Malam ini Cipto dan Ibu nya duduk di kursi kayu sepanjang kurang lebih satu meter di depan tv. Ningsih begitu fokus menonton acara sinetron yang tengah menampilkan sepasang kekasih beradu mulut. Sementara Cipto sedang berkecamuk dengan pikiran nya. Dia sangat ingin membahas masalah tadi sore yang ditawarkan oleh Pak Rohman, tetapi dia takut akan reaksi yang ditunjukkan ibu nya nanti.
"CIPTO!"
"Ha? Apa Bu?" Cipto gelagapan sendiri ketika pundaknya ditepuk dan suara melengking ibu nya merasuk gendang telinga. Ternyata dia larut dalam pikiran berkecamuk sejak tadi.
"Kamu kenapa melamun? Ada masalah apa nak? Itu nasi pecel mu gak kamu habiskan? Punya ibu saja sudah habis."
Cipto menyuap nasi pecel sekali kemudian menoleh ke arah ibu nya yang masih memperhatikan dirinya.
"Sebenarnya ada yang mengganggu pikiran Cipto buk."
"Bilang sama ibu, ada apa?"
Cipto meletakkan nasi bungkus itu ke meja, mengunyah sisa nasi di dalam mulut dengan cepat lalu menarik nafas dalam dan hembuskan. Setelah nya dia fokus menatap sang ibu.
"Cipto .... Di tawarin beasiswa sama Pak Rohman. Maksud nya... Dia mau mencarikan aku beasiswa kalau aku mau."
Wajah Ningsih masih datar seperti mencerna perkataan Cipto begitu baik. Sementara Cipto sudah was was barangkali ibu nya akan sedih dan menangis.
"Kalau ibu keberatan, Cipto gak akan menerima tawaran itu buk, Cipto gak minat-"
"Terima saja nak." Wajah yang tadi nya begitu datar, saat ini tengah mengembangkan senyum. Sebelah tangannya mengelus punggung tangan Cipto begitu hangat. "Terima tawaran dari Pak Rohman. Kapan lagi kamu bisa kuliah Cip. Ibu senang kalau kamu nanti bisa sukses."
"Ibu yakin? Kuliah juga tidak menjamin kehidupan seseorang akan sukses. Cipto gak masalah kalau gak kuliah. Menjaga ibu seumur hidup sudah buat Cipto bahagia."
"Tidak seperti itu nak, kuliah memang gak menjamin apapun. Tapi kamu akan lebih mendapat wawasan dan pengalaman. Kamu bisa menata hidupmu lebih baik. Kamu bisa mengerti kondisi dunia luar. Tidak mendekam bersama ibu terus. Kamu bisa mencari jati dirimu."
Ningsih memang menangis saat ini. Menitikkan air mata dengan isakan kecil, tetapi menangisnya karena haru. Anaknya mempunyai impian yang masih bisa diusahakan. Walaupun tidak ada yang tahu apakah yang diinginkan nya bisa terwujud atau tidak. Setidaknya bisa di ikhtiar kan. Sekalipun harus dengan jatuh dan bangun lalu jatuh lagi dan dia akan bisa berfikir lebih matang.
"Ibu, terimakasih banyak. Cipto sangat sayang ibu. Beasiswa yang dicarikan pak Rohman nanti belum tau dari universitas mana. Bagaimana dengan ibu disini?"
"Kan ada Budhe Siti, Cip. Dia akan menjaga ibu. Kamu jangan khawatir."
Cipto hanya mengangguk dan memeluk ibunya dengan erat. Rasanya ingin sekali Cipto berteriak. Senang, sedih, dan khawatir bercampur menjadi satu. Dia hanya bisa berdoa untuk kesehatan ibu nya disini juga kelancaran dirinya menempuh pendidikan nanti. Cipto sendiri juga belum tau akankah dia berhasil mendapatkan beasiswa itu atau tidak. Setelah lulus SMA kemarin, dia sama sekali tidak pernah belajar lagi. Hanya mencari kerja serabutan setiap hari.
Selepas berbicara dengan ibu nya dan mendengarkan Beberapa nasihat darinya, Cipto menyuruh ibu nya segera tidur karena sudah malam. Dia sendiri masuk ke dalam kamar nya dan duduk di ranjang. Sebenarnya belum sepenuhnya Cipto yakin dengan keputusan ini, tetapi jika ditanya apakah Cipto ingin kuliah? Maka jawabannya 'Sangat Ingin'. Jika di tanya apa Cipto punya Impian? Maka jawabannya 'Tentu Punya'. Tetapi dalam hatinya Ibu adalah nomer satu. Jika saja ada kerabat lain pasti tidak secemas ini perasaan Cipto. Dia akan dengan senang hati merantau kemanapun dia suka. Namun kenyataannya dari dulu sampai sekarang, hanya Cipto lah satu satunya yang dimiliki Ibunya. Dan ibu nya yang sudah merawat Cipto dari kecil, sebagai seorang ibu juga sebagai seorang ayah. Tentu saja ini pertimbangan yang sulit baginya.
Bersambung...
Terimakasih
Jangan lupa senyum.
Kepala nyut nyut. 🤕
![](https://img.wattpad.com/cover/260451675-288-k449193.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SUCIPTO
Ficção AdolescenteApa yang ada di pikiran kalian tentang nama ini. SUCIPTO AJI PURNOMO. tidak ada? Aku akan menceritakan tentang dia. Pemuda yang sejak kecil hidup dibawah kasih sayang ibu nya. Lantas, bagaimana jika Pemuda itu harus hidup sendiri tanpa ibu nya? Be...