BAB 1

101 18 0
                                    

HAPPY READING!!

=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=

"LO TUH ANJING, BANGSAT! GUE SALAH APA? GUE NGELAKUIN SEMUA INI DEMI LO, AIDEN! LO GAK BISA GINIIN GUE!" Gefira meraung marah.

Aiden menatap Gefira jijik. Aiden mengeratkan rangkulannya pada gadis berambut coklat tua manis bergelombang--Anna, ia kemudian menyeringai puas.

"Pelacur kayak lo, sama sekali gak pantes buat ada di dunia ini," Aiden berbisik lembut tepat di telinga Gefira.

Mata kehijauan Gefira melotot marah. Ia bisa melihat dengan jelas tepat di depan matanya sendiri, lelaki yang selama ini sudah menjadi tunangannya sejak mereka lahir, satu-satunya orang yang ia harapkan dapat tetap selalu ada di sisinya, kini sedang menatapnya rendah bagai sampah tak berguna.

Hati Gefira terasa tercabik-cabik. Ia tidak mengerti, sama sekali tidak mengerti. Mengapa di antara semua orang yang ada di sekitarnya, harus Aiden yang berpaling darinya?

"Bawa dia," perintah Aiden dingin.

"Baik, Tuan Muda."

Gefira mendongak, manik kehijauannya menatap gadis yang berada di samping Aiden marah. Semua karena pelacur itu, semua karena perempuan brengsek itu, hidup Gefira menjadi hancur tak bersisa.

"Awas lo, gua bakal bales semuanya..." gumam Gefira pelan sambil menunjuk Anna.

Anna yang merinding ketakutan karena tatapan tajam Gefira segera memeluk tubuh Aiden erat. Aiden balas menatap Gefira dingin, ia menyipitkan matanya sebelum membawa Anna pergi dari tempat tersebut--meninggalkan Gefira yang hatinya sudah tercabik hingga ratusan keping.


"Wow..."

Liona menutup novel yang sedang dibacanya. Ia melirik jam dinding yang bertengger di dinding kamar, kedua jarum nya menunjukan pukul 1 pagi. Liona merenggangkan tubuhku yang kaku karena tetap berada di posisi yang sama selama 3 jam penuh.

Ia kemudian bangkit dan menaruh buku favoritnya itu kembali ke lemarinya. Ia kemudian masuk ke dalam selimut tebalnya dan menggeliat kecil--mencari posisi ternyaman baginya untuk tidur.

Itu merupakan kali ke-5 ia membaca ulang novel tersebut, dan Liona sama sekali tidak pernah bosan dengan alurnya. Sebenarnya daripada alurnya, ia lebih menyukai karakter penjahat di novel tersebut. Gefira Voe Lioness, putri tunggal dari salah satu keluarga bangsawan ternama di Kerajaan Hubert.

Liona lebih menyukai karakter Gefira yang kuat dan mandiri ketimbang dengan tokoh utamanya, Anna Harish yang lemah dan lugu dan hanya bisa diam saat dibully. Liona pernah menjadi korban bullying sebelumnya. Melihat bagaimana Anna yang tidak berusaha untuk membela dirinya sendiri dan terus bergantung pada orang lain membuatnya muak. Apa Cinderella harus selalu menunggu pangerannya hanya untuk diselamatkan?

'Kalau boleh milih, mending aku jadi Gefira aja,' gumam Liona dalam hati.

Kalau bukan untuk sikapnya yang agak egois dan semena-mena, Gefira adalah sosok yang sanagt sempurna. Wajahnya yang rupawan dan tubuhnya yang ramping, juga kepintarannya dalam berbagai bidang, ditambah dengan statusnya sebagai seorang bangsawan. Bukankah itu kehidupan yang diidam-idamkan oleh semua orang?

Yah tapi melihat bagaimana ia bersikap pada Anna dan murid lainnya, ia memang pantas mendapat hukuman itu.

TAPI TETAP SAJA, SHE IS A QUEEN!

Liona menggeleng pelan. Cukup pikiran tentang Gefira, sekarang ia sangat butuh tidur atau ia akan terlambat datang ke sekolah besok dan tidak bisa mengikuti ujian sekolah.

Liona menarik selimutnya sampai ke atas lehernya. Rasa dingin dari seprai nya yang baru diganti juga aroma bunga lavender lembut yang membuatnya tenang langsung membuat kedua kelopak mata Liona terpejam. Dan dalam beberapa detik, Liona sudah masuk ke alam mimpinya.

Being a VillianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang