Episode 6

1 0 0
                                    

Setelah berpikir keras, satu-satunya cara untuk kembali ke dunia komik itu hanya melalui kalung itu. Alina memutuskan untuk kembali ke rumahnya yang sudah menjadi puing-puing untuk mencari kalung itu.
" Mana ya kalungnya.. perasaan gue semalam diletakin di laci deh.." sambil mengais-mengais puing, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya.

" Kamu cari ini?" Sebuah kalung berhiaskan batu permata hijau yang sedang Alina cari-cari.

" Iya.. makasih ya mas.." Alina baru menyadari kalau pemuda ini adalah pemadam kebakaran yang memarahinya malam itu. Memang Alina tidak terlalu ingat wajahnya, tapi tak lupa dengan suara itu.

" Sama-sama" ucapnya yang kemudian berlalu meninggalkan Alina.

Lamunan Alina terhenti ketika ada panggilan masuk dari Arumi.
" Kenapa rum?" Terdengar suara bergetar dari sebrang sana.

"............" Jantung Alina yang mendengar hal itu seolah-olah berhenti berdetak. Langkahnya terhuyung menuju mobil.

" gue harap ini semua hanya mimpi buruk.. dan gue akan segera bangun..." Air mata terus menetes bersamaan dengan laju mobil yang memburu.

BRAK!

Dari kejauhan Alina melihat beberapa orang berjalan mendekat ke arahnya. Dan anehnya ia bahkan tak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali. Seiring dengan semakin banyaknya orang yang berdatangan, tiba-tiba cahaya itu muncul lagi. Semakin terang hingga membuat Alina tak sadarkan diri.
***

Perlahan Alina membuka matanya. Hanya ada cahaya disekelilingnya.
" Jadi ini akhirnya" Ucap Alina yang mengira dirinya sudah tiada.

" Kamu belum mati Alina" seorang wanita cantik yang pakaiannya bersinar mendekati Alina.

" Kamu yang waktu itu kan? Yang menyuruhku kembali ke dunia komik itu?" Alina masih ingat sekali momen ini yang bagaikan de javu.

" Kamu benar Alina, namaku Neora. Seorang peri bulan. Permata hijau yang sedang kamu pakai itu adalah energi ku..energi bulan. Untuk menyelamatkan putraku dari kutukan kegelapan yang akan menyiksanya seumur hidupnya."

" Tunggu.. dengan kata lain, kamu adalah ibu nya Naileen?" Sungguh sulit dipercaya seorang wanita muda yang mungkin lebih muda dari dirinya adalah ibu pemuda itu. Belum lagi kenyataan bahwa, Naileen dan ibunya adalah penyihir.

" Karena energi bulan sekarang ada padamu, jadi aku ingin meminta bantuan mu untuk melindungi putraku. Tetaplah disisinya hingga dia menjadi penyihir bulan sejati. Karena hanya penerus murni yang akan membuat energi bulan menjadi utuh." Ucap wanita itu sambil memegang kedua tangan Alina.

" Maksud kamu, aku harus memberikan kalung ini kepada Naileen kan?" Jujur saja Aliran belum memahami sepenuhnya situasi dan ucapan dari ibu Naileen.

" Bukan kalungnya. Tapi kamu.." ucapnya sambil tersenyum.

" Kenapa harus aku? Bukankah kamu tadi bilang permata ini berisi energi bulan? Berarti yang dibutuhkan oleh Naileen adalah permata ini, bukan aku." Melihat raut kebingungan di wajah Alina, wanita itupun menerangkan semuanya.

" aku tidak bisa berlama-lama Alina. Intinya, karena energi bulan itu sekarang ada di kamu Alina.. bukan di permata nya. Untuk menyelamatkan kamu dari kematian, aku memberikan separuh energi bulan padamu
. Yang artinya, hanya kamu yang bisa melindungi putraku dari kutukan gelap yang akan menguasai dirinya. Dan pertemuan ini akan menjadi pertemuan kita yang terakhir, karena aku tidak lagi mempunyai energi bulan dan akan segera sirna. Tolong sampaikan kepada putraku, bahwa aku sangat menyayanginya.." perlahan wanita itu sirna seperti yang ia katakan, bersama sinar yang perlahan memudar.
***
"Sepertinya aku udah di dunia komik lagi." Namun ada yang aneh, karena Alina tidak berada di hutan tempat terakhir melainkan di dalam istana yang pernah ia datangi.

Second lead [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang