"Ndre, kalo ada guru yang masuk, bilangin, gue di perpustakaan."
Juna langsung pergi dari kelas menuju perpustakaan sambil membawa tas bercorak army miliknya.
"Bu Ella~ Juna nebeng wifi buat tes masuk univ, ya?"
"Udah mulai tes masuk?" tanya Bu Ella sembari menyerahkan kartu akses wifi pada juna.
"Iya, Bu. Abis UN langsung pengenalan kampus, kalo lolos."
"Gercep juga, ya? Semangat, Jun!"
Juna berjalan menuju sebuah bangku di pojokan yang dekat dengan colokan listrik. Ia mengeluarkan laptop serta charger-nya. Sembari menunggu laptopnya menyala, Juna merenggangkan ototnya.
"Lu pasti bisa, Jun!" Juna menyemangati dirinya. Setelah terhubung ke wifi perpustakaan, Juna segera membuka website universitas. Ia membaca peraturan dan tata tertib sekali lagi agar tak terjadi kesalahan.
Juna mulai mengetikkan identitasnya di lembar jawaban. Hampir dua jam, Juna fokus pada ujiannya. Beruntung, selama jam pelajaran, tak ada murid dari kelas lain yang datang ke perpustakaan, ia lebih fokus.
Bel istirahat pertama berbunyi, Juna berdiri dan kembali merenggangkan ototnya. Ia membereskan bangku yang tadi ia gunakan, memasukkan laptop beserta charger-nya ke dalam tas dan berjalan ke depan.
"Thanks, Bu," ujarnya sembari menyodorkan kartu akses.
"No prob. Semoga sukses dengan ujiannya," jabar Bu Ella. Beliau adalah salah satu guru yang humble pada muridnya.
Juna berjalan santai menuju kelasnya. Saat masuk, kelas sudah hampir kosong, hanya ada beberapa murid, Andre salah satunya. Ia memang jarang pergi untuk beli makan siang kecuali jika ada yang sukarela meneraktir dirinya.
"Temenin gue ke kantin, yuk! Mikir dari tadi bikin perut gue kosong." Juna menghampiri bangkunya dan meletakkan tas di meja. "Gue traktir mie," sambungan setelah melirik Andre yang bangkit dengan aura malas.
"Dua porsi, jangan kurang kalo lebih, boleh," jawab Andre dengan aura yang lebih bersinar.
"Rakus."
Mereka berjalan beriringan menuju kantin. Keduanya berpapasan dengan Dandi, sobat mereka dari kelas lain.
"Tumben jam segini baru ke kantin. Biasanya lebih gercep daripada bel," ujar Dandi sarkas.
"Bacot! Bilang aja iri sama kecepatan gue!" balas Andre yang tersindir. Dandi berdecak sebal, ia malas melayani Andre dalam mode kelaparan.
Juna terkekeh melihat kedua sahabatnya yang jarang akur. Ia merangkul keduanya dan membawa mereka ke kantin.
•••
"Mas Angkasa gak istirahat dulu?" tanya mahasiswi yang menjadi bawahan Fauzan di BEM.
"Nanti. Aku udah sarapan tadi jadi masih kenyang," sahut Fauzan yang sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari tumpukan berkas. "Kalo mau istirahat, pergi aja, kerjaannya disambung nanti.
Setelahnya, ruangan itu kembali hening. Yang lainnya pergi tanpa suara.
Fauzan sangat sibuk. Ia terpaksa menggantikan Adjie mengurus berkas penerimaan mahasiswa baru. Ketuanya kali ini membawa anggota lain untuk kembali bersosialisasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
(This Is Not) A Ray Of Hope
RandomCover pict : Pinterest with a little light editing