Warning: Typo(s) bertebaran!
Sesuai janjiku dan izin dari Mama dan Papa, aku akhirnya tiba di bandara Aerfort Bhaile Átha Cliath, Dublin. Ya, setelah pamitan pada Mama, lima harinya aku sudah mendapatkan tiket menuju Dublin, Irlandia.
Di depanku sudah ada Andira bersama pria... Oh, god! He's so damn awesome and of course so handsome. He looks so good in my eyes! That is true.
Aku tidak bisa mendeskripsikan wajah tampannya dari ujung ke ujung. Pokoknya, he looks so perfect! Sayangnya wajahnya kaku nan dingin. Entah kenapa melihat wajahnya membuat jantungku berdangdut ria di sana.
Tampan binggo!
Tak peduli Andira mengoceh, aku memperkenalkan diriku.
"Halo ganteng, aku Namira." Sapaku.
Tanpa senyum, dan tanpa ekspresi dia menggumam, "Ardigo."
Wuapaaahh?? Ini yang namanya Ardigo? Benar juga sih kata Andira beberapa hari yang lalu kalau Ardigo itu dingin. Saking dinginnya aku aja meleleh karena di sampingnya.
Tuhan, semoga Ardigo jodohku.
Buset dah, Namira! Fokus dong!!!
Saking gantengnya, aku memasang wajah mupeng. Lalu aku membisikan kalimat ke telinga Andira kalau sepupunya sangat ganteng.
Andira hanya mencibir tidak suka sedangkan Ardigo hanya memandangku dengan malas.
¶
¶
¶
Di dalam mobil Range Rover milik Ardigo, aku sibuk mengoceh tentang keadaan di Jakarta. Sebenarnya niat mengoceh agar bisa mencari perhatian Ardigo. Malah Ardigo tidak menanggapi ucapanku.
"Heh! Loe bisa gak sih gak nyerocos? Telinga gue sakit nih dengernya." Suara Ardigo membuatku terdiam sebentar. Setelah itu aku nyengir gak jelas.
"Ahahahaha... Telinganya sakit ya? Mau aku tiupin gak? Kali aja langsung sembuh." goda ku sambil mengerling centil kearahnya dibalas dengusan kasar darinya.
"Stop talking about that!" Ardigo mulai emosi.
Kan kalau lagi emosi wajahnya ngegemesin gimana gitu. Aduh Andira, punya sepupu unyu begini kudu disimpan biar tidak di lirik cewek lain. Yang boleh lihat Ardigo cuma aku. Iya, cuma aku!
Aku terbahak saat Ardigo menatapku tajam lalu sibuk dengan kemudinya, sedangkan Andira memperhatikan kami dari belakang. Jadi sebenarnya si Andira ini demi sahabatnya ia rela duduk di belakang sedangkan aku duduk di samping Ardigo. Biar leluasa gitu modusin Ardigonya. Wkwkwk...
"Ahahaha, kan katanya telinganya sakit. Daripada ke dokter THT lebih baik ke dokter Namira, dijamin telinganya langsung sembuh lho, apalagi pakai efek tiupan mulut dari aku bonus pake cinta. Hehehe..." Candaku sambil menoel dagu Ardigo. Ardigo menatapku dengan jijik, amarah ya pokoknya seperti itu. Tuh, kan. Dia itu tampan loh kalau lagi marah.
"Berhenti berbicara atau aku turunin kamu disini!" peringat Ardigo.
Aku hanya tersenyum menggoda, "yakin? Nanti kalau aku di ambil orang gimana, nanti kangen lho." ujarku pede. Kelewat pede malah.
Ardigo hanya menghela napas panjang. Ternyata dia mudah menyerah dengan sikapku. Ardigo... Kalau kamu tampan kayak begini mana sanggup kalau aku tidak akan jatuh hati sama kamu pada pandangan pertama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Cold
רומנטיקהAku Namira, gadis yang tidak mengerti apa arti Cinta? Aku tidak tahu mengapa saat aku menatap pria sepupu dari temanku rasanya aku tidak bisa bernafas. Walau hanya melihat sorot matanya yang tajam Entah apa yang ada di dalam diriku, aku mengganggu...