Episode 3

6 0 0
                                    

Sehari sebelum perang

Alina pergi ke luar istana bersama Naileen untuk mempersiapkan kelancaran rencana besar Adelle. Mulai dari penyewaan kapal, bagaimana cara membawa ayah Adelle tanpa diketahui paman dan bibi Adelle, dan beberapa perlengkapan yang dibutuhkan Naileen untuk melarikan diri ketika perang berlangsung.

Menghabiskan waktu seharian bersama Naileen membuat Alina mengerti akan satu hal. Yaitu betapa cintanya Naileen terhadap Adelle. Awalnya Alina pikir Naileen adalah pria kasar, cuek, dan perebut bini orang karena gimanapun Adelle merupakan istri raja. Tapi melihat perjuangan dan pengorbanan Naileen, yah bagian perebut bini orang nya bisa termaafkan.

" Naileen, bisakah kita istirahat sebentar? Aku capek banget nih. Dari pagi juga belum ada makan apa-apa." Keluh Alina yang tak digubris pria itu. Pria itu tetap berjalan mencari suatu tempat. Karena tempat itu ramai, punggung pria itu sudah tak terlihat.

Dengan kaki yang sudah gemetaran dan energi yang sudah terkuras, Alina kehilangan keseimbangan dan terjatuh dan menyebabkan bajunya kotor semua. Karena sekarang dia sedang berada di sebuah pasar, tentu banyak orang yang berlalu-lalang bahkan menyenggol Alina tanpa peduli.

" Naileen breng**k. Tega bener ninggalin gue. Huaaa...Gini amat nasib gue. Enggak di dunia nyata, di dunia ini aja masih sial." Beberapa orang ada yang menatap heran dan beberapa orang tidak peduli. Tanpa terasa air mata Alina jatuh meratapi nasibnya.

" Jangan memperlihatkan kebodohanmu disini. Ayo cepat berdiri!" Perintah pria itu yang tak lain adalah Naileen.

Pria ia mengulurkan tangannya untuk membantu Alina berdiri namun ditepis oleh Alina.
" Gak butuh! " Alina berusaha berdiri dengan susah payah karena energinya emang sudah sangat terkuras akibat berjalan kaki dari pagi hingga sore tanpa makan apa-apa.

" Ya sudah, terserah" balas Naileen yang kemudia meninggalkan Alina.

Awas ya Lo, suatu saat bakal gue bales, liat aja! Gerutu Alina dalam hati.
***

Setelah semuanya sudah beres, Naileen membawa Alina ke sebuah kedai makanan. Naileen mungkin menyebalkan dan kurang berperasaan dengan orang lain selain Adelle, tapi bagaimanapun Alina tetaplah orang yang disenangi Adelle. Dan bisa ribet urusannya jika Adelle marah kepadanya perihal Alina.

Alina menatap makanan di depannya. Antara gengsi dan lapar memenuhi pikirannya. Namun karena ia tidak mau mati konyol di dunia dongeng ini, ia pun menyantap makanan yang seperti bubur gandum dengan buah beri-berian di atasnya.

Melihat Naileen yang tak menyentuh makanannya, tentu saja Alina berniat meminta makanan itu untuk menjadi miliknya saja.
" Hmm.. Nail, kalau Lo gak mau, boleh untuk gue?" Tanya Alina yang di balas anggukan oleh Naileen. Alina baru tersadar kalau ia menggunakan bahasa yang mungkin tidak dimengerti oleh Naileen. Tapi siapa peduli, yang penting dia makan kenyang malam ini. Meskipun bahasa yang digunakan Alina asing di telinga Naileen, tapi Naileen masih bisa menangkap maksud dari yang disampaikan oleh Alina. Gadis itu makan dengan rakus seolah akan ada orang yang mencuri makanannya.

Ketika selesai dengan makanannya, tiba-tiba ada beberapa orang yang menghampiri meja mereka.
" Wah wah.. ada si sang ksatria hebat disini. Bukan hanya bermain dengan ibu tiriku, ternyata kamu juga bermain bersama gadis pinggiran ya tuan Wissly" ejek seorang pria berambut pirang dengan paras yang cukup tampan.

Tampak wajah Naileen yang menahan emosinya dan seperti akan memukul si pria pirang itu. Tapi masih mampu ditahannya dengan membalas perkataan si pirang.
" Ah.. tampaknya anda salah paham pangeran Andrew. Saya hanya menjaga nona Adelle atas perintah ayahanda anda sendiri. Jadi sepertinya, anda harus berhadapan dengan saya jika menginginkan nona Adelle. Tentang wanita ini, dia adalah pelayan baru nona Adelle, berikan salam kepada yang mulia" perintah Naileen kepada Alina.

Second lead [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang