Part 5 - Hurt Freeze

63.9K 3.5K 50
                                    

Warning: Typo(s) bertebaran!

Cerita ini saya dedikasikan @shakirahale13 makasih ya dek yang sering tagih cerita Mr.Cold kapan di update ☺

Insiden ciuman dua hari yang lalu, aku semakin gencar meminta satu ciuman lagi sama Ardigo. Akan tetapi pria itu menolak karena rasa bibirku tidak manis.

Hell....

Padahal aku masih ingat setelah menciumku dia berkata, "bibirmu manis. Aku suka rasanya."

Benarkan? Aku tidak mungkin salah dengar waktu itu karena telingaku memang mendengarkan kalimat tersebut. Tapi kenapa pria itu berkata bibirku tidak manis? Apa maksudnya coba? Apa dia gengsi karena menciumku dan bersikap ketus. Ah, tidak mungkin! Di saat pertama bertemu aja dianya selalu ketus, dingin dan menyebalkan. Sayangnya aku cinta.

Duh, Ardigo! Kamu selalu membuat aku ketar-ketir sendiri!

Bughh....

Wajahku terkena bantal sofa yang dilempar sang empunya. Siapalagi kalau bukan si Andira. Geezzz... Tega banget sih nyiksa'in teman sendiri.

Aku mengelus kepalaku yang terkena bantal sofa sambil melirik Andira dengan tajam. Sedangkan dianya malah cengengesan dan memasang wajah tak bersalah. Damn!

"Sakit, bego'!"

Andira mengibaskan rambutnya ala iklan shampo, "abisnya lo di ajak ngomong malah ngelamun." Ucapnya kalem.

Aku mendesis, lalu membalas melemparkan bantal sofa tersebut sampai mengenai hidung peseknya.

Andira terlonjak kaget lalu meringis sambil mengelus hidung peseknya. Hidungnya memerah karena terkena seranganku. Rasain! Siapa suruh mulai duluan. Melihat Andira kesakitan membuatku tertawa puas. Sedangkan dianya menatapku dengan tajam layaknya singa yang siap menerkam daku hidup-hidup.

Aku memeletkan lidah dan langsung kabur keluar apart sebelum Andira melemparkan aku pakai wajan.

Dan jodoh pasti bertemu katanya lagu Afgan. Nih buktinya, aku keluar Ardigo sang suami masa depan pun keluar dari tempat persembunyiannya. Duh... Tuhan memang memberikan jodoh yang tepat. Apalagi sang calon jodoh dalam radius 1km dari hadapanku.

Ardigo terlalu tampan walau hanya memakai pakaian casual. Atasannya memakai kemeja kotak-kotak berlengan panjang tetapi di gulung dia sampai batas siku. Bawahannya ia memakai celana jeans. Duh, cakep sekali.

"Eh, mau pergi ya?" Tanyaku setelah meneliti tubuhnya dari atas sampai bawah.

Ardigo melengos, "mau pergi atau nggaknya bukan urusan lo." Balasnya cuek.

Aku tersenyum, "ikut dong." Pintaku sambil bergelayut manja di lengannya. Ardigo mendengus pasrah dan membiarkan tanganku bergelayut di lengannya yang kekar.

"Gue tidak ada bilang mau pergi."

"Tapi kamunya keluar dari apart. Jadi jangan beralibi kalau kamu gak pergi."

Ardigo mendengus, "terserah lo, deh. Yaudah lo ikut, sekalian temani gue nonton."

Asiiikk...

Mimpi apa aku semalam? Duh... Sabodo' sama mimpi yang penting aku nonton film berdua sama Ardigo!!

Senangnya... Nonton dibayarin, beli popcorn juga di bayarin. Makan malam? Tentu saja dibayar juga sama suami masa depan.

Dan sekarang kami lagi makan di McDonald's. Percaya gak percaya, Ardigo mulai sedikit terbuka. Hanya sedikit tidak lebih. Mungkin 5 dari 100%. Walaupun begitu aku sangat bersyukur pada Tuhan karena Ardigo sudah mulai terbuka padaku. Dia sedikit menceritakan anak perusahaan Wijaya Group yang dia jabati sebagai General Manager sekarang ini. Tapi hanya sementara karena dia belum menemukan pengganti karena dia juga harus menjadi Direktur di Dubai karena Om Aldy a.k.a ayahnya ingin cepat pensiun. Tuhkan, dia sudah mulai menerima kehadiranku di dalam hidupnya. Dan aku sangat bahagia!

Mr. ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang