10. Warm

1.8K 296 11
                                    

.
.
.

Langit petang berhiaskan arakan awan yang mulai tampak pudar beserta semburat sinar oranye mentari yang mulai terbenam lah satu-satunya pemandangan yang bisa di nikmati saat ini.

Angin senja berhembus lembut, menyapu dedaunan di pepohonan sekitar yang membuatnya menadakan gemerisik dedaunan dengan suara lirih yang menenangkan.

Daerah di sekitar sini memang cukup sepi, karena tidak ada satupun suara berisik motor dan semacamnya yang merusak suasana tenang dan kelamnya saat ini.

Dan disinilah Sukuna, tengah menyandarkan tubuhnya di salah satu batang pepohonan yang cukup besar tanpa memedulikan dering nada panggilan dari ponselnya yang terus berbunyi tanpa henti dengan selipan jeda beberapa kali. Ia sama sekali tidak menyentuh apalagi melihat ponselnya yang masih merasa bergetar di saku celana nya. Jelas saja Sukuna sudah tahu siapa yang terus menghubungi nya meski ia tidak mengecek ponselnya sama sekali.

"Yuuji, sepertinya aku tidak akan kembali lagi ke rumah setelah ini."

"Eh kenapa? Jadwalnya bukan sekarang kan?"

Yuuji bertanya dengan lugu, dan Sukuna menghela napas berat, merasa agak terganggu dengan pertanyaan tersebut.

"Memang bukan sekarang. Maaf ya."

Setelah mengatakan itu, Sukuna memutus panggilan secara sepihak dan segera melangkah cepat meninggalkan pekarangan sekolah.

Sukuna memijit pelipisnya begitu ia mengingat kembali percakapan nya dengan Yuuji sekitar 1 jam yang lalu melalui ponsel, dan sekarang Yuuji malah terus menghubunginya tanpa henti. Ia bingung bagaimana harus menjelaskan alasan nya kenapa ia harus menjauh dari Yuuji sebelum waktunya tiba.

Kalau dia terus-terusan bersikap baik pada Yuuji hingga saat itu, ia yakin tanggungan beban sakit Yuuji akan bertambah lagi setelahnya. Cukup sudah, ia tak ingin menyakiti adik polosnya lagi.

Sukuna meninggalkan Yuuji bukan karena ia ingin apalagi sampai tidak merindukannya. Jelas saja ia amat merindukan sosok polos dan manis itu agar berada di sampingnya kembali, tapi kenyataan tidak mendukungnya dan ia sendiri juga tidak ingin melukai perasaan Yuuji lagi.

Tapi kalau Yuuji terus menghubunginya seperti ini dia harus bagaimana?

Menyadari Yuuji yang tidak juga menyerah membuat nada berisik dari ponselnya, Sukuna pun merogoh saku celana nya dan mengambil ponselnya untuk menjawab panggilan dari Yuuji.

"Sukuna?" Terdengar suara Yuuji yang begitu cemas di sana.

"Dering di ponselku terlalu berisik, dan apalagi yang mau kau tanya?"

"Kenapa kau pergi?"

"Waktuku tinggal sebentar lagi, jadi setidaknya aku—"

"Apa yang sebenarnya kau sembunyikan? Kau tidak pernah mengatakan apapun padaku, dan kau selalu berkata waktumu tidak lama lagi seolah kau benar-benar akan pergi selamanya."

Sukuna tidak langsung menyahut. Ia berjongkok di dekat batang pohon yang sejak tadi menemaninya itu sambil menghela napas berat, merasa keberatan ingin menjelaskan yang sebenarnya.

"Kenapa kau diam? Kenapa kau selalu menyembunyikan semuanya dariku sih? Apa kau tidak bisa mempercayaiku?"

"Bukan begitu maksudku, Yuuji. Aku hanya tidak ingin kau malah termakan dengan semua sikapku sekarang. Lebih baik kalau aku tidak bersamamu sampai di saat itu tiba."

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan, Sukuna. Kau pun tahu sendiri kalau aku bego kan? Tolong jelaskan padaku semuanya."

"Kau akan tahu sendiri nanti, sudah?"

Returned Soul [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang