Warning: Typo(s) bertebaran!
"Itu! Target sudah di depan mata." Marimar memberi tahuku. Sekarang kami berada di parkiran mobil tepatnya masih di dalam mobilnya Marimar.
Aku menatap Ardigo yang berada di salah satu butik. Aku merenung, apa dia mau beli dress untuk teman kencannya?
Kok nyesek gini sih. Huaaa...
"Woy! Ah elah, di kasih tau malah melamun." Marimar merajuk sebal.
Aku hanya cengengesan tanpa rasa bersalah. Habisnya di depan mata ada cowok tampan rugi tau di anggurin. Rugi banget!
"Hehe... Maaf, lagi fokus sama di depan mata." Kilahku.
Marimar memutar kedua bola matanya dengan jengah.
"Listen! Sekarang fokus kamu ada di aku. Kamu harus dengar baik-baik plan-nya agar akting kita sangat bagus di depan matanya. Bagaimana?"
Aku mengangguk patuh, "apaan plan-nya?"
Kini fokusku beralih mendengarkan aba-aba dari Marimar. Sesekali aku melirik kearah dimana Ardigo sedang memilih dress.
¶
¶
¶
Aku dan Marimar masuk kedalam butik. Tanganku bergelayut mesra di lengannya Marimar sedangkan Marimar mengacak rambutku.
Jangan tanya mengapa kami bermesraan. Ini adalah rencana jahatnya Marimar bersama pacarnya si Gladys.
Mereka membuat rencana ini agar Ardigo cemburu denganku walau aku tidak yakin rencana ini berhasil. Tentu saja tidak akan berhasil karena aku yakin Ardigo tidak peduli aku berhubungan dengan siapa saja. Yakan?
Tapi Gladys malah meyakinkanku kalau rencana ini berhasil. Gladys sendiri lah yang menyuruh Marimar agar aku dan Marimar menjadi pasangan pura-pura. Si Gladys menjadi peran melihat dari jauh bagaimana mimik Ardigo mendengar kalau aku sudah punya pacar.
"Kamu mau beli dress yang mana, sayang?" Marimar bertanya sambil menekankan kata 'sayang'. Aku tersenyum menikmati suasana 'pacar pura-pura' agar akting kami berhasil.
Aku mengedip centil pada Marimar, "terserah kamunya aja deh, sayang." Ucapku sambil menoel dagu Marimar.
Seseorang berdeham dengan keras, aku yakin itu pasti Ardigo.
Seorang karyawati butik datang kearah kami, "ada yang bisa saya bantu?"
"Pacar saya lagi cari dress untuk ke pesta ulang tahun teman saya." Ucap Marimar. Aku salut dengan aktingnya yang sangat bagus menurutku. Dia cocok jadi aktor!
Karyawati tersebut mengajak kami ke tempat deretan dress mahal. Aku dan Marimar berjalan mengikuti karyawati bisa kurasakan Ardigo menatap kami dengan tajam.
"Berusahalah tidak meliriknya sedikitpun!" Bisik Marimar di telingaku. Kalau orang sekitar melihat Marimar berbisik di telingaku, Marimar tampak sedang mencium pipiku. Tapi kami hanya berbisik.
Setelah Marimar menjauhkan wajahnya dari wajahku aku langsung tersenyum malu-malu -biar acting kami tampak bagus-.
Lalu Marimar memeluk bahuku dari samping, sekuat tenaga aku tidak memalingkan wajahku kearah Ardigo.
Apakah Ardigo cemburu melihat kedekatan kami?
"Sayang, mau dress yang gimana? Aku pilihin aja ya," Tawar Marimar. Aku hanya mengangguk setuju. Sekuat tenaga aku menahan tawaku agar tidak pecah karena lucu saja saat Marimar memanggilku dengan kata 'sayang'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Cold
RomanceAku Namira, gadis yang tidak mengerti apa arti Cinta? Aku tidak tahu mengapa saat aku menatap pria sepupu dari temanku rasanya aku tidak bisa bernafas. Walau hanya melihat sorot matanya yang tajam Entah apa yang ada di dalam diriku, aku mengganggu...