Part 1 - Cold

121K 4.6K 46
                                    

Saat ini aku terpaku sendirian di meja pantry, biasanya di waktu senggang ini aku menghabiskan waktuku dengan Andira. Namun, Andira saat ini berada di Ireland pergi berlibur.

Nasib jomblo memang begitu, tidak ada gebetan atau pacar yang bisa diajak kencan dan sahabat seperti Andira lah yang menjadi korban kejombloanku.

Tapi aku dan Andira adalah JOJOBA= jomblo-jomblo bahagia. Tidak seperti wanita yang di luar sana, terkadang mereka meratapi nasib jomblonya di kamar sambil mewek gak jelas, tidak suka liat pasangan yang memamerkan kemesraan mereka di tempat umum. Tapi opsi kedua ini aku dan Andira banget sih, terkadang kami tidak menyukai pasangan yang seperti itu terlalu berlebihan. Atau, memang kami saja yang iri karena tidak ada pasangan? Ah, tidak mungkin.

Aku berdecak sebal saat Andira menelponku dengan country code number dari Irlandia. Akhirnya dia masih ingat sama aku juga walaupun dia jauh di sana.

"Halo..."

"Namiraaaaaaaa!!!"

Mendengar suara cemprengnya membuatku langsung menjauhkan smartphoneku dari telinga. Setelah suara cemprengnya tidak terdengar lagi, barulah aku menempelkan smartphone-ku ke telinga.

"Apaan sih, gausah pake to'a bisa kali ya." Gerutuku. Lalu mencomot potongan sosis di atas meja. Baru kusadari ternyata sosis ini lah yang setia menemani si jomblo ngenes versi high class. Siapa lagi kalau bukan diriku.

Terdengar suara terkekeh di seberang sana, "hehehe.... Maaf buk! Eh, gue mau ngomong sesuatu sama loe."

"Ngomong apa? Jangan bilang loe ketemu sama Fariz di sana."

"Apaan sih! Jangan ngungkit dia lagi deh," balasnya jutek.

"Ya, kan siapa tahu, Dir. Kalau lo jodoh sama si Fariz pasti ketemu deh di Irlandia." Balasku kalem.

Andira berdecak sebal lalu mendengus kesal karena aku mengungkit masa lalu tentang si 'Fariz' itu.

"Namira! Sekali lagi lo ngungkit tentang Fariz gue gorok lo!" Jawabnya sadis.

Gila ini anak, aku kira sifat galaknya udah hilang. Eh, ternyata sifat galaknya masih ada. Semoga aja di usia muda dia belum ada tanda-tanda kerutan. Sebagai sahabat yang baik aku harus mendoakan dia bukan? Dan juga, semoga saja jodoh dia sama si Fariz. Entah kenapa walaupun Andira selalu menjelekkan sifat Fariz padaku, tapi aku merasa mereka berdua sangat cocok. Bukan Fariz jahat hanya saja Andira selalu mementingkan egonya. Ya, gadis itu walaupun egois tapi aku sangat menyayanginya. Dan aku berharap Fariz dan Andira bisa bersatu seperti dulu lagi. Namira percaya mereka itu permasalahannya hanyalah missunderstood.

"Iya, ampun nona! Balik ke topik sebelumnya, lo tadi mau ngomong tentang apa?" Ujarku mengalihkan pembicaraan.

Andira menggerutu kecil lalu membalas ucapanku, "gue emang senang tinggal di Irlandia, secara negara ini gue idamkan sejak dulu. Tapi..."

Ada jeda sebentar, aku tetap menunggu lanjutan jedanya.

"Ternyata gue gak bebas seperti khayalan gue dulu waktu gue ingin tinggal di Irlandia. Tapi ternyata Papi mempercayakan ponakkannya kepada gue. Gimana dong? Apalagi gue juga sebal banget sama Ardigo yang sifatnya nyebelin, ngeselin plus dingin kayak gitu. Dan kau harus tahu, setiap hari kita ini beradu mulut. Dia egois dan menyebalkan."

Mr. ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang