Semua Karena Pisang

2.2K 116 13
                                    

“Woi manten baru! Lesu amat!” Kudongakkan kepalaku sebentar melirik Linda yang seperti biasa, terlihat cerah, ceria dan mempesona. Sedangkan aku? Lemah, lesu, lunglai ... rasanya mati segan, hidup tak mau.

“Heeeeehhh ... Serius? Dodo sekuat itukah sampai seorang Renata yang hiperaktif jadi secapek ini?” Ucap Linda yang membuatku segera menegakkan badanku kesal mendengar kesimpulan asal yang dibuatnya. Apa coba maksudnya datang-datang dia langsung membahas hal yang justru sangat sensitif bagiku ini? Tidak tahukah dia justru karena aku sama sekali belum merasakan kekuatan Dodo, suamiku, makanya aku seperti ini. Entah apa yang dipikirkan gadis sotoy satu ini sampai-sampai aku belum mengatakan satu kata pun dia sudah menarik kesimpulan seekstrim itu. Menyebalkan!

Aku kan sengaja mengajaknya bertemu di sisa-sisa terakhir cuti kerjaku ini demi mendapatkan penghiburan, bukannya justru ditambah pikiran pornonya yang juga membuatku ingin tampil porno. Ah, aku bisa gila kalau begini terus. Semua ini gara-gara Dodo, dan Linda menambahku gila.

Aku mencebikkan bibirku ke arahnya supaya Linda tahu bahwa aku kesal.

“Deuh, emang beda ya cewek yang udah ternoda sama yang belum.” Ucapnya lagi yang membuatku memelototkan mataku padanya.

“Enak aja ternoda. Siapa yang ternoda?”

“Kamu.”

Dengan kesal kuinjak kaki Linda yang tersedia tepat di dekat kakiku. “Auw. Sakit tolol!”

“Kamu yang tolol. Aku belum ternoda tau.” Ups! Keceplosan!

“Heeeeehhh ...” Terdengar nada heran dari kata heh yang Linda ucapkan dengan nada dipanjang-panjangkan itu.

Aduh! Lagipula bukan maksudku mengatakan secara tidak langsung kalau aku masih perawan setelah 3 hari menikah. Tapi aku benar-benar terlalu emosi gara-gara kata ternoda yang diucapkan oleh Linda tersebut. Memangnya aku wanita apa pun sampai-sampai kata ternoda itu pantas bersanding denganku, seorang Aulia Renata. Ck, dengan kesal aku semakin melotot pada Linda. Mana penghiburan yang seharusnya aku dapatkan dengan kehadiran Linda ini? Kenapa yang terjadi justru pembukaan aib keluarga kecil yang coba kubangun dengan seorang Joe Richardo?

Aku masih perawan, Mama. Sebenarnya apa yang salah denganku? Perasaan selama ini pacar-pacarku sebelum Dodo tidak pernah kecewa dengan penampilanku. Bahkan terkadang mereka yang nekat mencoba menggrepe-grepe tubuhku sebelum kukeluarkan jurus ulat bulu membelah angkasa milikku karena kekurang ajaran mereka itu. Tapi kini, suamiku sendiri bahkan tidak berusaha menggrepe-grepeku, justru aku mengalami penolakan saat aku mulai menggrepe-grepenya. Ya ampun, kenapa jadi banyak kata menggrepe-grepe begini.

Tapi satu doaku saat ini. Semoga Linda tidak menyadari kalimat ambigu yang aku ucapkan tadi tentang aku yang belum ternoda. Aku sadar, itu aib yang tidak mungkin aku bicarakan dengan orang lain. Biarlah semua ini menjadi masalahku tanpa harus menyertakan orang lain untuk memikirkan masalah ini, termasuk Linda.

“Serius, Ren. Kamu masih … perawan?” tanya Linda dengan wajah yang menyiratkan penyesalan, mengasihani, dan memelas. Bahkan kata terakhir ‘perawan’ diucapkannya dengan sangat pelan, hingga jika aku tidak memperhatikan bibirnya yang melafalkan kata tersebut, aku tidak akan tahu apa yang diucapkannya. Oke, ternyata doaku tidak dikabulkan. Dan melihat watak Linda, dengan penyangkalan apapun kurasa tidak akan mempan untuknya. Ah, tapi tidak ada salahnya mencoba.

“Nggak. Siapa bilang?” jawabku ketus.

“Kamu.”

“Ngarang. Tadi maksudku tuh, aku nggak ternoda karena ngelakuinnya sama suami sahku.” Elakku.

My Lonely PlaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang