-Tipisnya pembatas antara mimpi dan kenyataan-
***
Cahaya mulai menyelimuti Alina di kegelapan. Hati Alina tergerak untuk mengikuti sejauh mana cahaya itu akan menemaninya malam ini. Sayup-sayup, seperti ada yang memanggilnya. Di edarkan nya pandangannya namun tak jua terlihat si sumber suara." Len.. bangun Len... " Panggil seseorang yang tak asing di telinga Alina. Hal pertama yang di lihat Alina saat ini adalah wajah kedua sahabatnya yang memancarkan kekhawatiran dan kelegaan di waktu yang bersamaan.
" Tuh kan, apa gue bilang. Seharusnya kita nginep aja nemenin Lo malam kemarin. Untung aja telepati kuat, jadi kita balik lagi ke tempat Lo " ungkap Tere menjelaskan." Kok gue bisa disini Ter?" Tanyanya meminta penjelasan. Sungguh saat ini kepalanya sangat pusing, karena seingatnya dia sedang berada di dalam hutan. Dan jika memang itu semua mimpi, kenapa rasanya nyata sekali.
" Lo pingsan Lin. Lo typus dan dehidrasi parah malam itu. Lo pingsan udah 2 hari. Kita udah mikir apa Lo emang sekarat, atau Lo nya yang gak mau bangun." Mendengar penjelasan Arumi, Alina jadi berpikir bahwa yang dialaminya di hutan, atau bertemu dengan Adelle itu dalam mimpi belaka.
" Syukurlah.. ternyata semuanya cuma mimpi.." gumam Alina.
" Ah iya, tadi si Keenan datang jenguk Lo. Kayaknya dia khawatir banget. Cieee yang di jengukin gebetan..." Goda Tere.Sontak mendengar hal itu, Alina merasa ada yang janggal. Bagaiman tidak, seorang pria yang sudah menikah, yang meninggalkannya datang menjenguknya dan terlihat khawatir? Dan kenapa Tere malah menggodanya dengan Keenan?
" Yang bener? Ah, tapi untuk apa dia khawatir.. dia kan sudah menjadi suami orang lain. Dah lah gue males bahas dia. Ntar dikira gue perusak rumah tangga orang lagi." Sejujurnya Alina sangat senang mendengar Keenan masih mengkhawatirkannya. Tapi dia cukup sadar diri bahwa dia tidak ingin menjadi perusak kebahagiaan wanita lain.Arumi dan Tere yang mendengar perkataan Alina sontak berpandangan.
" Suami orang? Perusak rumah tangga? Maksudnya? Wah.. parah ni Kenya demam Lo bikin Lo halu deh." Ucap Arumi.
" Iya bener. Orang Keenan kan lagi deket sama Lo , kalaupun dia bakal nikah, ya sama Lo lah. Hahahaha"Aneh. Ini aneh banget.. gue yakin banget beberapa hari lalu gue Dateng ke nikahan si Keenan. Apa jangan-jangan emang gue mimpi Keenan nikah dengan orang lain atau sekarang ini gue lagi mimpi berharap Keenan belum menikah? Batin Alina.
***
Sepulangnya dari rumah sakit, Alina merasa terkejut melihat kedua orangtuanya telah menunggunya di rumah. Sekarang dia berada di depan rumah mungil yang dulu penuh akan kehangatan.
" Maafin mama dan papa ya sayang.. kami baru bisa pulang dari London karena sempat ada beberapa masalh disana." Ucap wanita paruh baya itu seraya memeluk putri tercintanya.
" Ada yang kamu butuhkan nak? Masih ada yang sakit?" Lelaki tua itu adalah sosok yang teramat Alina rindukan semenjak 15 tahun yang lalu.Benarkah ini nyata? Tuhan jika benar ini hanya mimpi, jangan bangunkan aku Tuhan. Pinta Alina dalam hati
Seakan tak ingin jika mimpi indah ini berakhir, Alina tak ingin melepaskan pelukan dari ayah dan mamanya.
" Lo gak meluk gue dek?" Tanya Galih. Kakak lelaki satu-satunya yang Alina miliki.
" Lo gue skip dulu bang. Gue lagi kangen banget sama papa mama." Ucap Alina terus terang.
" Baru juga gak ketemu seminggu Lin.. kayak gak ketemu bertahun-tahun aja.." kekeh mama dan papa.Sudah sangat lama ma..pa..dan ini hal yang terindah dalam hidup Alina. Batin Alina.
***
Sudah 3 hari semenjak mimpi indah itu berlangsung, dan Alina masih berada di rumah minimalisnya yang nyaman. Dengan papa, mama, dan saudaranya yang selalu bersamanya di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second lead [ On Going ]
RomanceKenapa aku selalu menjadi kandidat untuk dipilih, bukan menjadi yang memilih cinta dalam lintasan takdirku? atau mungkin cinta itu tidak berada pada lintasan yang tepat? - Alina Cenora Alina merupakan seorang wanita biasa berumur 25 tahun. Di masa k...