Pru teringat akan pekerjaannya, dia harus tetap mempertahankan pekerjaannya, dia tidak mau kehilangan pekerjaannya, dia harus bangkit, dia harus kuat, apa pun luka yang telah menggerogotinya. Pru akan berusaha menerima semua tragedi ini sebagai bahan kekuatan dirinya, walau pun hatinya rapuh, Pru bangkit dengan pancaran tekad untuk melupakan dua suaminya yang meninggal. Pru tak akan berusaha untuk tidak mengingat keduanya meski hatinya hancur.
Di rumah orang tuanya Pru merasa aman, anak-anak di asuh oleh Bi Narsih dan kedua orang tuanya, juga oleh kakaknya Soraya. Pru harus kuat untuk anak-anaknya. Keduanya akan dia perjuangan kehidupannya tanpa lelaki dan tanpa suami. Pru mau hidup dan akan hidup selama yang dia mau. Pru akan membuktikan bahwa tanpa siapa pun kehidupannya akan berjalan seperti yang dia inginkan. Pru akan melepas masa lalu dengan caranya. Caranya adalah:
Sebelum masuk kerja hari senin. Pru memotong pendek rambutnya dengan model paling mutahir, diwarnai dengan sesuka hati, wajahnya dipermak dengan bantuan dokter ahli kecantikan, tubuhnya di masukan ke sebuah tempat perawatan tubuh paling mahal, maka dengan perawatan singkat wajah Pru bersinar, tubuhnya tak lagi bungkuk, kulitnya sehalus pualam, senyumnya dikembangkan dengan sulam bibir paling canggih, semua hal yang menyangkut perawatan tubuh dia pakai guna menunjang penampilannya sebagai Manager Keuangan yang baru digenggamnya sebulan sebelum Devian tewas.
Ibunya senyum sekaligus bersedih melihat penampilan Pru yang hendak pergi ke kantor dengan dandanan yang lain. Pru membuka jilbabnya, Pru melepas kesan solehah, Pru melepas perempuan baik-baik dan Pru meninggalkan solat subuhnya untuk yang pertama kali, setelah melepas jilbabnya di hari pertama masuk kerja. Vito memandang ibunya dengan heran, Vita menjerit melihat ibunya berubah bentuk rambutnya – mungkin yang ada dipikiran Vita adalah kenapa ibunya jadi penuh warna seperti mainannya?
Pakaian kantor dibelinya enam model sekaligus, dengan model paling modern. Pru memakai rok pendek di atas lututnya sepuluh senti, memaki dalaman tanpa lengan lalu memakai blazer terbuka sampai ke dadanya, sehingga payu daranya menyembul. Menggunakan high heel dengan ketinggian dua belas senti. Tasnya seharga dua puluh juta yang dia beli dari artis yang jualan tas bermerek internasional. Parfumnya wangi memabukkan, perhiasannya baru dengan menukar perhiasan lamanya. Pru berhasil merubah dirinya untuk meninggalkan masa silamnya yang kelam.
"Pru?....Kamu gak salah?" Begitu komentar ibunya ketika melihat pertama kali Pru keluar kamar.
"Kenapa Bu? Biasa aja kali ngliatnya ah..."
"Pru? Apa gak bikin orang heran?"
"Bu?..ini caranya untuk melupakan masa lalu, kata ibu dan bapak kan harus bisa melupakan?"
Bapak yang sedang membaca koran tersentak kaget.
"Kalau itu membuat kamu nyaman gak apa-apa Pru, tapi kalau itu mengganggu orang bagaimana?"
"Pak..kalau dengan cara begini saya bisa kembali, apa bapak tidak suka?"
"Tapi..Pruu...!"
Pru tak mendengar kata-kata seterusnya dari bapaknya yang pensiunan dari BUMN, dia naiki mobilnya setelah mencium anak-anaknya, dan pergi meninggalkan orang tuanya yang bermuka heran dan khawatir. Kekhawatiran memang wajar bagi orang tua Pru. Betapa tidak, Pru yang merubah total penampilannya membuat was-was. Takut kalau Pru salah langkah dengan perubahannya yang secara tiba-tiba, dari mana Pru mengambil inisiatif untuk merubah dirinya menjadi berpenampilan seperti itu? Bukankah dengan berjilbab Pru akan merasa aman? Pru akan merasa terlindungi? Begitu dia bicara dulu ketika memutuskan berjilbab? Mengapa begitu mudah Pru berubah?
Begitu mudahnya Pru merubah keimanannya? Apakah keimanan dinilai dari berjilbab? Tentu tidak, tapi setidaknya jilbab dapat melindungi seorang perempuan dengan menjaga pergaulan dan etika? Walau pun itu tidak menjamin. Tapi kepada Pru, orang tuanya percaya, karena setelah Pru berjilbab, Pru rajin melaksanakan kewajibannya menjadi seorang muslimah. Pru mendatangi tempat pengajian dengan rajin, Pru mengaji hampir setiap malam, melaksanakan solat tahajud hampir saban malam, bangun subuh, lalu hal-hal yang menuju akhirat dilakukan dengan ikhlas dan baik, apalagi setelah dinikahi Devian. Pru bersemangat melaksanakan kewajiban menjadi seorang istri solehah, padahal Pru juga harus tetap bekerja. Sekarang? Pru tidak seperti itu lagi meski baru hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUANTAR KAU KE PINTU SURGA
EspiritualPruistin Amalia, mengalami cobaan yang sama, dua kali ditinggal suaminya meninggal dan dua kali pula mengalami goncangan yang merampas kehidupannya.. Pru, merubah hidupnya dari baik menjadi lebih baik, namun ketika musibah datang dua kali, Pru merub...