24

1.4K 212 44
                                    

2 tahun kemudian

Setelah sukses dengan kisahnya yang berjudul BEAUTY AND THE GHOST (rencana judul awal cerita ini) Banyak yang lebih mengenal Sakura bahkan sekarang sesekali dia tampil di media. Tidak lagi menyembunyikan diri seperti dulu, dia juga sudah mempunyai restoran jepang di new york, yang menyajikan Ichiraku Ramen dengan resep turun temurun dari kakeknya. Dia berhasil memberikan rumah untuk kedua orang tuanya hingga tidak lagi tinggal di rumah kakeknya yang sempit. 

"Sakura mau ikut? kami akan makan bersama." Ucap temannya, dia sedang berada di salah satu ruang di perusahaan penerbit. Manga barunya sedang ditinjau oleh editor. 

"Oh tidak, aku akan datang ke acara pernikahan sahabatku. Maaf."

"Yah, padahal jarang sekali kan kau di Jepang, kapan-kapan sempatkanlah berkumpul."

"Iya nanti aku atur jadwal lagi."

"Apa kau butuh pasangan? aku bersedia." Ucap Lee, seorang mangakus juga.

Sakura cepat-cepat menggeleng, lebih baik dia sendiri dari pada didampingi lelaki beralis tebal, bermata bulat dan potongan rambutnya yang aneh itu. Oh iya dia juga teropsesi dengan olah raga. "Tidak-tidak, terimakasih aku sudah punya pasangan." Ucap Sakura lalu segera beranjak dari tempat itu. 

Banyak hal yang terjadi dua tahun ini, pencapaian-pencapaian yang dia dapatkan rasanya bukan hal yang mampu membuatnya bahagia. Bukan dia tidak bersyukur, tapi memang bukan semua kemewahan itu yang dia inginkan. Tapi tidak dipungkirinya kalau semua itu yang membuatnya mampu bertahan selama dua tahun. Meski hidup seperti robot, meskipun masih ada linangan air mata di setiap malamnya, merindukan lelaki yang sialnya masih sangat jelas dalam ingatannya. Bagaimana lelaki itu bernyanyi, bagaimana tangan kasarnya menyentuh setiap inci dari kulitnya, dan menciptakan patung telanjang dirinya. Entah mungkin patung itu sudah menjadi remah-remah sekarang. 

Dengan polesan sederhana di wajah, dan dress hitam diatas lutut, membuatnya terlihat lebih muda. Semua tamu undangan memakai pakaian sewarna, karena itu dresscode yang diberikan pemilik acara. Dia melihat Ino dan Sai, sedang menggendong anaknya yang baru berumur dua tahun. 

"Ino."

"Sakura" 

Dua wanita itu berpelukan heboh, sampai-sampai beberapa tamu undangan melihat kearah mereka dengan tatapan heran. Sai yang melihat itu pura-pura tidak mengenal mereka. 

"Kau cantik sekali." Ucap Ino

"Tidak kau lebih cantik."

"Kau yang lebih cantik."

"Kalau begitu kau jauh lebih cantik."

"Tidak kau yang jauh lebih cantik."

"Para hadirin sekalian." Ucap pembawa acara, jika tidak ada suara itu mungkin mereka masih adu mulut. 

Acara resmi resepsi  dimulai dengan sambutan-sambutan, dan lain sebagainya, Sasori tampak bahagia sekali di pelaminan bersama dengan wanitanya. Sakura tersenyum saat Sasori menatapnya lalu ikut tersenyum. Para tamu sudah dipersilahkan untuk menikmati hidangan dan acara, seorang penyanyi mulai menyuarakan suara indahnya. Sakura memilih mengambil kue yang kebetulan ada di dekatnya.

"Lihatlah para wanita ini heboh sendiri" Sindir Ino saat melihat segerombolan wanita muda berteriak histeris, sambil loncat-loncat. 

"Tampan sih tapi lihat dia sudah membawa anak." ucap salah satu wanita. 

"Siapa sih? " Ucap Sakura pada Ino sambil memakan bolu di piringnya. 

"Nggak tau, mereka membicarakan lelaki di sana tuh." Sakura mengikuti tangan Ino yang menunjuk seorang lelaki yang memakai setelan jas hitam rapi, salah satu tangannya bersembunyi di saku celananya, satu tangannya memegang gelas wine, dia berbincang dengan temannya yang berambut pirang sambil tertawa. 

Our Tears [ SasuSaku  Fanfiction ] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang