"Tak ada yang tak mungkin, bila kau berani bermimpi dan berjuang mewujudkannya."
*Quote ini selalu dipegang teguh oleh Lintang sejak kecil. Dia yang terlahir dari keluarga sederhana di desa pinggiran, sungguh beruntung memiliki dua orang tua hebat yang selalu memotivasi dan memfasilitasi impian-impian besarnya.
Sejak kecil memang telah terlihat bakat dan tekad serta kemampuan Lintang dalam meraih sesuatu hal yang diinginkan. Prestasi juara kelas tak pernah absen diraihnya setiap semester. Dalam setiap lomba yang diadakan, ia selalu ikut berpartisipasi, dan tak jarang keluar sebagai juara. Sungguh sesuai dengan *filosofi nama yang diberikan kakeknya, Lintang--yang berarti bintang dalam bahasa Jawa.
Menjelang kelulusan SMA, di saat sedang dibuka pendaftaran mahasiswa jalur prestasi, dia dengan tegasnya meminta untuk kuliah di sebuah universitas negeri di Surabaya--ibukota di provinsi tempat tinggalnya.
Orangtuanya tidak begitu saja menyanggupi. Dengan berbagai alasan dan pertimbangan, mereka mencoba membujuk anak sulung dari dua bersaudara itu agar mau kuliah di universitas terdekat saja.
"Nduk, kuliah di sini saja, ndak usah jauh-jauh ke kota. Biaya masuk dan bulanannya pasti mahal, kan?" Sambil menghela napas berat, Sang Ibu mencoba memberi pengertian kepada putrinya.
"Belum lagi biaya hidup di sana. Sewa kos, uang makan, uang *transport. Adek kamu juga masih butuh biaya. Mentari tahun depan akan masuk SMA."Lintang terpekur mendengarkan sang Ibu bertutur mengenai keberatannya. Hatinya mendadak sakit, serasa ada benda tajam yang menusuknya dalam. Sekuat hati ditahannya airmata agar tak keluar di hadapan ibunya. Tak sampai hati ia menambah beban sang Ibu yang sudah semakin tua.
Sebelum itu ia tak pernah dicegah, apapun keinginannya akan diusahakan dengan sekuat tenaga oleh sang ayah.
Mungkin kali ini mereka benar-benar tak sanggup memenuhi pintanya.Ayah Lintang berprofesi sebagai karyawan pabrik biasa, dan sang Ibu membuka toko kelontong kecil di rumah, tetapi hampir selalu apa yang menjadi keinginannya dan adiknya selama ini dapat terpenuhi tanpa kesulitan. Sebisa mungkin mereka pasti berusaha memenuhi segala permintaan anak-anaknya.
Karena itu, ia mengiyakan penuturan sang Ibu, mencoba tegar dan tak menangisi keadaan yang di luar harapan. Meskipun begitu, tekadnya untuk kuliah di kota sudah bulat. Ia akan berusaha mencari cara untuk mewujudkannya. Dia tak terbiasa mengalah dengan keadaan. Harus ada perjuangan untuk melawan.
Dan rupanya, Allah melihat kegigihan Lintang dan juga tentu saja doa tak putus dari ayah serta ibunya. Guru konseling--mewakili Kepala Sekolah-- suatu hari datang menyampaikan berita gembira, bahwa Lintang lolos seleksi penerimaan mahasiswa jalur prestasi dengan mendapatkan beasiswa penuh untuk biaya pendidikannya. Selain itu, pihak sekolah juga memberikan bantuan untuk biaya masuknya.
Tak terhingga rasa syukur serta haru dalam diri Lintang kala itu. Hampir saja ia terlonjak dan bersorak saking girangnya. Sungguh tak tergambarkan bahagia yang ia rasakan. Impiannya terlaksana tanpa diduga.
Begitupun dengan orangtuanya. Keduanya hingga tak mampu berkata-kata, batin mereka dipenuhi rasa haru dan bangga. Beban berat seakan mendadak hilang.
Memang mereka menguatkan hati untuk berkata 'tidak' pada Lintang saat ia mengutarakan keinginannya kala itu. Tapi sungguh, dalam hati mereka sangat tersiksa, sama seperti yang dirasakan Lintang sendiri. Ada rasa bersalah yang sesak memenuhi dada, karena tidak bisa memenuhi permintaan anaknya.
Sesuai harapan, Lintang melalui empat tahun pendidikannya di universitas dengan lancar. Sedikit banyak hambatan dalam masalah keuangan masih bisa diselesaikan, karena ia rajin mencari pekerjaan *freelance apa saja yang mampu ia kerjakan. Lumayan untuk memenuhi kebutuhan mendadak yang seringkali muncul secara tak terduga.
Selain itu, berkat kuliah di tempat yang jauh dari orangtuanya, ia terdidik menjadi lebih mandiri dalam segala aspek. Kemampuannya mengatur keuangan dan kebutuhan juga maju pesat.
Orangtuanya seringkali mengkhawatirkan keadaannya. Namun, dengan yakin Lintang selalu mengabarkan bahwa ia baik saja. Ia sangat sibuk belajar, kegiatan kuliah, juga pekerjaan sampingan yang cukup menyita waktu sampai tak sempat baginya untuk sekedar mengeluh capek atau sakit.
Setelah wisuda, tanpa menunggu waktu lama, ia langsung memasukkan *CV ke perusahaan-perusahaan yang ia ingin bekerja di sana. Gelar Sarjana Sastra Idonesia yang dimilikinya sesuai betul dengan niat dan *passion-nya yang suka sekali menulis dan membaca. Tentu perusahaan penerbitan lah yang lebih dulu ia tuju.
Setelah beberapa kali panggilan wawancara dan diminta untuk menunggu panggilan selanjutnya bila diterima, akhirnya ada kabar gembira dari Perusahaan Penerbitan Dimensi Aksara. Ia dinyatakan lulus tes dan diterima bergabung dengan tim redaksinya. Sebuah kantor penerbitan yang terbilang besar di pusat kota Surabaya. Mungkin takdirnya memang sudah cocok hidup di kota pahlawan tersebut.
Berpamitan penuh haru dengan orangtuanya, ia tak kuasa menahan lelehan airmata. Menatap Ayah yang kian menua, Ibu yang masih sesabar biasanya, juga adik perempuannya--Mentari-- yang setelah lama berpisah, rupanya tumbuh menjadi gadis cerdas dan manis yang pandai mengambil hati kakaknya. Selama kuliah di Surabaya memang Lintang jarang sekali pulang ke kampung. Selain untuk menghemat ongkos perjalanan, ia juga tidak bisa bepergian seenaknya karena terikat dengan pekerjaan sampingannya di sana.
Lintang sungguh masih merasa enggan berpisah lagi dengan mereka. Ia belum puas melepas rindu. Masih banyak hal yang ingin diceritakan kepada keluarganya selama ia sendiri di perantauan.
Namun, apa daya, tugas sudah menanti. Sebentar lagi adiknya akan butuh biaya besar untuk masuk universitas juga. Lintang berjanji pada dirinya sendiri akan membiayai pendidikan adiknya. Agar ayah dan ibunya tak lagi harus bekerja keras seperti saat masih membiayainya dulu.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesan Kematian Gwen
Misterio / Suspenso"Gwen bukan bunuh diri!" Setidaknya satu fakta itu yang diyakini Lintang untuk menyingkap misteri di balik kematian Gwen, sahabatnya. Berhasilkah ia mengidentifikasi siapa pelakunya? Sebuah cerita tentang persahabatan, cinta dan misteri yang menega...