Chapter 13 - Kesaksian Mang Ujang

9 0 0
                                    

Lintang datang ditemani Elang kali ini. Ia menawarkan dengan sedikit memaksa untuk mengantar kemanapun Lintang perlu pergi, daripada membiarkan gadisnya itu pergi bersama Vito lagi.

Lintang menurut saja, daripada memancing keributan yang tidak perlu dengan Elang. Lagipula ia juga suka ditemani pria kocak yang diam-diam mencuri hatinya itu. Dan memang ia tak butuh bantuan Vito untuk bertemu Mang Ujang. Lain dengan saat menemui Nyonya Ambar, kehadiran Vito lumayan memberikannya cukup waktu untuk bicara empat mata dengan Bik Yatmi, sementara Vito yang berbincang dan menemani Nyonya Ambar.

Mang Ujang, pria tambun dengan tampang sangar namun ternyata ramah itu mempersilakan Lintang dan Elang duduk di kursi dalam pos jaga tempatnya bekerja.

Sebuah pos jaga berupa sepetak ruangan persegi berukuran 4x4 meter yang berisi sebuah kursi kayu panjang cukup untuk duduk sekitar tiga orang, sepasang kursi dan meja tempat terletak layar untuk memonitor CCTV yang terpasang untuk memantau sepanjang halaman rumah itu.

"Jadi, Non Lintang mau nanya apa sama saya, Non?" Mang Ujang tampak sangat ingin tahu keperluan Lintang mencarinya sejak Bik Yatmi menyampaikan pesan Lintang kemarin.

Lintang mencoba mencairkan suasana dengan sedikit tertawa berbasa-basi.

"Lintang cuma mau ngobrol-ngobrol saja sebentar sama Mang Ujang."

"Santai aja, Mang Ujang." ucapnya Lagi ketika melihat gelagat si satpam seakan sedikit waspada.

"Oh ya, ada CCTV rupanya, Mang, di sini?" Dengan penuh perhatian kepada layar monitor yang terletak di meja depan kursi Mang Ujang, Lintang mengalihkan pembicaraan.

Mang Ujang seketika menjelaskan bahwa memang dari dulu sudah ada CCTV di rumah itu, tetapi hanya terpasang di area halaman depan, belakang dan samping rumah saja. Tidak ada CCTV di dalam rumah.

Beliau juga menceritakan bahwa Tuan Hartono segera akan memasang CCTV di dalam rumah atas saran dari tim penyidik kepolisian saat menyelidiki kasus Gwen beberapa hari lalu.

Setelah perbincangan mereka sedikit santai, Lintang mulai melancarkan pertanyaannya berkenaan dengan awal mula ia di panggil Nyonya Ambar di pagi buta pada hari naas itu.

Mang Ujang bercerita bahwa kala itu, ia sedang tidur di kursi panjang dalam pos jaganya itu, saat interkom panggilan dari dalam rumah berbunyi. Ia sempat melirik ke arah jam dinding sambil tergopoh-gopoh bangkit berlari menuju rumah. Pukul empat pagi. Ia lumayan terkejut dan bertanya-tanya apa gerangan yang terjadi. Tidak biasanya ada panggilan sepagi buta itu.

Di depan rumah ia sudah disongsong Bik Yatmi yang juga tengah berlari kecil hendak memanggilnya. Bik Yatmi sempat bilang ia diminta Nyonya Ambar untuk mendobrak pintu kamar Non Gwen.

Sesampai di kamar yang dimaksud, sudah ada Nyonya Ambar yang tampak sangat cemas. Setelah beberapa kali mendorong dengan kekuatan penuh, dan bahkan juga menggunakan alat pencukit, barulah pintu dapat rusak dan terbuka.

Kemudian Nyonya Ambar yang langsung menyeruak masuk ke kamar seketika berteriak histeris saat matanya menemukan sosok putrinya tergeletak di lantai, dengan darah berkubang di sekitar tangannya.

Ia berlari menghampiri sang putri dan memanggil-manggil namanya. Mang Ujang dan Bik Yatmi yang segera menyusul juga shock kemudian berlari2 memanggili Tuan Hartono dan penghuni rumah yang lain.

Berdasarkan penuturan Mang Ujang, Tuan Hartono lah yang segera menghubungi polisi, setelah dilihatnya putrinya nyata telah tewas. Sementara Raline dan Nyonya Novia yang juga sudah berkumpul di depan kamar Gwen tampak shock dan ngeri, enggan mendekat.

Tak terbayangkan oleh Lintang, bagaimana suasana hati Nyonya Ambar kala itu. Mang Ujang bercerita beliau langsung tak sadarkan diri begitu Tuan Hartono memeriksa putrinya dan bilang Gwen telah tiada. Ia sendiri mungkin takkan sanggup bila berada di posisinya.

Kemudian Lintang menanyakan mengenai kondisi CCTV malam sebelum kejadian terjadi. Apakah mungkin ada tanda-tanda orang luar yang masuk ke dalam pekarangan tanpa diketahui, atau kemungkinan apapun yang bisa ditarik dari rekaman CCTV malam itu.

Mang Ujang bilang rekaman hari itu sudah dibawa pihak polisi sebagai barang bukti. Tetapi, bisa ia pastikan tidak ada orang luar yang masuk pada malam itu, hingga saat kejadian. Karena ia sudah menontonnya berulang-ulang bersama Tuan Hartono dan tim penyidik kepolisian saat itu.

Pintu pagar juga aman tidak ada tanda-tanda kerusakan atau bekas orang masuk secara paksa. Bahkan kuncinya masih tergantung di saku celana Mang Ujang hingga saat ia membukakan gerbang ketika polisi dan ambulans datang bersamaan.

Lintang menghela napas panjang. Ia berpandangan dengan Elang. Elang menggeleng tanda dirinya juga tak bisa memahami entah bagaimana lagi kalau begitu orang luar bisa masuk tanpa terlihat oleh CCTV. 

Karena sudah tidak ada lagi yang ingin ditanyakannya kepada Mang Ujang, Lintang pun pamit undur diri. Ia mengucapkan banyak terima kasih atas waktu dan kesediaan Mang Ujang membantunya. Dan memberikan kartu namanya, barangkali Mang Ujang mengingat sesuatu mengenai kasus ini yang mungkin perlu ia ketahui.

"Astaga! Berarti pelakunya sungguh berasal dari dalam rumah itu sendiri!" Lintang menggumam saat sudah duduk di dalam mobil Elang, bersiap hendak pergi.

Ia benar-benar shock dengan fakta ini. Awalnya ia menduga mungkin saja ada penjahat dari luar yang datang dan membunuh Gwen. Tetapi dari rekaman CCTV dan kondisi kamar Gwen yang terkunci dari dalam, kemungkinan itu tampak mustahil.

Elang pun ikut menanggapi,
"Pantas saja tim penyidik langsung menyimpulkan ini kasus bunuh diri. Rekaman CCTV dan kondisi kamar TKP yang terkunci dari dalam memang meyakinkan bahwa itu tindakan korban sendiri."

"Kamu benar, Lang. Tapi aku tetap dalam keyakinanku, bahwa Gwen nggak mungkin akan membunuh dirinya sendiri. Aku akan terus menyelidiki setiap anggota keluarganya sampai menemukan siapa pelaku pembunuhan keji itu," ucapnya penuh tekad.

* * *

To be continued ...,




Pesan Kematian GwenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang