Potret bahagia dari mempelai wanita bergaun putih sederhana namun tetap terlihat anggun membalut tubuh langsing itu terpampang nyata di iris coklat Alina. Bahkan lelaki di sampingnya terlihat dua kali lipat menawan dari yang Alina ingat terakhir kali mereka bersama.
" Lin, are you okey?" Ucapan itu menyadarkan Alina bahwa ini semua bukan mimpi seperti yang ia harapkan.
" Hmm.. i hope so" senyum di bibirnya seakan mengkhianati hatinya yang tidak dapat lagi didefinisikan. " Cocok banget ya mereka, gue harap mereka bahagia sampai maut memisahkan" munafik sekali kamu Lin. Batin Alina
" Udah Lin.. jangan nyakitin diri Lo sendiri.. kita tau kok hati Lo hancur banget sekarang.. " dapat Alina rasakan tatapan iba itu terpancar tulus dari sahabatnya Arumi.
" Iya.. emang si Keenan-nya aja yang brengsek. Walaupun si Keenan sepupu gue, tapi tetep aja dia salah, Dia deketin Lo 2 tahun, ternyata dia juga deketin cewek lain. " Sungut Tere dengan tatapan tak senang ke orang yang dimaksud.
" Enggak kok, gue nya aja yang bodoh. Gue berharap sama cinta yang dari awal itu mungkin gak ada" mungkin memang benar sempat ada cinta yang dimiliki Keenan untuk Alina. Tapi cinta itu tidak sebesar yang dirasakan Alina ke lelaki itu. Alina bukanlah orang yang mudah menyerahkan hatinya, tapi sekali jatuh cinta ia akan jatuh se jatuh-jatuhnya.
" Please Lin. Jangan nyalahin diri Lo. Emang si Keenan nya aja yang kebangetan jadi cowok. Seharusnya dari awal pas dia cerita ke gue kalo dia jadiin lo pilihan kedua bagi dia, udah gue tonjok dia. Tapi karena gue mikirin Lo yang saat itu cinta banget sama dia, gue jadi nggak tega.. " ucapan Tere ini bagai anak panah yang mengenai tepat di puing-puing hati Alina.
Lagi-lagi aku hanya menjadi pilihan. Bukan menjadi tujuan utama. Batin Alina.
" Lo pasti bisa dapetin yang lebih baik kok... Udah, semangat.. Alina yang kami kenal itu adalah wanita yang bersinar.. anggap Lo yang ninggalin keenan, dan anggap pesta ini untuk merayakan selamatnya Lo dari cinta yang salah" Alina menghargai niat tulus sahabat-sahabatnya dengan membalas pelukan mereka. Sekarang semuanya akan terasa berbeda, Keenan-ku yang kupikir milikku akan menjadi Keenan orang lain. Batin Alina
***Seharian penuh Alina habiskan bersama sahabat-sahabatnya untuk bersenang-senang ke mall menghabiskan waktu untuk yang sejenak membuat Alina lupa akan patah hatinya.
" Ehh Ter, Lo udah tau belum katanya penulis Comtoon Love for Adelle bakalan tamat minggu ini?" Alina yang tak tahu menahu mengenai komik hanya bisa menyimak pembicaraan sahabatnya itu.
" Ihh iya. Gak sabar gue sama endingnya. Gue gak sabar bantuin momen uwwu pangeran Leo sama selir Adelle." Mata Tere terlihat berbinar-binar antusias dengan cerita yang dimaksud.
"Kalo gue sih enggak. Gue lebih nge-ship prince Naileen ama Adelle..gue kasian dengan prince Naileen, dia jahat kan karena Queen Gine ibu tirinya. Mana dia cinta banget sama si Adelle. Tapi penulis comtoon nya juga gak adil, masak bakal ada yang mati diantara dua pangeran itu. Soalnya di season 1 ramal penyihir tua bilang kalo matahari akan segera bersinar menyingkirkan bayangan."
" Lah, kan sudah jelas pemeran utamanya siapa. Jadi nikmatin aja lah endingnya bakal gimana. Hahaha" percakapan kecil itu masih berlanjut entah kemana.
***Mungkin kalau seandainya Alina tidak bersikeras berpura-pura, dua sahabat nya itu akan menginap bersamanya malam ini. Tentu hal ini bukan karena Alina merasa terganggu dengan kehadiran temannya. Melainkan terkadang kita hanya butuh waktu sendiri untuk memahami luka bukan?
Alina menatap kosong ke langit berbintang di tepi jendelanya. Sungguh indah pemandangan yang ia lihat namun tak bisa menarik ingatan mengenai Keenan dari benaknya. Momen ia pertama kali belajar menaiki sepeda, momen ketika mereka menghabiskan waktu bersama di Dufan seolah melupakan mereka telah berumur 23 tahun kala itu. Momen-momen indah lainnya terpatri bergantian namun bersamaan dipaksa tak abai oleh luka. Bahkan untuk menangis-pun seakan tak bisa. Dipukulnya dadanya yang terasa sesak seakan tak ada sedikitpun oksigen di sana. Dibukanya jendela dan berharap sesak itu segera hilang.
" Tuhan.. hilang...kan sa..kit ini.." rasa sesak itu tak kunjung hilang. Hembusan angin ditemani cahaya rembulan pun mengelilingi Alina kala itu.
" Apakah ini akhirnya?" Pikir Alina sebelum semuanya menjadi gelap dan tak ada lagi suara.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Second lead [ On Going ]
RomanceKenapa aku selalu menjadi kandidat untuk dipilih, bukan menjadi yang memilih cinta dalam lintasan takdirku? atau mungkin cinta itu tidak berada pada lintasan yang tepat? - Alina Cenora Alina merupakan seorang wanita biasa berumur 25 tahun. Di masa k...