BAB 5

435 99 3
                                    

Dukung BukiNyan di trakteer.id dengan 5 cangkir kopi, kamu sudah bisa mendapatkan PDF hingga membaca Healing Love dan Night Doll sampai tamat selama 30 hari. Dengan mentraktir juga, kamu sudah bisa membantu BukiNyan untuk mendapatkan monitor baru agar tetap produktif.

Jika mentraktir dalam rangka untuk komisi, harap segera konfirmasi. Karena waiting list sudah hampir full.

□□□□□□

Sore harinya saat Kushina Uzumaki memutuskan untuk menghambur-hamburkan uangnya. Hinata dan Naruto terdiam hanya untuk memikirkan situasi terbaru mereka. 

"Tidak bisa begini, 'kan?" celetuk Naruto. Dia yang malah terserang panik, sedangkan Hinata sangat santai, menanggapi hanya dengan melihat laki-laki itu bermondar-mandir. "Dengarkan aku sekali saja," kata Naruto, kemudian mengambil duduk kembali.

"Sejak tadi aku mendengarkanmu menggerutu kok," balas Hinata terdengar tidak terlalu peduli dengan apa yang akan terjadi kepada mereka—tidur satu kamar saat mereka bukan sebagai pasangan. "Aku tidak masalah satu kamar denganmu. Kalau kau khawatir aku akan mengganggu kerja malammu, tenang, aku tidak akan berisik. Tidurku juga tidak mendengkur."

"Aku bukan mempermasalahkan hal itu, Hinata."

"Lalu yang jadi masalah apa? Apa karena kau tidak pernah tidur dengan seorang gadis?" Naruto mengira Hinata baru saja seperti sedang mengejek dirinya. "Atau apa?" 

"Hanya tidak nyaman saja," gadis itu berpaling sebentar, sementara wajahnya berubah serius seakan dia mulai ikut khawatir. "Apa kau merasa nyaman satu kamar dengan seorang laki-laki?" dia kali ini hanya memperhatikan Naruto. "Bagaimana perasaanmu?"

"Biasa saja," ujar Hinata skeptis. "Ya, walau agak berdebar-debar sih. Tapi bukan pertama kalinya aku dihadapkan pada situasi seperti ini. Hanya maksudku, situasi bahwa aku harus berduaan agar kami benar-benar seperti pasangan. Aku pernah mencium pipi klienku, atau memeluk klienku, bahkan kami bergandengan tangan. Sebetulnya kau takut bahwa bayarannya semakin ditambah karena ini dadakan?"

Naruto menggelengkan kepala. "Aku tidak peduli dengan uang-uang itu."

"Toh lakukan saja demi misi kita kalau begitu."

Naruto merasa bahwa ini akan jadi awal dari masalah baru mereka. Setelah itu, bakal ada banyak masalah yang harus dihadapinya, begitu Kushina tidak kunjung pergi dari Jepang. Tidak mungkin juga mereka perlu menciptakan skenario baru, hubungan mereka kandas karena pertengkaran. Namun kalau dipikir-pikir, daripada sebuah kemesraan, dia harusnya membuat skenario baru putus hubungan. Ah, tidak, tidak, itu bakal memperumit keadaan. Sudah pasti ibunya bakal gencar mencari wanita lain. 

Sejak sore hari sampai malam, Naruto terus memikirkan apakah mereka benar-benar harus tidur satu kamar. Namun dia akan diam-diam pergi ke ruang kerjanya untuk tidur di sana. Masalahnya, dia harus tidur di sofa? Ia tak punya sofa multi-fungsi yang dapat begitu saja berubah menjadi ranjang yang nyaman. Menyesal saat seorang sales menawarkan barang semacam itu tapi dia malah berlalu pergi.

Mereka berdua sudah siap dengan piama pasangan. Terlihat sangat menjijikkan tapi bagus juga saat dikenakan. Seperti pasangan di luar sana yang suka mengoleksi barang yang sama, memperlihatkan betapa romantis mereka. Tapi sebaliknya sembari memperhatikannya di cermin, Naruto terlihat kaku atau dia memang masih kurang menerima apa yang sudah menjadi keputusannya.

"Kau mau ke mana?" tanyanya kepada Hinata, ketika gadis itu akan keluar kamar. 

Hinata menunjuk ke arah pintu. "Ibumu mengajak minum teh. Apakah aku harus menolak? Katanya, dia membawa teh kesukaannya dari Rusia, dan berharap menikmati teh itu bersamaku begitu tiba di Jepang."

MOE DATE ✔ (Tersedia PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang