Prolog

71 13 3
                                    

"Nggak mungkin!"

Semua mata di ruangan sontak menoleh ke arahnya.

"Gwen nggak mungkin bunuh diri!" Lintang berseru yakin.

Ia melempar tatapan iba kepada Nyonya Ambar. Wanita setengah baya yang masih tampak cantik di usianya itu, terlihat begitu hancur atas kepergian putri semata wayangnya. Pandangannya kosong dengan jemari menggenggam sehelai saputangan, yang sesekali diusapkannya ke mata, menghapus bulir bening yang terus saja menggenang di pelupuknya.

"Tante juga yakin Gwen nggak mungkin ngelakuin itu, kan?" Lintang bertanya meminta penguatan atas asumsinya tadi. Namun, yang ditanya tetap bergeming.

Lintang sungguh tak tega melihat kondisi Mama Gwen. Batinnya ikut merasa tersayat, perih membayangkan tidak akan lagi dapat bertemu Gwen, satu-satunya sahabat terbaik yang dimilikinya di kota perantauan ini.

Ia harus mengungkap misteri yang menimpa Gwen, demi ketenangannya sendiri, juga demi meringankan beban di hati Nyonya Ambar. Paling tidak, dukanya akan sedikit berkurang bila tahu anak kesayangannya bukan meninggal karena bunuh diri.

* * *

Pesan Kematian GwenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang