juga makhluk hidup, sayang." Balas Vian penuh sabar,
"Buang ke rumah siapa gitu loh maksud aku, suruh mereka aja yang ngurus. Hilang lima juga kamu masih ada banyak, kan?" Omel Sally.
Vian menggaruk-garuk kepala nya bingung, "Kenapa harus cupang kesayangan aku yang dikorbanin?" Balas nya frustasi.
"Masih mending ikan daripada mobil sport kamu yang jadi korban." Sally terkekeh. Wanita ini memang suka sekali menjahili Vian, senang melihat wajah panik sekaligus pasrah sang suami.
"Apalagi itu, jangan dong." Vian merengek seperti anak kecil.
"Sayang, ikan nya udah kebanyakan sampe menuhin seisi ruang santai. Lama-lama udah gak ada tempat loh ini, jadi dibawa pergi beberapa ya?" Sally menarik dagu Vian, menatap nya lembut.
"Hm?" Tanya Sally sekali lagi karena belum ada jawaban dari Vian.
Vian mengangguk pasrah sembari menunduk, "Iya deh.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Us -- S2 --
Fiksi Remaja[ HAPPY US SEASON 2 ] Isi nya cuma keseharian mereka sebagai orangtua dan pasangan yang sudah menikah. Senangnya ada, sedih nya ada, emosi nya apalagi-- dapet banget disini. -- Yok. Dibaca.