19

2.3K 264 53
                                    

Sasuke menuruni tangga, dia sudah mulai hafal dimana letak tangga dan berapa jarak dia harus melangkah agar tidak terjatuh. Masih sambil terus menahan senyum, Sakura benar-benar membuatnya gemas. Jangan salahkan dia jika nanti dia mengingkari janjinya.

"Maaf tuan Uchiha masakannya belum siap." Ucap Sakura saat melihat Sasuke berjalan menghampirinya.

"Ya, aku tau, aku ke sini tidak untuk makan. Tapi untuk menenangkan nyonya Uchiha yang sedang uring-uringan. "

"Siapa yang uring-uringan ? "

"Kau membanting semua alat masakku."

"Lebay, aku tidak melakukannya."

Sasuke meraba meja dapur untuk menghampiri Sakura, tapi sebelum itu Sakura menghampirinya dulu. Sakura tidak mau terjadi sesuatu pada Sasuke. Saat tangan Sasuke bertemu dengan tangannya, Sasuke langsung menariknya mendekapnya erat.

"Kenapa bukannya kau bilang mau menjaga jarak. " Sindir Sakura.

"Bukannya aku tidak mau bermesraan tiap hari denganmu. Tapi  aku tersiksa setiap kali kita bersentuhan, dan semalam itu benar-benar hampir membuatku tidak terkendali. "

"Terserah, jika itu maumu aku bisa apa. "

Sasuke melepaskan pelukannya, tidak tau lagi harus bagaimana. Karena dari nada Sakura dia tidak yakin kalau gadis itu benar-benar setuju. "Kau sudah tau Sakura betapa aku menginginkanmu, jangan beranggapan bahwa aku tidak mau."

"Ya aku tidak beranggapan seperti itu. " Sakura menjawab sambil meneruskan kegiatan memasaknya.

"Kau ingin kita bagaimana?"

"Seperti biasa apa susahnya sih? Lagi pula kau kebablasan juga apa masalahnya. Aku tidak akan hamil. "

"Jika kau mengatakan seperti itu sama saja dengan kau mengira bahwa aku takut untuk bertanggung jawab. Aku tidak seperti itu. Begini, misalkan saja kita sudah berhubungan sejauh itu, lalu orang tuamu tidak mengijinkan kau denganku, dan kita harus berpisah. Bagaimana denganmu Sakura, aku ingin kau tetap berharga untuk siapapun pasangan hidupmu nanti. "

Mendengar penjelasan Sasuke itu membuat Sakura naik darah. "Jadi semudah itu kau melepaskan ku untuk orang lain? Hanya sebesar itu perjuanganmu untukku? Kalau orang tuaku tidak setuju maka sudah kau tidak mau berjuang?"

"Iya, aku tidak punya apa-apa untuk dijanjikan pada orang tuamu. Aku buta Sakura, bisa apa aku, untuk menjaga anaknya saja aku tidak bisa. Dan justru sebaliknya."

"Padahal aku akan meninggalkan orang tuaku untuk bersamamu." Kini Sakura benar-benar membanting panci ke tempat cuci piring. "Ternyata hanya sebesar itu kau mencintaiku." Sakura berdiri tepat di depan Sasuke menatap lelaki yang menyesal telah mengucapkan kalimatnya tadi.

"Tidak begitu."

"Lalu bagaimana?"

"Aku mencintamu Sakura sangat besar, tapi jika hal itu terjadi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Kau milik orang tuamu, masih milik mereka. Kau harta mereka satu-satunya. "

"Bagimu aku ini apa ?"

"Kekasihku, kau berharga bagiku tentu saja. Tapi kau harus sadar Sakura kekuranganku." Sasuke menggapai asal, setelah beberapa kali mencoba akhirnya dia berhasil menyentuh Sakura. "Aku mencintaimu."

"Aku tidak mau kita berpisah, apapun yang terjadi kita jalani semua bersama." Sudah cukup dia ditinggalkan oleh Sasori, dia tidak mau kehilangan Sasuke yang bahkan lebih baik dari Sasori.

Mungkin jika itu terjadi hatinya akan benar-benar mati. Sasuke bentuk dari sosok yang selalu dia halu-kan, lelaki yang mencintai apa adanya dirinya, dia tidak peduli akan kelemahan Sasuke. Bagaimana Sasuke saat ini sudah lebih dari cukup baginya.

Our Tears [ SasuSaku  Fanfiction ] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang