Sejak dari pertemuan dari toko kue, dengan sadar Pru memberi alamat rumahnya, Devian makin menggila mendekati, meski bukan dengan cara aneh tapi membuat Pru kalang-kabut. Pru menarik mundur hatinya dan berusaha membunuh pelan-pelan rasanya pada Devian. Pru tak mau mengkhianati Devin apalagi setelah kejadian aneh yang membuat dirinya hampir menabrakkan diri karena melihat Devin sekilas. Pru menjauh dari Devian di saat Devian tengah gencar mengejarnya.
Devian dengan lembutnya tetap mempertahankan kemauannya mendekati Pru.
"Aku seorang janda, Devian..."
"Saya tidak memandang kamu dari arah situ Pru, saya kagum sama kamu Pru..."
Itu perkataan terakhirnya pada Devian ketika Pru menegaskan bahwa dirinya tak lagi berusaha untuk berhubungan, dengan lelaki apalagi. Pru tidak menerangkan alasannya. Pru membohongi dirinya, ada alasan lain yang dikedepankan, walau hatinya sebenarnya berkata lain, hatinya sangat hancur ketika mengatakan itu, Pru menyesal.
Kalau tahu seperti apa hati Pru yang sebenarnya pada Devian, sungguh hati Pru itu seperti kristal yang hancur bercerai-berai oleh masa lalu dan kembali dipersatukan dalam cahaya yang disatukan oleh Devian. Hati Pru seperti menyatu dan menggumpal membuat lingkaran cinta yang ingin disampaikan pada Devian. Tapi tidak! Pru harus melawan rasa cintanya sendiri, Pru harus tetap pada menyatakan cinta Illahinya, agar berkembang menuju ke satu arah dalam sujudnya. Seperti janjinya, bahwa dia sudah menetapkan hatinya untuk selalu tawadu dan menghimpun cintanya pada Illahi.
Pru mengadu pada yang maha kuasa, apakah rasa yang sedang menggelora ini salah? Atau ini sebuah anugerah yang harus dia lontarkan pada Devian? Sungguh lelaki itu sudah membalutnya dalam satu rasa yang tak bisa dilepaskan, Pru mencintainya. Namun tak sanggup disampaikannya. Belum lagi soal Devin yang selalu menggodanya dan seakan hadir secara nyata dalam bayangan yang tak kasat mata, seolah Devin menguntitnya akan kemana hati Pru dilabuhkan?
Dalam doanya Pru memohon bahwa rasa yang sedang bergejolak ini dapat didamaikan dan dipulihkan dalam balutan restu dari Allah. Pru menyerah untuk melawan rasanya, terombang-ambing dalam lautan cinta yang bercabang tak tentu arah. Adakah cinta berbeda-beda pada apa yang ingin diwujudkannya? Pru telah memilih Allah untuk mencoba belajar mencintainya, namun kendala datang kembali, tatkala Devian hadir dalam dunia nyata dan Devin yang berseliweran menampakan diri di pelupuk matanya. Janjinya pada Aisyah untuk menetapkan hati pada Illahi, kini terkoyak dengan hadirnya Devian.
Mencintai Illahi lebih sulit dari yang dibayangkan, walau pun telah merasakan getarannya, getaran lain dari hatinya yang paling dalam. Makanya hanya dalam hitungan waktu, kemudian Pru memutuskan berhijab, hanya karena perintahNYA.
Devian tak henti-hentinya mengunjungi dalam setiap kesempatan, Devian hadir dalam keperluan Pru sebagai perempuan. Ketika Vito sakit, ketika Vito butuh figur ayah dan ketika Pru membutuhkan tenaga lelaki tatkala mobilnya mogok. Pru merasa ketakutan karena harus pulang malam dalam tugasnya menyelesaikan laporan keuangan, tanpa sadar Pru sendiri tak bisa menolak, Pru tak bisa menghindarinya, Pru membutuhkan Devian.
Apalagi di saat pikiran dirasuki soal kehausan batin tentang iman, Pru mendapatkan begitu banyak ketentraman yang disampaikan oleh Devian yang seorang muslim sejati. Keimanan Devian tak diragukan, semua perintah dan amanah sebagai muslim berjalan tanpa mengada-ada, keilmuannya soal dunia dan akhirat membuat Pru makin jauh terperosok masuk ke dalam jiwa.
Devian pulalah yang mengajari bagaimana hidup dalan cintaNYA, bagaimana menikmati cintaNya yang secara bersahaja itu. Sebuah maghrifat yang harus diraih tanpa halangan dan tanpa protes, yaitu ikhlas. Pru yang sudah memliki sedikit modal itu, lalu dengan gencarnya mengembangkannya menuju cinta Illahi itu, dicarinya guru ke arah sana, diikuti segala bentuknya dan menikmatinya, hingga Pru mendapatkannya dan merasakan, mampu mengendalikan diri serta mampu mengesampingkan cinta dunia.
"Devian, aku minta maaf harus mengatakan ini..."
Devian memandangi Pru dengan syahdu bukan dengan nafsu, lalu menganggukkan kepalanya mempersilahkan Pru melanjutkan perkataannya.
"Kamu harus meninggalkan aku sebelum aku memintamu untuk bersamaku, aku harus menepati janji pada diriku sendiri, bahwa aku harus melanjutkan cintaku pada yang maha kuasa, aku telah memulainya untuk belajar mencintaiNYA, namun ketika kamu datang, kamu merusak pelajaran cintaku padaNYA, aku tidak mau mengingkarinya Devian...Aku mohon kamu mengerti..."
Devian memandang Pru..bukan kecewa tapi mengerti bahwa jalan menuju magrifat itu memang sulit, sesulit meletakan cintaNYA.
"Aku mengerti Pru...aku bahagia mendengarnya. Aku akan rela meninggalkanmu jika kamu lebih memilih Illahi untuk kamu dahulukan, aku tidak cemburu padamu, tapi aku cemburu pada Illahi bahwa kamu lebih memilih DIA ketimbang aku, tak mengapa Pru...aku pastikan mulai besok aku akan memberikan waktu kepadamu untuk kamu meniti cinta denganNYA..."
Pru menarik napas lega. Pru tak akan mengorbankan dirinya yang sudah sekian lama, semenjak memantapkan diri bahwa getaran cintaNYA harus dia pupuk dengan berada dijalurnya. Pru akan memujaNYA selama mungkin dengan menyanyikan zikir yang akan menghadirkan cintaNYA pada Pru.
Besoknya dan besoknya Devian tak pernah nampak lagi, orang tua Pru yang sudah merasa cocok dengan Devian mempertanyakan kemana Devian? Vito yang berumur dua tahun kini sudah hapal dengan Devian. Ketika semua yang tahu Devian menanyakannya pada Pru, Pru bingung menjelaskannya, Pru tak tahu bagaimana memilih kata-katanya, bahwa dia telah 'mengusirnya'.
Devian, telah merelakan cintanya didahului oleh yang maha cinta. Devian dulu mempelajarinya cintaNYA juga, sampai Devian mendapati sebuah ketenangan, kedamaian dan keikhlasan. Namun ketika bertemu dengan Pru, Devian tak sanggup juga menyampaikan cinta dunia pada seorang perempuan bernama Pruistin Amalia. Devian jatuh cinta denga rasa yang lain, sebuah kebutuhan cinta yang dianugerahkan Illahi padanya.
Di tengah kegalauan yang menggila, setelah hampir sekian lama berpisah dengan Devian. Pru bukannya dapat menyatukan cintaNYA melainkan seperti terombang-ambing dalam cinta yang percuma, cinta yang dipaksakan dan kurang ikhlas, karena cinta dunianya pada Devian begitu kuat menggodanya, bahkan menjerumuskan dalam sebuah keterpaksaan yang coba dia bangun dan keikhlasan kian menjauh.
Penyesalan telah 'mengusir' Devian dari hatinya ditangisi tak habis-habisnya setiap malam, di setiap waktu dia mengingat Devian dengan memandangi foto di dalam telepon genggamnya. Ini sudah tak dapat lagi dipertahankan, Pru tak sanggup.
"Apa yang kamu pelajari, Pru?" Kata Aisyah ketika Pru tak dapat lagi menahannya seorang diri...
"Aku mencintai Devian, Ai! Aku sayang sekali sama Devian, Ai...." Pru menangis, menutup wajahnya, dadanya sakit sekali mengucapkan kata-kata itu, dia sendiri yang 'mengusir' Devian dan dia sendiri yang tak sanggup melepaskannya.
"Kamu membuat dirimu sakit, Pru! Bukan begitu caranya mencintai Illahi Pru! Dengan bersahaja! Dengan keikhlasan! Bukan dengan terpaksa! Kamu keterlaluan Pru! Kenapa kamu membiarkan cintamu pada Devian? Itu merusak cintamu padaNYA? "
"Aku tidak tahu, Ai..Aku tak sanggup melepaskan cintaku pada Devian..."
"Ya ampuun Pruuuu....."
Dipeluknya Pru yang sesegukkan menahan dadanya yang kembang kempis. Pru benar-benar jatuh cinta pada Devian.
Diambilnya telepon Pru, lalu dihubungi Devian oleh Aisyah.
"Besok kamu ke sini dan nikahi Pru!"
@
KAMU SEDANG MEMBACA
KUANTAR KAU KE PINTU SURGA
EspiritualPruistin Amalia, mengalami cobaan yang sama, dua kali ditinggal suaminya meninggal dan dua kali pula mengalami goncangan yang merampas kehidupannya.. Pru, merubah hidupnya dari baik menjadi lebih baik, namun ketika musibah datang dua kali, Pru merub...