PROLOG

850 49 5
                                    

    Suasana di pantai sore ini sangatlah menenangkan, ombak berdebur dan berdesir di pasir pantai. Cahaya senja memikat membuat tuan siapapun merasa takjub. Udara segar menerpa kuat membuat payung biru besar bergerak dan bergetar.

    Seorang gadis cantik terbaring manis di atas kursi panjang sambil menatap ke arah pantai. Di tangan kanannya dia memegang segelas minuman moktail berwarna-warni. Sedangkan jari tangan kirinya dia ketuk-ketukkan di atas meja.

    Renata Estiana Diatmika. Gadis berdarah asli Jogja yang saat ini tinggal di Bali. Renata baru saja menamatkan pendidikan tingginya sebagai sarjana ilmu komunikasi. Renata adalah orang yang random, emosional, penuh drama dan penggila uang.

    Renata lahir dari keluarga yang berkecukupan. Namun sejak SMA dia aktif membuat konten di YouTube dan memiliki pengikut yang lumayan banyak. Selain gila uang dan barang-barang mewah, dia juga suka traveling dan makan makanan pedas.

    Selama ini kehidupan Renata berjalan normal, dia memiliki banyak teman, followers dan orang tua yang selalu mendukung keinginannya. Renata adalah anak bungsu dari empat bersaudara, semua kakaknya telah hidup mapan dan berkeluarga. Tinggal Renata yang sedang berancang-ancang untuk memulai peraduan nasibnya.

    Satu bulan setelah wisuda, Renata pindah ke Bali. Dia pindah bukan karena di usir orang tuanya, tapi karena dia di terima bekerja di perusahaan besar di kota Denpasar Bali. Renata menerima pekerjaan itu karena benefit-nya cukup banyak dan sangat menggiurkan.

    Kemarin dia melakukan interview secara bertahap dan dia di terima magang di perusahaan ARSeven. Renata sudah menyiapkan mental dan kewarasannya untuk memulai bekerja di perusahaan asing itu besok pagi.

    Di saat Renata menikmati senja dan suasana yang tentram, tiba-tiba dia mendengar suara berisik dari arah samping. Renata meletakkan gelas moktail di atas meja dan menoleh ke samping sambil melepas kacamata hitamnya. Dia melihat ada dua anak kecil sedang bermain pasir. Anak kecil itu menggali pasir cukup kuat sampai-sampai pasirnya terciprat ke wajah Renata.

    Renata berdiri dari duduknya dan menghampiri kedua bocah laki-laki dan perempuan itu. Renata merebut skop kecil milik bocah laki-laki itu dengan paksa. Bocah itu tampak kesal dan menatap Renata dengan tajam.

    "Siapa yang suruh kalian main di sini?" tanya Renata dengan tangan yang dia silakan di depan dada.

    "So what? Balikan skopnya." Ucap bocah itu dengan galak.

    "Kecil-kecil songong lo ya? Ombak di sini suka makan anak kecil kaya kalian." Ucap Renata dengan bohong.

    "Aunty bohong. Aku nggak pernah denger hal aneh kaya gitu." Ucapnya dengan marah.

    "Aunty? Aku itu masih muda! Kalian denger ya? Di kota kakak kalo jam segini anak kecil masih main di luar, nanti di culik wewegombel terus di makan." Renata berjongkok di dekat anak-anak itu, dia sengaja menakut-nakuti anak itu supaya lekas pulang ke rumah.

    "Reas nggak percaya!"

    "Dasar ingusan!" Kesal Renata.

    Tidak lama itu seorang ibu-ibu berpakaian baby sitter datang dengan wajah cemas bercampur kemarahan. Ibu itu menarik kedua anak kecil itu menjauh dari Renata.

    "Kamu mau culik anak saya kan?" tanya ibu itu dengan galak.

    "Ha? siapa yang mau culik anak ibu?"

    "Halah mana ada penculik ngaku!" Ucap Ibu itu dengan marah.

    "Emang wajah saya ada tampang penculik? Saya cuma ngingetin anak ibu buat pulang, ini udah sore." Renata mencoba membela diri, namun ibu itu tidak peduli dengan alasan Renata.

    Ibu itu mengambil handphone dari dalam saku bajunya dan memotret Renata tanpa Izin. Renata menatap ibu itu dengan bingung juga kesal.

    "Buat apa ibu foto saya? hapus!" Renata berusaha merebut handphone itu, namun ibu itu menghalanginya dan langsung menyimpan handphone-nya di saku celana.

    "Ini sebagai bukti, sampai tuan muda hilang berarti kamu penculiknya." Ucap ibu-ibu itu dengan galak.

    "Enak aja. Ibu jangan fitnah! Lagian kalo jaga anak itu yang bener, bukannya di tinggal!" kesal Renata.

    "Ayo sayang. Kita pulang. banyak orang jahat berkeliaran." Ucap ibu itu sambil menarik tangan kedua anak kecil itu.

    "Woy! Hapus foto gue!" teriak Renata.

    "Dada Wewegombel!" teriak bocah laki-laki itu.

    "Gue jitak juga lo bocah!" kesal Renata pada bocah itu.

    Renata memang tidak pernah akrab dengan anak kecil, malah bisa di bilang dia tidak suka anak kecil. Renata anak bungsu jadi dia tidak pernah merasakan memiliki adik kecil, bahkan Renata pun tidak akrab dengan keponakannya. Bagi Renata anak kecil adalah sumber kekacauan dan bahaya.

    Di saat Renata tengah uring-uringan sambil menendang istana pasir yang sempat anak kecil itu buat, tiba-tiba seseorang mendekatinya dengan ekspresi wajah yang bingung.

    "Lo kenapa sih Ren?" perempuan dengan rambut sebahu itu bernama Mika, teman Renata sewaktu kuliah di Jogja.

    "Gue kesel! Masa gue di kira mau culik anak? Ya kalik, gue lihat anak kecil aja gedeknya minta ampun." Renata berkacak pinggang dengan wajah yang kesal.

    "Apa? Ya Tuhan kasihan banget sih lo? Niatnya mau refreshing sebelum kerja malah di fitnah mau culik anak. Ngakak gue." Ucap Mika dengan tawa.

    "Kenapa ketawa? Seneng lihat gue menderita? Gue sekarang udah nggak mempermasalahkan tuduhannya, tapi dia sempat foto muka gue dan bilang kalo sampai anaknya hilang berarti gue yang culik itu anak." Ucap Renata sambil menunjuk wajahnya.

    "Wah gila! Parah kalo itu mah! Kalo tiba-tiba anak itu hilang, ibu itu akan kira penculiknya itu lo. Dan kalo ibu itu laporin lo ke polisi, tamat hidup lo Ren."

    "Makanya. Gue tadi sebenarnya mau banting Hp-nya, tapi gue ogah ganti rugi."

    "Udah sabar. Semoga aja nggak terjadi apa-apa sama itu anak. Mending kita makan." Mika mengusap punggung Renata.

    "Hah, lo yang traktir. Gue belum kerja jadi nggak ada duit." Renata mengambil tas kecil di atas meja dan berjalan mendahului Mika.

    "Gue punya temen minus akhlak banget." ucap Mika dengan geleng-geleng kepala.

    Sesampainya di kafe, mereka duduk di meja dan memesan makanan western. Kurang dari setengah jam, makanan itu sampai. Renata terlihat menyalakan live streaming dan merekam aktivitasnya di kafe.

    "Hai guys, sore ini aku lagi ada di kafe Del Amor. Jadi sekarang aku lagi sama temen aku yang asli orang bali. Namanya Mika." Ucap Renata sambil mengerahkan layar handphone ke arah Mika.

    Dengan terpaksa Mika pun melambaikan tangan ke arah kamera dengan senyum yang di paksakan. Setelah itu Renata mulai me-rivew makanan western itu dan membuat Mika merasa terganggu. Renata memang kerap membagikan aktivitasnya di insta story.

    "Gini amat punya temen cantik." Gumam Mika sambil makan.

📖📖📖
Welcome to It's Not FINE! world
The sixth story by senjasaturnus

Jangan lupa VOTE FOLLOW SHARE AND COMMENT

Pernah mengikuti Challenge

It's Not FINE! [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang