Chapter Enam

597 68 8
                                    

Happy reading, 💜

•••

Waktu santai bagi Jean yang seorang konten kreator itu sebuah kemustahilan. Hari libur seperti saat ini Jean gunakan untuk merekam video, apapun itu. Kini Jean sedang fokus dengan game-nya, rencana nanti sore ia akan membuat video lain.

Pacar Jean hari ini sedang ngambek, Jean tahu seharusnya ia membujuk Hannah tapi ia akan melakukan itu nanti.

Jean tidak sadar saja jika ternyata pacarnya itu kini sudah ada di apartemennya, memasak makan siang untuk Jean walau hatinya sedang kesal.

"Ck! Nyebelin.." Gumam Hannah. "Bukannya di bujuk malah sibuk sendiri, dasar sok ganteng!"

Makanan yang Hannah buat cukup menggugah seleranya, gadis bermarga Caraka itu pun makan siang dengan lahap tanpa menunggu Jean terlebih dahulu. Lagi pula Jean sepertinya masih belum sadar dengan kedatangannya.

Tadi Hannah sudah mengintip ke kamar pria itu, berdiri lama di pintunya dan Jean tetap fokus dengan komputernya.

Selesai makan siang, Hannah memutuskan menonton drama di Netflix. Ia bosan dan juga merindukan Jean, ingin ke kamar pacarnya itu tapi gengsi sekali.

Berakhir dengan televisi yang menonton dirinya karena Hannah tertidur setelah mendumel dalam hati, agaknya gadis itu lelah.

Di sisi lain, Jean melepas headphone-nya. Perut berototnya sudah kelaparan dan berbunyi sedari tadi. Perlu di isi ulang sepertinya.

Jean keluar kamar dan kaget melihat Hannah yang tertidur di sofa.

"Ya ampun, sejak kapan pacar cantikku disini?" Pria itu mematikan televisi kemudian mengangkat Hannah menuju kamarnya. Dengan hati-hati Jean letakkan di ranjang empuknya.

Untung saja Hannah tidak bangun.

Jean kembali keluar kemudian memeriksa meja makannya, dan benar saja. Ada makanan disana, Jean duga ini adalah buatan Hannah karena melihat bekas piring di wastafel yang belum dicuci.

Ah, tapi Jean sudah lebih dulu memesan makanan tadi. Bisa gawat jika Hannah bangun dan melihat ada makanan lain, bisa-bisa Hannah akan marah selama seminggu atau lebih.

Bunyi bel apartemen membuat pria itu kaget, pasti makanannya sudah datang. Dengan cepat ia membuka pintu apartemennya dan benar saja, ada pria memakai baju hijau tengah tersenyum padanya. Setelah membayar makanan, Jean berlari ke dapurnya, berusaha menyembunyikan makanan yang ia pesan sebelum Hannah bangun.

Setelah pria itu sembunyikan, ia memakan masakan Hannah dengan lahap. Perutnya benar-benar lapar sekali, mungkin cacing diperutnya tengah berdemo.

Selesai dengan makan siang yang enak, Jean sebagai pria yang cinta kebersihan mencuci piring kotor dan membersihkan dapurnya yang tidak begitu berantakan.

Bunyi televisi yang menyala membuat Jean berpikir, mungkin Hannah sudah bangun.

Langkah kakinya yang pelan tidak membuat gadisnya itu sadar.

"Sayang.."

Lirikan sinis Jean dapat dari pacar cantiknya itu. Astaga, ternyata masih marah. "Jangan marah lagi dong, Kakak minta maaf."

Drama di televisi mungkin lebih menarik Hannah dari pada dirinya, buktinya gadis itu mengacuhkannya.

"Kamu mau apa? Hmm.. kakak turuti semua." Bujuk Jean.

"Waktu kakak!" Balas Hannah. Ia mendorong tubuh bongsor pacarnya agar menjauh, tetapi percuma.

"Waktu aku semua buat kamu." Alis Jean tertaut tanda tidak paham.

"Ih! Nyebelin banget sih! Kakak itu selalu sibuk! Nggak ada waktu buat aku!"

Jean ngebawa pacarnya untuk duduk dipangkuannya, mengelus rambut hitam Hannah sembari terus menatap mata pacarnya itu. "Kakak minta maaf, belakangan emang rada sibuk.."

"Kakak tau kalau kamis kemarin aku keserempet mobil? Enggak kan?!"

Mata Jean membola kaget, "SERIUS KAMU? MANA YANG LUKA?!"

"Ihhh, basi tau nggak!" Hannah mukul dada pacarnya, ia benar-benar kesal sekaligus kecewa.

"Hannah, maafin kakak.."

Gadisnya yang cengeng itu berakhir dengan menangis sembari mengadu, iya, mengadukan kejadian hari kamis lalu saat ia diserempet mobil merah di kampusnya. Hannah juga mengatakan jika sepertinya orang itu sengaja ingin menabraknya, untung saja ada Raya yang menariknya walau Hannah sudah terkena sedikit bagian samping mobil merah itu.

"Siapa? Orang itu sepertinya main-main nih." Geram Jean. Ia akan membalas perbuatan orang yang sudah melukai gadisnya.

"Jelita."

Elusan dipunggung Hannah terhenti ketika gadisnya itu mengatakan satu nama itu. Sial.
Hannah merasakan hatinya yang kembali sakit, ia tahu jika Jean tidak akan bisa membalas perbuatan mantan kekasihnya.

Pelukan Jean mengendur dan Hannah kembali duduk disebelah Jean, keduanya berdiam diri dan hanya suara televisi yang mengisi kekosongan itu.

Hannah masih menangis walau tidak separah tadi. Ia berpikir, apa Jean masih menyimpan rasa pada Jelita? Ah— tentu saja masih. Mereka berpacaran cukup lama dan putus dengan keadaan baik-baik saja sebelum Hannah hadir dan kembali mengisi ruang hati Jean yang kosong karena Jelita yang pergi keluar negeri tiga tahun lalu.

Bosan dengan Jean yang terus berdiam saja. Hannah melangkahkan kaki ke kamar mandi, ingin mencuci muka dan selanjutnya mengambil tas kecilnya dan pergi dari apartemen Jean.

Jelita Dahlila.

Satu-satunya ancaman bagi hubungannya dan Jean. Bahkan Hannah kini tidak yakin dengan perasaan Jean padanya. Raya mengatakan jangan terlalu mencintai, jika disakiti atau dikecewakan akan menjadi yang paling menyedihkan.

Tapi mau bagaimana lagi?

Jean adalah segalanya bagi Hannah, Jean selalu menemaninya disaat orang tuanya tidak ada dirumah. Jean yang selalu merawatnya jika ia sakit.

Tunggu— Hannah menghentikan langkahnya dan berbalik. Tidak ada Jean yang mengikutinya atau pun menahannya. Mungkinkah selama ini Jean hanya kasihan padanya? Jean akan kembali pada Jelita?

Hannah menggigit bibir bawahnya, menahan air mata yang hendak keluar. Ah, sakit sekali.

Baiklah. Jika mau Jean seperti ini... Astaga! tidak bisa! Hannah tidak bisa berpisah dengan Jean.

"Aish! Dasar cowok jahat!" Gumamnya sembari melanjutkan langkah menuju halte. Lima menit menunggu bus akhirnya Hannah sampai dirumahnya dua puluh menit kemudian, sebenarnya ia terpaksa memakai bus.

Ia lelah. Ingin sekali tidur siang dan mengistirahatkan pikirannya yang selalu dihantui Jean.

"Lama.."

Wah, sungguh luar biasa sekali. Jean dan motor besarnya sudah ada didepan pintu gerbangnya. Hannah mendengus pelan kemudian memilih menghiraukan Jean.

"Hannah."

Hannah membuka gerbang rumah orang tuanya, membiarkan Jean mengikutinya sampai didepan pintu. Sebelum masuk, Hannah berbalik dan netranya bertatapan dengan mata indah milik Jean .

"Kamu mau kita pisah?" []

tbc

KAKAK PACAR - JJK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang