4. Pasar

3 3 0
                                    

Pagi ini Cipto sudah siap untuk pergi ke sawah seperti biasanya. Mencari keong jika ada. Sebelum berbelok di gang menuju sawah, Cipto sempatkan berjalan lurus untuk menuju rumah Pak Rohman. Setelah sampai di depan rumah yang besarnya dua kali lipat dari rumah nya itu, Cipto melihat Pak Rohman yang sedang memandikan motor kesayangan nya.

"Assalamualaikum, Pak Rohman."

"Eh, waalaikumsalam Cip. Ayo masuk sini."

Cipto masuk di pelataran rumah Pak Rohman dan mengikuti Pak Rohman yang hendak duduk di kursi kayu panjang dekat pintu masuk. Dia ikut duduk ketika sudah di persilahkan.

"Maaf pak, mengganggu acara cuci motor nya."

"Enggak apa apa Cip, kamu mau membicarakan tentang beasiswa itu kan? Bagaimana, ibu mu mengizinkan?"

Cipto mengangguk "iya pak, ibu mengizinkan."

"Nah, bagus sekali. Sekitar satu Minggu an nanti saya kabari lagi ya Cip. Saya ada kenalan Dosen di universitas negeri di kota."

"Iya pak, terimakasih banyak. Maaf merepotkan."

"Tidak apa Cip. Kamu itu dari dulu teman baik nya Baron, saya kenal sekali denganmu. Jadi menurut saya kamu memang patut melanjutkan pendidikan."

Cipto hanya tersenyum kemudian pamit untuk pergi mencari keong. Pak Rohman mengiyakan dan kembali mencuci motornya setelah Cipto meninggalkan pekarangan rumah nya.

Cipto berbelok di gang menuju sawah milik warga. Cipto mencari dengan teliti di setiap sudut sawah. Hampir menghabiskan 4 jam Cipto menyusuri petak demi petak sawah, beruntung sekali pagi ini keong lumayan banyak. Ketika dirasa keong nya sudah cukup untuk di jual, dia segera pergi ke pancuran air untuk mencuci tangan dan kaki, sekalian mecuci keong nya agar bersih dari lumpur. Baru kemudian berjalan menuju pasar, Cipto langsung mendatangi tempat Pak Munir.

"Assalamualaikum Pak Mun, keong nya nih." Cipto meletakkan ember berisi keong di dekat Pak Munir yang sedang melepas cangkang cangkang keong.

"Iya Cip, bentar ya. Mae! Mae tolong kasih uang ke Cipto." Pak Munir memanggil anak nya karena kedua tangannya sedang kotor. Tidak lama kemudian perempuan yang dipanggil Mae itu muncul dengan dompet di tangannya. Dia memberikan beberapa lembar uang kepada Cipto.

"Terimakasih Mae Cantik." Cipto menerima uang nya dan memasukkan ke dalam saku celana.

"Iya mas Cip."

Dilihatnya wajah perempuan bermata sipit keturunan Cina dari ibu nya sedang tersenyum malu malu.

"Ya sudah Pak Mun, saya permisi dulu." Cipto pergi untuk membeli sarapan di tempat Pak Abu, dekat dengan kios tempat Ningsih jualan Kue. Sekalian Cipto ingin melihat jualan ibu nya sudah laku seberapa.

"Pak Abu, nasi seperti biasa. Tapi tambah Bacem nya ya."

"Siap Cip."

Sambil menunggu nasi di siapkan Pak Abu, Cipto menengok dagangan ibu nya. Tinggal beberapa yang ada di wadah. Cipto tersenyum senang melihat dagangan ibu nya laku. Kue Ningsih memang terkenal dengan rasanya yang nikmat. Harga pun terjangkau.

"Ibu sudah sarapan belum?" Cipto duduk di dekat ibu nya.

"Sudah Cip, kamu?"

"Masih di siapin Pak Abu."

Beberapa menit kemudian nasi pesanan Cipto sudah jadi, Cipto makan di kios Ibu nya dengan lahap. Sambil sesekali matanya menyapu pandang di sekitarnya. Pasar kalau semakin siang semakin sepi, tetapi hari ini entah kenapa masih terasa ramai. Setelah selesai makan, Cipto pamit pergi ke surau sembari menunggu sholat Dhuhur. Seperti biasanya dia akan berdiam diri di teras surau, menikmati suasana yang sunyi dan adem.

Biasanya kalau siang seperti ini sedikit yang berjamaah, kebanyakan dari mereka masih sibuk bekerja. Kalaupun sholat pasti lebih memilih sholat di rumah masing masing.

"Cipto."

Cipto menoleh ke samping dimana seorang bapak-bapak berpeci hitam datang dan duduk di sebelah nya.

"Mau Adzan pak?"

"Iya, atau kamu aja yang Adzan?"

"Enggak deh, Bapak aja." Cipto menggaruk tengkuknya dan berdiri untuk mengambil Wudhu, sementara bapak tadi masuk ke dalam surau untuk Adzan Dhuhur.


Bersambung..

Sesi curhat 👇

Ini draf terakhir, aku gak tau bakal up kapan setelah ini. Aku sangat sibuk sekali. Bahkan yang 'Aku Gila' draf nya hampir abis juga.
Gak ada waktu buat nulis, pdahal di otak tuh banyak bet ide ide... Cuma kalau lagi sibuk gtuh, pikiran kemana mana. Gak bisa fokus. Oke. Selesai... terimkasih 🙏

SUCIPTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang