Warning: Typo(s) bertebaran!
Intip media ya reader... Disana ada photo Ardigo dan Namira
Ardigo memapahku kedalam apartementnya. Dari jarak sedekat ini, aku bisa melihat wajah Ardigo dari dekat. Lumayan, kan kalau bisa melihat wajah tampannya dari dekat apalagi aku tidak pernah melihat wajah Ardigo sedekat ini. Bagiku, ini hal yang paling terindah untukku karena bisa melihat wajahnya yang tampan.
Dia sangat mempesona dengan bibir merah yang tipis, serta memiliki rahang yang tegas. Hidungnya mancung, dan bulu mata yang lentik. Oh Tuhan... Dia tampan sekali!
"Sudah selesai melihat wajah tampanku?" Sentaknya sambil menatapku dengan tatapannya yang tajam.
Aku mengedipkan mata dengan gugup. "Eh? Ti-tidak... Hehehe, cuma tadi ada semut di pipimu." Kataku gugup lalu menyentuh pipi Ardigo. Mau modus zih sebenarnya.
Sebelum tanganku menyentuh pipinya, Ardigo malah menyentakkan tanganku. "Jangan sentuh pipi gue! Gue tahu lo mau modus, kan?"
Aku menunduk malu.
Kok dia bisa tahu, sih??? Gagal modus jadinya!!!
Aku memasang senyum lima jari, "hehehe... Tahu aja mau modus."
Ardigo berdecak sebal. "Bisa gak sih lo gak becanda, mumpung gue lagi baik sama lo."
Aku merengut, "gak bisa, kalau lihat kamu pasti bawaannya mau modus'in kamu, abisnya kamu ganteng sih."Ardigo memutar kedua bola matanya dengan malas. "Sekali lagi lo masih nyerocos, gue tendang lo sampai keluar apart gue!" Ancamnya yang membuatku bergidik ngeri.
Masa di tendang sih? Tega amat! Amat aja gak tegaan sama aku.
Aku langsung membungkam bibirku lalu mengangguk patuh dengan ancamannya.
Tibalah kami di depan apartnya, dengan tanganya yang bebas, Ardigo memencet kode password apartnya lalu perlahan membawaku kedalam apartnya.
Aku menganga takjub dengan dekorasi apart Ardigo. Sangat maskulin dan sangat cocok untuk pria sedingin dan kaku kayak dia.
Warna ruangannya serba abu-abu, hitam dan putih. Warna yang sangat kontras dengan sifatnya.
"Apart kamu bagus." Pujiku yang masih menilai dekorasi ruangannya.
"Sudah gue bilang, kan untuk jangan bicara? Gue enek dengar suara lo."
Aku merengut, lalu Ardigo membawaku untuk duduk di sofa panjang. Pria itu meninggalkanku sebentar dan beberapa kemudian dia datang membawa kotak p3k.
Walau sifatnya dingin dan kejam, ternyata di suatu sisi ia masih peduli denganku. Lihat, dia mau mengobati lukaku tanpa membawaku ke dokter.
"Makanya, jangan keluar pakai hotpants!" Dumelnya sambil menuabgkan alkohol ke kapas.
Aku mengernyit bingung,"maksud kamu?"
Ardigo berdecak kesal, "gara-gara pakai hotpants, lutut lo terluka,kan? Coba misalkan lo pakai celana jeans panjang pasti celana jeansnya yang sobek dan lutut lo tidak terkena luka." Omelnya.
Tuhkan dia perhatian! Aku cuma senyum-senyum gak jelas karena bahagia kalau Ardigo mulai perhatian kepadaku. Suatu kemajuan dan tidak bisa dipercaya!
Hawa dingin dan perih terasa di lututku yang berdarah, Ardigo membersihkan lukaku dengan air dingin yang entah kapan dia ambil. Mungkin sekalian ambil kotak p3k.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Cold
RomanceAku Namira, gadis yang tidak mengerti apa arti Cinta? Aku tidak tahu mengapa saat aku menatap pria sepupu dari temanku rasanya aku tidak bisa bernafas. Walau hanya melihat sorot matanya yang tajam Entah apa yang ada di dalam diriku, aku mengganggu...