10

1.8K 188 4
                                    


Pesta yang terlalu mewah hanya untuk sekedar ulang tahun pernikahan. Apa dia nanti juga mengadakan acara-acara tidak penting seperti itu jika menikah dengan Sasori? Mengingat Sasori bukan orang biasa saja. Dia sangat kaya, mungkin bisa dikatakan setara dengan pemilik acara saat itu. Acara seperti itu hanya membuang-buang uang, lagi pula untuk apa setiap tahun pernikahan dirayakan semeriah pesta pernikahan itu sendiri, oh atau pesta pernikahannya lebih meriah lagi.

Sungguh pemborosan, jika dia menikah dengan Sasori nanti dia akan menolak untuk membuat pesta tidak penting seperti itu. Lagi pula yang mereka bicarakan hanyalah masalah pekerjaan, saham, perusahaan dijual, perusahaan bangkrut, ini, itu, yang sebenarnya bisa dibicarakan di kantor. Toh para bos ini juga tidak terlalu sibuk, masih lebih sibuk restoran ramen di rumahnya yang bahkan untuk membicarakan hal lain tidak sempat.

"Kau bosan?" Bisik Sasori ketika sepasang pengusaha berpamitan untuk menyapa pengusaha lainnya.

"Ya, kau tau aku orang yang seperti apa. "

"Hahaha maaf, tapi beginilah, saat kita menikah nanti kau akan lebih banyak lagi menghadiri acara seperti ini. Oh itu dia pemeran utamanya" Sakura menatap pasangan muda dengan satu anak kecil yang menggandeng tangan ibunya, pasrah menerima cubitan-cubitan di pipinya.

"Hai bro" Sapa Sasori dari jauh, akhirnya sepasang itu sama-sama berjalan menghampiri, Sakura sudah  seperti anak kecil pirang itu yang mengekori ibunya.

"Hai, menikmati pestanya?" Ucap lelaki pirang, sambil mereka saling bersalaman, tentu saja Sakura dan wanita itu harus cipika-cipiki walau belum berkenalan.

"Kau selalu terbaik dalam mengadakan pesta. " Mereka para lelaki saling memuji satu sama lain, melupakan Sakura para wanita yang kebingungan karena belum dikenalkan. "Oh ya kenalkan Sakura kekasihku, dan Sakura dia Naruto, kolegaku dan ini istrinya Hinata, dan si kecil ini Boruto anak pertama mereka, oh ya kabarnya dia sudah mau punya adik" Sakura tersenyum dan membungkukan badan sedikit sambil mengucapkan namanya, lalu mampir ke pipi Boruto seperti orang-orang. Jujur Boruto imut sekali pipinya berisi dan baru Sakura tau kalau saat pipinya disentuh anak itu langsung cemberut.

"Oh yang belajar di New york kan? Sasori sering sekali menceritakan tentangmu, dan katanya kau benar-benar cantik. Sekarang masih kuliah?"

"Oh sudah tidak, sekarang masih pengangguran. "

"Hahahaha sebenarnya kau tidak perlu bekerja dia punya banyak uang untuk membahagiakanmu. " Ucap Naruto.

Ternyata Sakura telah salah menilai dia fikir pemilik acara adalah orang yang sombong dan suka menghamburkan uang untuk menunjukan kekayaannya, ternyata tidak. Naruto cukup ramah dan suka sekali bercanda. Setelah itu mereka berbincang Sasori dan Naruto, Hinata dan Sakura.

"Sibuk apa sekarang? Aku rasa kau bukan orang yang suka menganggur."

"Aku komikus dan sekarang sedang mengerjakan cerita baru. "

"Oh benarkah aku juga suka sekali membaca komik, apa lagi milik SS. "

"Oh itu aku" Sakura memang menyembunyikan idientitasnya tapi untuk dalam kalangan itu sepertinya tidak perlu, mereka juga tidak akan tertarik dengan komikus tidak terkenal sepertinya, menurutnya.

"Wah benarkah, dan sekarang ini aku sedang berhadapan dengannya wah. Anata, ternyata dia adalah penulis komik favoritku."

"Wah benarkah, hebat. Lalu bagaimana?" Naruto kembali fokus pada pembicaraan dengan Sasori.

"Begitulah lelaki kalau sudah membicarakan pekerjaan selalu saja lupa diri, padahal pagi hari mereka juga membicarkaan pekerjaan tidak bosan apa. "

Our Tears [ SasuSaku  Fanfiction ] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang