Jan lupa vote sama komennya!! <3
=============
"Nona...anda terlihat luar biasa!"
Emma, Sith, dan pelayan lainnya melihat Noma mereka yang kini tengah memakai gaun putih tanpa lengan dengan balutan kristal disekelilimgnya.
Gefria melihat pantulan dirinya dalam cermin. Bahu lebarnya juga leher jenjangnya tampak menonjol ditambah dengan kalung sederhana dengan hiasan batu emerald yang membuat warna kulitnya semakin menonjol. Rambut perak bergelombangnya yang diikat setengah dengan bros kupu-kupu yang menjadi hiasan. Ia juga mengenakan sarung tangan putih panjang dengan cincin mutiara yang melingkar indah pada jari tengah tangan kirinya.
Penampilannya tidak begitu mewah, namun nampak indah dan begitu elegan.
'Persis seperti image seorang Gefira'
Walau pun ia harus menghabiskan sekitar 4 jam untuk penampilannya kini, namun semua waktu itu sepadan dengan hasil yang memukau ini.
"Nona, Tuan Muda Aiden sudah menunggu Anda."
Gefira menoleh dan ia mengangguk. Didampingi oleh Emma dan Sith, Gefria mengikuti Sebastian keluar dari mansionnya—menemui tunangannya yang sudah menunggu.
'Aku penasaran anak itu akan terlihat seperti apa.'
Setidak sukanya Gefira pada Aiden, tidak akan mengubah fakta tentang betapa tampan dan menawannya wajah dari pemeran utama pria dalam novel favoritnya. Entah berapa kali sang penulis menjelaskan tentang ketampanan Aiden yang nampak tidak nyata.
Tentu Gefira mengakuinya—sangat mengakuinya. Tapi dengan sifatnya yang bagaikan tembok tak bernyawa memikirkan soal dia saja sudah membuat Gefira sedikit jengkel.
Begitu Gefira sampai di tangga, ia bisa melihat Aiden yang tengah menunggunya dengan pakaian yang begitu rapih. Ia mengenakan tuxedo hitam-biru tua dengan dalaman blouse putih juga beberapa aksesoris lengkap dengan dasi biru tua dan sarung tangan putih pendek. Ditambah dengan tubuh tinggi tegapnya dan rambut hitam yang nampak bersinar di bawah sinar bulan, penampilannya kini sungguh nampak mempesona.
'Tentu saja, dia pemeran utamanya.'
Gefira turun perlahan sembari terus mengunci pandangannya pada Aiden. Begitu ia sampai Aiden melihat ke arahnya dan mengulurkan tangannya—memberi isyarat untuk mendampinginya sampai ke kerta kuda.
Jangan salah paham, itu bukan karena ia memang peduli. Tapi memang karena etika yang ada.
Tanpa pikir panjang Gefira menerima uluran tangan Aiden dan berjalan bersama ke kereta kuda. Begitu keduanya telah naik sepenuhnya ke dalam kereta, kusir kemudian langsung menjalankan kereta menuju Istana.
"Nona~selamat bersenang-senang!"
Gefira tersenyum kecil begitu ia mendengar seruan dari Emma. Tentu saja, Gefira akan memastikan dirinya akan bersenang-senang.
"...Kau tampak senang."
Gefira menoleh begitu mendengar Aiden. Ia menatap pria itu sesaat sebelum kembali menenangkan ekspresi wajahnya dan menjawab dengan senyuman. "Tentu saja aku senang. Kau sendiri juga senang kan, Aiden? Pesta ini mungkin akan menjadi pesta terbesar yang diadakan tahun ini. Sebuah kesempatan langka."
"Iya."
Gefira menimpali dengan senyuman lain sebum keduanya kembali diam. Tidak ada satu pun kata yang terucap lagi dari mulut keduanya. Gefira tidak begitu peduli karena memang rencananya sejak awal adalah untuk menjaga jarak dengan orang yang akan memenjarakannya kelak. Ia tidak mau terlibat masalah yang merepotkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Being a Villian
ФэнтезиSaat Liona membuka matanya, ia sadar bahwa saat itu ia sudah tidak berada di dunia yang ia tahu lagi. Entah bagaimana, Liona masuk ke dalam dunia novel favortinya dan menjadi salah satu karakter di sana. Gefira Voe Lioness, tokoh penjahat atau antag...