Masa perkenalan tidaklah mudah, benar saja Cipto orang yang kurang percaya diri saat berada di lingkungan asing. Kalau saja tidak ada Mahesa, pemuda pertama yang mengajak ngobrol Cipto di waktu istirahat dan mengajak nya berkumpul di kantin kampus bersama yang lain, tidak akan Cipto mendapatkan teman secepat ini. Beberapa dari mereka lebih suka memanggil Cipto dengan sebutan Aji, dikarenakan ada yang bernama Cipta di antara mereka ber delapan, Cipta sendiri memiliki nama Cipta Hendrawan. Jika dia dipanggil Hendra, ada juga diantara mereka yang bernama Mahendra, tidak punya kepanjangan. Ada juga yang tetap memanggilnya Cipto asal bisa membedakan antara A dan O tidak akan keliru.
" Jadi bagaimana bisa nama Jawa mu itu gak sinkron dengan wajah bule mu, Ji?" Hendrawan yang bertanya begitu.
"Enggak tau."
"Aku yakin orang tua mu ada yang keturunan bule kan, Ji?" Cipta menyahuti sambil mengunyah mie kuahnya yang begitu penuh di dalam mulut.
"Kalau nanti aku sudah tau, akan ku kasih tau kalian. Sekarang aku emang gak tau." Cipto meneguk kopi hitam nya, kemudian mencomot pisang goreng di piring milik Mahesa. Sementara yang lainnya lebih fokus kepada makanan dan handphone.
Pertemuan pertama Cipto dengan kawan kawan nya cukup berkesan. Hingga tanpa di sadari Cipto dengan mudah nya mengimbangi setiap pembicaraan yang mereka buat. Memang pada dasarnya Cipto itu ramah dengan semua orang. Apalagi dengan perempuan cantik. Terbentuklah sebuah perkumpulan sederhana di sebuah kantin belakang yang jarang sekali di kunjungi mahasiswa. [Cipto, Cipta, Mahesa, Hendra, Arman, Paul, Riko, dan Abi] pengisi kantin belakang untuk waktu berkelanjutan.
=°=°=°=°=°=
Hari demi hari dilaluinya dengan normal meskipun penuh suka duka. Tidak bisa dipungkiri bahwa Cipto sesekali mendapat kesan tidak baik dari beberapa mahasiswa. Untung nya Cipto memiliki Kawan kawan yang sangat peduli. Namun tak sedikit pula yang memuji ketampanan nya disertai kulit sawo matang cenderung sehat dan segar. Warna iris mata hitam legam dengan postur tubuh menjulang tinggi. Cipto memang orang yang terlampau santai ketika ada beberapa pemuda yang mengatainya 'tebar pesona' atau ' tampang operasi'. Padahal Cipto sendiri tidak paham apa yang sebenarnya mereka katakan dan keluhkan, alih-alih meladeni Cipto berfikir mungkin takut salah satu pasangan mereka pindah haluan. Berakhir dengan Cipto hanya mengedikan bahu acuh.
"Kenapa kau mau pindah Ji? Padahal kau punya kamar sudah sangat bagus dan bersih." Paul menatap ke arah Cipto yang sedang mengepulkan asap rokok. Kantin belakang yang sepi membuat mereka leluasa untuk nyebat atau sekedar main kartu abal-abal.
"Karena aku baru tau biaya per bulan nya mahal. Mana cukup uang ku, aku gak akan sanggup bayar untuk bulan depan dan selanjutnya."
"Begini saja Ji, nanti sore kau pindah ikut denganku ke kos. Tidur satu ruang dengan ku nanti kita bayar patungan. Bagaimana?"
"Serius boleh nih?" Cipto sumringah mendengar tawaran Paul untuk tinggal satu kos dengan nya, bisa sangat menghemat biaya kalau seperti ini.
"Tentu boleh. Aku pun senang ada kawan nya, uang ku jadi tidak terlalu banyak keluar."
"Dan kalau kamu mau Cip, kamu bisa kerja di cafe Abang ku." Mahesa menimpali menambah kesenangan Cipto berkali kali lipat. Mana mungkin Cipto menolak kesempatan emas ini. Dengan begitu Cipto tidak perlu meminta banyak uang ke Ibu nya.
Beberapa hari lalu Cipto memang baru sempat menanyakan berapa biaya sewa per bulan kepada pemilik kos, dan setelah mengetahui nya Cipto hanya hanya mengangguk kemudian kembali ke dalam kamar. Mungkin bagi orang lain tidaklah mahal, tetapi bagi Cipto yang tidak pernah mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk perkara tempat tidur, Cipto merasa keberatan. Dan sore ini Cipto mengeluh ingin pindah kos yang lebih murah saja. Dan berakhirlah di tempat milik Paul dengan keadaan jauh berbeda dari kos pilihan Pak Rohman. Di kos ini pula tidak hanya diisi dengan Paul saja, melainkan Abi dan Hendra.
Bersambung....
👇 Bintang
KAMU SEDANG MEMBACA
SUCIPTO
Teen FictionApa yang ada di pikiran kalian tentang nama ini. SUCIPTO AJI PURNOMO. tidak ada? Aku akan menceritakan tentang dia. Pemuda yang sejak kecil hidup dibawah kasih sayang ibu nya. Lantas, bagaimana jika Pemuda itu harus hidup sendiri tanpa ibu nya? Be...