BAB SATU IJAB KABUL DAN DENGKURAN

7 1 0
                                    

Ketuk di sini untuk mulai menulis

"Saya terima nikahnya Pruistin Amalia binti Kusnadi Asmasoebrata dengan mas kawin seperangkat alat solat dibayar tunai...!"

"Sah?"

"Sah.."

"Sah..!"

Devin menatap Pru dengan mata tajam dan senyum yang mengembang, gambaran ketegangan yang sedari tadi pagi diembannya, kini sirna. Wajah Pru yang cantik dalam hiasan pengantin adat sunda membawa Devin pada sebuah kedamaian yang menghapus keresahannya selama tiga bulan terakhir. Mempersiapkan pernikahan yang terasa mendadak. Semua yang hadir menarik napas, ijab kabul telah dilaksanakan dengan baik oleh Devin.

Lalu pengantin pria diminta membaca surat perjanjian pernikahan yang suci, selembar kertas yang sudah disiapkan dipegang Devin dengan gemetar, dalam perjanjian pernikahan itu tertulis segala bentuk kewajiban seorang suami kepada istirnya dan segala macam aturan yang harus ditepati oleh Devin-sang suami, dengan disaksikan dan didengar oleh semua tamu yang hadir. Hati Devin terasa bergetar, perjanjian itu seperti sebuah sumpah yang dahsyat, harus dipenuhi dan dijalankan, karena membawa-bawa nama Allah, sanggup atau tidak sanggup, siap tidak siap sumpah itu harus dipatuhi. Pembacaan sumpah itu mengalir dari dalam hati, seolah semua serba mudah dan gampang untuk dilakukan kelak.

Kemudian Pruistin mengeluarkan surat yang berukuran sama, menarik napas, lalu bibir Pru mulai membaca, satu demi satu sumpah itu mengalir dari bibirnya yang mungil. Dengan butir-butir air mata yang mengalir di pipi Pru, sumpah dan janji itu selesai diucapkan dengan terbata-bata. Ada sesuatu yang meyakinkan, bahwa sumpah itu akan mudah dilaksanakan, karena sumpah itu untuk Devin – suaminya yang beberapa menit lalu sah menjadi suaminya.

Kemudian pengantin disandingkan dalam satu kursi dengan hiasan bunga-bunga di belakang kursi mereka, hiasan berupa bunga-bunga dan taman-taman kecil yang di depannya terdapat air mengalir yang dipermainkan anak kecil tanpa malu.. Para tamu undangan segera mengambil posisi untuk memberikan ucapan selamat, berduyun-duyun para tamu menyalami memberikan ucapan dengan sepenuh hati.

Kurang dari semenit pengantin harus duduk lalu bangun lagi guna menerima ucapan selamat dari para tamu. Devin yang tampan dan Pru yang cantik dalam balutan baju pengantin berwarna putih gading ditambah riasan Pru seperti wajah buatan itu memaksa para tamu untuk berlama-lama memandang keduanya tak ada habisnya. Suara gamelan sunda mengalun dengan suara suling yang begitu dominan.

Devin dan Pru memancarkan kebahagian. Setelah masa berpacaran selama setahun dengan jarak yang yang harus mereka tempuh untuk mendekatkan diri dan mengenal satu sama lain, mereka akhirnya menepi di hari pernikahan yang spontan tanpa direncanakan dengan waktu yang cukup, semua serba cepat dan kilat, mereka hanya punya waktu tiga bulan untuk mempersiapkan segalanya.

Devin di Surabaya, Pru di Jakarta. Mereka terpisah karena pekerjaan. Devin yang bekerja di sebuah perusahaan, harus rela berpisah dengan Pru, ketika mereka menyatakan berpacaran tak lebih dari satu tahun lalu. Pru dengan yakinnya bahwa dia mampu ditinggal Devin walau berpacaran dengan format LDR. Usaha Devin dengan janjinya untuk ketemu sebulan sekali awalnya, memble, di bulan-bulan terakhir. Pru merasa Devin tak fair dengan kata-katanya, sementara Devin tak kuasa selalu memohon pada Bos-nya tatkala dia harus bekerja di hari sabtu atau minggu

Akhirnya pada pertemuan terkahir dalam masa pacaran, mereka memutuskan menikah, agar keduanya saling percaya dan menjaga bahwa cinta harus dipersatukan dalam ruang, bernama keluarga. Paling tidak, walaupun terpisah, toh mereka masih bisa saling percaya bahwa mereka sudah menikah. Acara lamaran pun seketika terjadi. Kedua keluarga dibuat kalang-kabut oleh anak mereka masing-masing, toh terjadi juga. Dengan uang sebesar Rp. 150.000.000 Devin melepas semua tabungan dan sumbangan dari saudara dan orang tuanya demi mempersunting Pruistin, perempuan yang dikaguminya karena mempunyai wajah cantik, berbudi baik, beragama bagus dengan alunan mengaji yang membuat Devin jatuh hati setengah mati waktu itu. Tutur kata Pru mampu menghapus karaguan Devin akan perempuan ibu kota yang berkelakuan tidak baik. Pru – membungkam Devin dengan segala bentuk kesempurnaan perempuan soleha.

KUANTAR KAU KE PINTU SURGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang