Mentari di siang menjelang petang ini tidak kelihatan cerah seperti biasanya, karena terdapat awan-awan kelabu yang kian menebal dan terus menggelap seiring waktu untuk menutupi sinar yang biasanya selalu menyilaukan pandangan itu.
Namun mau bagaimanapun cuacanya, seorang Yuuji pasti akan selalu menyelesaikan tugasnya hingga tuntas dan setelahnya segera berlarian dengan langkah yang memburu agar ia cepat sampai di rumahnya.
Sambil mengatur napasnya yang tersengal-sengal, Yuuji kembali menegapkan tubuhnya seraya mendorong daun pintu depan rumah yang berbahan kayu dan langsung menutupnya kembali setelah ia berada di dalam. Begitu berada di dalamnya, ia sudah di sambut oleh seseorang yang ternyata sudah menunggunya sejak tadi disana.
"Yuuji, selamat datang kembali."
Seorang pemuda seumuran dengannya yang selama ini pula selalu bersamanya, Megumi, menyapanya dengan nada kalem seperti biasanya. Tapi bukan berarti ia sedingin itu.
"Megumi." Yuuji menyapanya sambil mengukir senyum lebar, "Ada perlu apa? Tumben nungguin?"
"Hanya berkunjung. Tak masalah, kan?"
Yuuji menggeleng, "Malah bagus kalau kau datang. Soalnya kare yang kubuat tadi pagi kebanyakan."
Sambil melangkah menuju dapur, Megumi membuka topik, "Bagaimana kabarmu dengan Gojo-san sekarang?"
"Eh?" Yuuji tampak bingung dengan arah percakapan ini, "Apa maksudmu?"
"Bukannya Gojo-san dan kamu sudah mengikat hubungan, ya? Nobara memberitahuku."
"Ah, itu—"
Yuuji mengusap perlahan tengkuknya dengan gugup. Semburat rona merah samar tampak indah menghias kedua sisi wajahnya, "Ng, y-yah, begitulah."
Masih dengan intonasi kalemnya, Megumi kembali melontarkan pertanyaan yang memperjelas keraguannya, "Apa kau yakin?"
"Yakin bagaimana?"
"Dengan keadanmu yang sekarang ini."
"Hah? Kau ngomong apa?"
"Memangnya kau sudah melupakan Sukuna?"
Seketika itu pula Yuuji terdiam. Gerakan tangannya yang tadinya memegang sendok sup dan hendak menuangkan kare ke salah satu piring pun terhenti.
"Kenapa tiba-tiba kau membicarakan itu?" Yuuji mengerjapkan kedua matanya beberapa kali, lalu beralih kembali pada kegiatannya tadi.
"Karena Nobara mengatakan kalau kau tampak tak benar-benar berminat pada Gojo-san." terang Megumi yang kemudian mengambil alih sendok sup yang tadinya berada di genggaman Yuuji, "Menurutku juga begitu, meski akhir-akhir ini aku jarang menemuimu karena beberapa hal."
Yuuji menghela napas, "...Padahal aku tidak masalah dengan itu."
"Tidak masalah bagaimana?" Megumi tampak semakin mendesaknya, "Kalau kau memang masih memikirkan Sukuna, bukannya lebih baik kau batalkan saja hubunganmu dengan Gojo-san?"
Yuuji menundukkan wajahnya. Kini pandangannya terarah lurus tepat pada keramik putih kebiruan yang ia injak, mulai bergemul dalam pikirannya sendiri. Berusaha mencari jawaban akan fakta perasaannya yang sebenarnya.
Apa Yuuji masih menetapkan hatinya pada Sukuna?
Apa ia tak bisa mencintai orang selain Sukuna?
Meski cintanya dan Sukuna itu adalah hal terlarang, apa ia akan tetap bertahan pada perasaan seperti itu?
Kali ini Megumi yang menghela napas. Dengan lembut ia menepuk pundak Yuuji, "Perasaan cinta itu bukan hal yang salah. Kalau hati dan pikiranmu masih ingin menetap dalam kenangan lamamu bersamanya, maka biarkan saja dulu. Memaksa pun tak ada gunanya, kan? Memangnya kau akan sejahat itu menjadikan orang lain sebagai tempat pelampiasanmu?"
Yuuji menoleh ke arah Megumi yang seolah mengetahui oso pikirannya itu dengan tatapan sendu, "Memangnya kau pikir hubungan cinta antar saudara sedarah itu—"
Megumi menggeleng, "Tidak ada perasaan cinta yang salah. Kalian saudara sedarah saling mencintai? Itu bukan masalah, kau tahu. Cinta itu maknanya luas, lho. Cinta itu bukan berarti kamu harus melakukan hubungan selayaknya kekasih kebanyakan. Lagipula kamu mencintai Sukuna sebagai kakak pun sudah termasuk dalam kategori cinta. Kamu menyayangi peliharaanmu dengan sepenuh hatimu pun termasuk cinta. Bahkan, kamu hanya selalu memikirkan kebahagiaan seseorang yang berharga bagimu hingga merelakan nyawa pun sudah termasuk kategori dari cinta itu sendiri meski kamu tidak menyatakannya secara langsung. Dan intinya, seperti yang ku katakan tadi, perasaan cinta itu tidak ada yang salah. Salah atau tidaknya itu tergantung bagaimana kamu menindakinya."
Yuuji sempat tercengang selama beberapa saat begitu mendengar penjelasan Megumi mengenai cinta, seolah-olah ia telah mengalaminya sendiri.
"Megumi, bukannya kau sudah cocok bergabung dengan pakar percintaan kalau pengetahuanmu sudah seluas itu?"
BUAGH!
Satu pukulan kuat mendarat cepat di pundak Yuuji, membuat si pemilik surai dwiwarna itu mengaduh sambil mengusap bahunya perlahan.
"Ayo makan." ajak Megumi yang segera mengambil kedua piring berisi nasi kare itu dan langsung berbalik memunggungi Yuuji guna menyembunyikan rona merah yang muncul begitu saja di wajahnya.
.
.
.
Hamparan langit malam membentang luas sejauh mata memandang, berhiaskan bulan penuh serta bintang-gemintang yang berkerlap-kerlip indah sambil menghiasi suasana sepi di tempat ini.
Yap, halaman belakang rumah yang Yuuji tempati ini memang sedang sepi, karena jam dinding di rumahnya pun telah menunjukkan waktu hampir tengah malam.
Si pemilik surai dwiwarna itu tengah duduk sendirian di sebuah bangku kayu panjang yang terletak di halaman belakang itu sambil menggoyangkan kedua kakinya untuk mengurangi bosan. Sementara Megumi yang hari ini berencana menginap telah tertidur duluan di kamar tamu yang Yuuji sediakan.
Berkali-kali Yuuji menarik dan menghembuskan napasnya. Memang ia merasa tenang disini, hanya saja sepi jika tidak sambil mengobrol dengan seseorang.
Namun, tepat sesaat setelahnya, tanpa sengaja ia menemukan siluet seseorang yang berdiri di dekat pagar halamannya. Seseorang berperawakan jangkung dan tegap.
Karena penasaran siapa orang yang mendatangi sekitaran rumahnya tengah malam begini, Yuuji pun beranjak dari tempat duduknya tadi dan ia pun mendapat gambaran jelas dari sosok itu.
Tampak samar-samar surai dwiwarna-nya yang sewarna dengan Yuuji di bawah temaramnya lampu halaman belakang ini, dan ia tengah mengenakan setelan jas selayaknya orang yang hendak pergi ke suatu acara besar yang mewah.
Tepat saat orang itu menoleh ke arahnya, Yuuji membelalak kaget, benar-benar tidak bisa mempercayai siapa yang ia temukan sekarang.
Sepasang manik merah delimanya yang khas, serta seringai tajamnya yang memperjelas betapa menawannya wajah itu, hingga terdengar suara,
"Aku pulang, Yuuji."
.
.
.
Fin
A/n : Oke, dengan ini kunyatakan fanfic ini udh bener-bener selesai ya:'v
Aku beneran ga nyangka lho, ini ff banyak yang baca, padahal alurnya bosenin + ga jelas :'D
Jadi, makasih banyak buat kalian yang udh baca ff ini dari awal sampe selesai dan rajin voment disini~♡Dan sampai jumpa lagi di lain kesempatan♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Returned Soul [✔]
Fanfic[𝐒𝐮𝐤𝐮𝐧𝐚 𝐱 𝐘𝐮𝐮𝐣𝐢] Anak kembar, jiwa mereka tetap 1 meski raga dan pikiran mereka berpisah. Sukuna yang melindungi Yuuji dengan cara yang salah, dan Yuuji yang tidak tahu apapun segala hal yang Sukuna sembunyikan darinya.