Di pagi hari yang cerah, Renata terlihat berdiri di pinggir jalan sambil membawa tas ransel berwarna merah di tangannya. Matahari sudah tepat di pukul tujuh, biasanya jam segitu dia sudah di kantor untuk bekerja, tapi saat ini dia sedang mengantar Andreas sekolah di Basic Internasional school.
Renata menyebrang jalan sambil menarik tangan Andreas. Seharusnya mereka di antar sampai depan gerbang sekolah, tapi karena mobil yang mereka tumpangi bannya bocor, jadi mereka terpaksa berjalan kaki sekitar dua puluh meter.
Andreas terlihat biasa, malah dia senang bisa berjalan bersama Renata sambil bergandengan tangan. Tapi, Renata yang terlihat kesal karena rambut yang dia rebonding sejak subuh sudah rusak akibat udara panas dari kendaraan yang berlalu-lalang di jalan.
“Aunty, makasih ya udah anter Andreas. Nanti jangan lupa jemput, oke, muach,” ucap Andreas sambil mencium tangan Renata.
Renata terdiam seketika, baru kali ini ada anak kecil yang mencium tangannya. Renata menggelengkan kepala lalu menatap Andreas yang tersenyum ke arahnya, dia sadar jika selama ini dia menjauhi anak kecil jadi dia belum pernah merasakan kontak fisik dengan anak kecil seperti ini.
“Iya. Belajar yang rajin, kalo ada yang bully, tonjok aja, jangan malah nangis.”
“Kata aunty Anes, Reas di suruh lapor BK aja, jangan pakai kekerasan.”
“Terserah. Ya udah sana masuk, bentar lagi bel. Gue mau ke kantor, nanti bokap lo ngamuk lagi sama gue.”
“Assalamualaikum, dadah aunty Rena!” Andreas berlari masuk ke dalam gerbang sambil melambaikan tangan ke arah Renata.
“Waalaikumsalam,” jawab Rena dengan dahi mengkerut.
“Dia Islam? Gue pikir Yahudi, bokapnya aja kaya firaun,” ucap Renata yang kemudian berlalu pergi.
**InF**
Di kantor besar yang terletak di kota Denpasar. Renata berjalan di lantai tujuh sambil mengecek handphone-nya, dia sudah telat kurang lebih lima belas menit namun Renata tampak santai dan menikmati langkahnya. Di saat dia berjalan menuju ruang editing, Renata melihat hampir semua karyawan menatap ke arahnya dengan tatapan yang berbeda-beda.
Renata menghentikan langkahnya, sepertinya semua orang masih menganggapnya sebagai penjahat. Renata harus menjelaskan pada mereka semua jika dia tidak salah dan dia masih bekerja di ARSeven. Baru Renata ingin membuka mulut untuk bersuara, tiba-tiba seseorang datang.
“Kembali bekerja! Saya tidak suka jika kalian hanya berbicara tanpa ada hasil yang memuaskan.”
Seseorang berjalan dari belakang Renata dan berhenti tepat di sampingnya. Renata menatap Arjuna yang tingginya sekitar seratus delapan puluh sentimeter lebih, sedangkan Renata hanya seratus enam puluh tujuh sentimeter. Renata menatap Arjuna dengan tatapan tajam, dan wajah yang songong.
“Masih berani kamu muncul di depan saya?” tanya Arjuna.
“Maaf pak. Ibu Anes meminta saya untuk masuk bekerja,” ucap Renata dengan profesional, tanpa melibatkan masalah pribadi dan kebenciannya.
“Berhenti menghasut keluarga saya, dan angkat kaki dari sini,” ucap Arjuna yang menohok hati.
Renata terlihat mengepalkan kedua tangannya sampai kuku-kukunya memutih, nafasnya sudah kembang-kempis. Ingin rasanya dia menonjok Arjuna di depan staf-stafnya, supaya mereka bisa melihat bos arrogant dan otoriter itu kalah oleh seorang wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Not FINE! [Completed]✓
Literatura FemininaWattys2021 - CHICKLIT Setelah lulus kuliah, Renata diterima bekerja sebagai content creator di salah satu perusahaan. Namun di hari pertama gadis itu bekerja, ia terus dirundung kesialan. Usut punya usut, kesialannya bukan karena tindakan senior jai...