Part 17 Kuasa Hukum

240 32 0
                                    

    “Dia itu orang gila, nggak seharusnya dia ngelakuin itu.”

    Seorang perempuan berpakaian casual, berjalan mendekati gerbang yang saat ini tengah di jaga oleh dua security. Sedangkan di belakang perempuan itu ada seorang laki-laki berpakaian sedikit rapi mencoba untuk meminta perempuan itu untuk mengurungkan niatnya.

    “Gue nggak akan pernah pergi dari sini, sebelum dia cabut tuntutannya,” teriak Mika pada Jansen, pacarnya.

    “Tapi dengan lo bicara dan ngamuk kaya gini. Nggak akan pernah bisa mengubah keputusannya,” ucap Jansen.

    “Gue nggak peduli. Cowok dingin kaya dia itu harus di kasih pelajaran,” ucap Mika sambil membawa pistol.

    “Lo udah gila? Kenapa lo bawa senapan?”

    “Gue mau dia cabut tuntutannya ke Rena!” teriak Mika.

    Mika kembali melangkahkan kainya dan mendekati gerbang rumah Arjuna. Sesampainya di depan gerbang mereka berdua di cegat oleh security, Mika langsung menodongkan pistolnya dan membuat kedua security itu terpaksa membuka gerbang.

    “Sayang. Jangan gegabah, nanti kita bisa di laporin ke polisi juga sama Arjuna,” Jansen terus mencoba untuk menenangkan Mika dan mengajaknya untuk pergi.

    Mika mengabaikan ucapan Jansen dan terus berjalan sampai di depan teras rumah Arjuna. Mika berteriak dan memanggil nama Arjuna, tapi sampai lima menit dia berdiri dan menghabiskan tenaga untuk berteriak, Arjuna tidak kunjung keluar dari rumahnya.

    “Arjuna! Keluar lo! Jangan jadi pengecut. Sampah!”

    “Udahlah yang, mereka nggak ada di rumah. Percuma kita ke sini. Mending kita pulang.”

    “Renata itu nggak salah yang. Cowok angkuh dan dingin itu yang kelewatan udah masukin Renata ke penjara tanpa kesalahan.”

    “Iya, gue ngerti yang. Tapi, apa dengan lo bicara dan ngeretak dia pakai pistol, dia akan cabut tuntutannya? Enggak, yang ada Arjuna semakin memperbesar kasus Renata dan dia akan semakin lama di penjara,” ucap Jansen yang membuat Mika bingung.

    “Juna! Keluar lo! Lo nggak bisa masuki Renata ke penjara. Dia nggak salah apa-apa Juna. Buka pintunya!” Mika menggedor-gedor pintu itu sambil beberapa kali menekan tombol bel.

    “Mbok, sebaiknya kalian pergi dari sini, keluarga pak Arjuna sedang tidak ada di Indonesia,” ucap security yang tadi menjaga gerbang.

    “Di mana tuan lo?” tanya Mika.

    “Mereka saat ini sedang di Turki.” 

    “Kapan dia kembali?”

    “Saya tidak tau kapan pastinya, tapi pertunangan pak Arjuna akan di lakukan sebulan lagi. Kemungkina mereka akan pulang bulan depan,” ucap security yang membuat Mika putus asa.

    Mika membanting pistolnya dan terduduk di undukan teras rumah Arjuna. Mika menangis dan menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. Jansen mendekati Mika dan mengduap punggungnya.

    “Renata nggak salah yang. Gue yan bawa mobil itu ke bengkel KoAhong, tapi gue nggak tau kalo mobil itu akan di curi.”

    “Iya gue ngerti, lo tenang aja dulu. Lebih baik kita pikirin gimana caranya kita bisa mengalahkan kuasa hukum Arjuna di pengadilan nanti.”

    “Gue nggak yakin kita bisa menang. Juna pasti udah mempersiapkan kuasa hukumnya untuk menuntut Renata dengan berat. Kasihan Rena yang, dia selalu baik sama gue. Dia yang selalu bantu ketika gue masih kuliah di Jogja. Rena nggak bisa tertekan, dia bisa ngelakuin hal yang buruk sama dirinya sendiri,” ucap Mika dengan sedih.

It's Not FINE! [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang