Dangkal

2.3K 109 23
                                    

Rasanya sangat-sangat sedih. Entah apa yang telah kulakukan sampai-sampai Mas Har mendiamkanku dua hari ini. Padahal baru 3 hari yang lalu dia mengucapkan kalimat qabul di hadapan ayah dan para saksi. Saat malam pertamapun kami masih baik-baik saja. Sepertinya aku melaksanakan tugas pertamaku sebagai seorang istri seutuhnya dengan benar, yah meskipun saat itu aku sempat menangis karena sakit. Tapi itu normal kan? Eh, atau jangan-jangan tidak normal?

Apakah mungkin gara-gara tangisanku saat itu Mas Har marah padaku? Aku dinilai terlalu lemah sebagai istri, hanya merasakan sedikit sakit saja aku sudah menangis?

Karena baru kusadari sekarang, setelah malam pertama itu Mas Har memang sudah memberikan tanda-tanda keanehan. Dimulai dari malam itu Mas Har menjadi sedikit pendiam, yang kukira dia terlalu lelah setelah kegiatan kami tersebut, karena aku sendiri merasa lelah saat itu. Dan Mas Har bukan tipe-tipe pria pendiam.

Aduh, bagaimana ini? Tiba-tiba pikiran buruk melintas di benakku. Bagaimana jika Mas Har berniat menalakku karena kelemahanku tersebut? Masa iya baru beberapa hari menikah aku harus menyiapkan batin menyandang status janda. Tidak tidak tidak! Ini tidak bisa dibiarkan.

Dengan panik aku segera keluar dari kamar untuk mencari Mas Har. Kami harus membicarakan hal ini. Aku tidak mau bernasib seperti Fani Oktora yang diceraikan oleh Aceng Fikri dengan alasan yang sangat tidak masuk akal.

Tidak perlu waktu yang lama untuk menemukan Mas Har. Karena saat ini dia sedang duduk menonton televisi di sofa yang kami beli bersama sebulan yang lalu sebelum kami menikah.

"Mas ... " panggilku yang hanya mendapatkan respon tolehan kepalanya.

Kan kan kan ... Dia beneran marah. Bagaimana ini? Aduuuuuh, rasanya ingin menangis kalau seperti ini. Tapi bagaimana jika Mas Har justru semakin marah karena ternyata aku sangat-sangat terlihat cengeng dan lemah. Tidak tidak tidak! Tahan Nurma, tahan ... Kamu nggak boleh nangis.

Dengan tangis yang tertahan dan kenekatan yang entah kudapatkan dari mana, aku segera duduk di samping Mas Har. Aku tidak boleh membiarkannya menggantungkanku seperti ini. Aku butuh kepastian kenapa dia mendiamkanku dan aku akan berusaha untuk memperbaiki kesalahanku itu. Dan tidak akan kubiarkan dia menalakku begitu saja.

"Mas marah?" tanyaku pelan. Kulihat Mas Har menghela nafas panjang, namun sama sekali tidak berniat menjawab pertanyaanku.

"Salahku apa?" tanyaku lagi, dan kali ini tidak bisa menyembunyikan nada sedihku. Tidak terdengar jawaban apapun darinya. Ya Allah, rasanya ingin sekali menangis. Namun aku harus menahannya. Aku kuat!

Kuhela nafas panjang, saat tiba-tiba kudengar suara Mas Har, "Aku kecewa."

Eh, kecewa? Jawaban yang jauh dari pikiranku. Kecewa kenapa? Apakah kecewa dengan alasan yang sama? Karena ternyata aku cengeng dan lemah?

Aku hanya terdiam. Mencoba mengingat-ingat lagi kira-kira apa yang membuat Mas Har kecewa selain karena aku cengeng dan lemah. Apakah karena ternyata aku tidak seseksi yang dia pikirkan? Atau karena ternyata aku tidak membuatnya puas saat malam pertama kami kemarin? Ya Allah, berilah aku petunjuk.

"Aku bukan yang pertama?" tanyanya tiba-tiba yang membuatku bingung.

Eh, pertama apa? Bukannya aku sudah menceritakan semua masa laluku padanya ya? Dia memang bukan pacar pertamaku, dia juga bukan ciuman pertamaku. Dan bukankah dia menerima semua itu sebelum kami menikah. Lalu sekarang kenapa dia bertanya begini?

"Bukannya aku udah cerita semua?" tanyaku bingung.

"Enggak tentang hal itu." ucapnya singkat.

Hal itu? Apa? Memangnya apalagi yang perlu kuceritakan tentang hal pertama? Aku benar-benar tidak mendapatkan clue apapun tentang hal pertama yang lain.

"Kamu nggak berdarah." ucapnya lagi yang membuatku tertegun. Darah? Ya Allah ... jadi itu yang membuat Mas Har senewen sejak kemarin. Karena aku tidak berdarah saat malam pertama kami. Ya elah, kukira Mas Har ini lelaki modern yang bisa berpikir positif tentang darah keperawanan, tenyata ...

Lelaki, sama saja di mana-mana. Selalu berpikir dangkal tentang keperawanan dan sejenisnya.

Yah, tapi mungkin memang ini salahku juga yang lupa menceritakan tentang pengalaman pahitku padanya sebelum menikah. Baiklah, mau tak mau sekarang aku harus menceritakan hal ini padanya.

"Maaf kalau udah bikin kecewa Mas Har ... " ucapku berusaha mengawali penjelasan.

"Jadi bener? Aku bukan yang pertama?" selanya sebelum aku bisa menjelaskan.

Ya elah, nggak bisa sabar sebentar apa ya? Baru mau jelasin ini. Aish, dangkal dangkal dangkal. Gemes juga ah. Emang apa salahnya sih kalau nggak berdarah. Grrrrr.

"Dengerin dulu." ucapku kesal. Dan kulihat wajah Mas Har tertekuk kesal.

"Mas Har pernah baca tentang selaput dara wanita?" tanyaku gemas. Sepertinya akan sia-sia saja kalau aku menjelaskan panjang lebar kalau suamiku ini sama sekali tidak mengerti tentang selaput dara.

Dia menganggukkan kepalanya, "Sedikit."

Heum, sedikitnya ambigu. Jangan-jangan yang dia tahu cuma kalau cewek berdarah itu berarti selaput daranya robek. Dan itu artinya itu cewek masih perawan. Tepok jidat deh kalau begitu.

"Jadi ya, Mas. Yang namanya selaput dara wanita itu ada beberapa jenis. Ada yang elastis, ada yang nggak, bahkan ada juga wanita yang tidak memiliki selaput dara. Dan kemungkinan besar selaput daraku adalah salah satu yang elastis dan juga rapuh." Kulihat Mas Har mengerutkan keningnya bingung.

"Terus?" tanyanya.

"Ya terus, jadi tu dulu waktu aku kecil kan ke sekolah naik sepeda tu. Dan suatu hari tanpa sengaja aku jatuh dan 'ituku' kena sadel sepeda. Jadi, kenapa kemarin aku nggak berdarah itu kemungkinan ..."

Belum selesai aku berkata Mas Har sudah berdiri dari sofa dan berteriak tidak terima, "JADI, KAMU DIPERAWANIN SEPEDA???"

Tepok jidat tepok jidat tepok jidaaaattt. Kenapa dari penjelasanku tadi cuma masalah itu yang ditangkap oleh suamiku? Aku masih perawan Maaaaasss. Cuma keris sampeyan yang masuk ke sarungkuuuuu.

The End

Note : terinspirasi dari pembicaraan absurdku bersama saudari @tuing_tuing...kyahahahaaaa...*kabooooorrr

My Lonely PlaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang