Jam makan siang. Waktu yang sangat ditunggu-tunggu oleh kebanyakan siswa. Berlomba mendapatkan antrean paling depan menjadi hal yang biasa, terlebih jumlah meja yang tak sebanding dengan perut lapar para siswa.
Entah bagaimana Seungwoo selalu bisa mendapatkan antrean depan. Sudah menjadi kebiasaannya pergi lebih dulu dan memastikan jika Seola mendapatkan tempat duduk saat di kantin. Dan di sini lah dia sekarang, duduk menyantap makanan di nampannya sembari menunggu Seola. Biasanya Seola akan menyusul sekitar lima atau sepuluh menit, tapi kali ini sepertinya gadis itu sangat terlambat. Bahkan, Seungwoo sudah hampir menghabiskan setengah isi di nampannya.
Matanya tak lepas dari pintu besar kantin yang terbuka lebar, tapi sama sekali tak nampak batang hidung gadis itu.
"Boleh aku duduk di sini?" suara itu membuat Seungwoo mengalihkan pandangannya, ia mengangkat kepalanya. Eunbi berdiri tepat di samping mejanya, membawa nampannya yang masih penuh. Seungwoo ragu sesaat, pasalnya hanya ada satu kursi yang tersisa, dan ia sengaja menjaganya untuk Seola. Ia menatap ke arah pintu sekali lagi. 'Sepertinya dia tak akan datang,' benak Seungwoo. "Tentu! Duduklah!"
Dengan senyum malu-malu Eunbi meletakkan nampannya di atas meja dan duduk di depan Seungwoo. Beberapa kali ia mengulum senyumnya, namun tetap saja senyumnya tak bisa terhapus dari wajahnya. Tak pernah terbayangkan sebelumnya jika ia akan duduk makan bersama dengan pujaan hatinya.
"Apa les musikmu lancar?" tanya Seungwoo memecah keheningan antara mereka.
"A-apa?"
"Les musikmu," ulangnya. "kemarin kau bilang kau terlambat les musikmu?"
Eunbi menjadi kikuk saat Seungwoo bertanya soal kemarin, pasalnya ia berdusta tentang les musik itu. "O-oh, i-itu? Tentu, semuanya lancar!"
"Kau pasti terlambat karena menungguku kemarin," sesal Seungwoo.
Eunbi menggigit bibir bawahnya, matanya menatap nasi yang belum disentuhnya, "Kalau begitu, apa kau mau pergi bersamaku? Kali ini aku yang traktir, aku sudah janji kemarin." Eunbi tak yakin jika Seungwoo akan menerima ajakannya.
"Tentu!"
Apa katanya? Apa gadis itu tak salah dengar?
"Sungguh?"
Pria itu menganggukkan kepalanya.
"Tanpa Seola?" tanya Eunbi hati-hati. Lagi-lagi kepala pria itu mengangguk membuat hati Eunbi membuncah kegirangan.
Obrolan itu mengurangi rasa canggung di antara mereka berdua. Eunbi merasa lebih nyaman berbicara pada Seungwoo dibandingkan sebelumnya, ia merasa jika Seungwoo mulai membuka diri untuknya atau itu hanya perasaannya saja karena selama ini ia terlalu malu untuk berbicara pada pria itu.
Tap tap tap ...
Kaki itu berlari dengan lincahnya menghindari para siswa yang mulai meninggalkan kantin. Senyum sumringah menghias manis di wajahnya, jepit rambut berwarna merah muda bertengger manis di rambut sebahu hitamnya. Dengan satu ayunan kuat penuh kebahagiaan, Seola menepuk punggung Seungwoo hampir membuat bocah itu memuntahkan makanan yang ada di mulutnya.
Bocah malang itu hanya mengusap punggungnya yang terasa perih dengan ujung jarinya karena tak sampai. "Ya! Aku hampir menelan lidahku!" geramnya. Sungguh pukulannya itu menyakitkan. Bahkan Eunbi yang duduk di depan Seungwoo tersentak karena bunyi keras tamparan tangan Seola.
"Itu tak akan terjadi," balas Seola tanpa rasa bersalah, senyumnya masih menghiasi bibir. Seola mendorong tubuh Seungwoo dengan tubuhnya agar bocah itu bergeser sedikit dari kursinya memberikan sedikit ruang untuk dirinya duduk. Seola begitu senang sampai-sampai tak menyadari jika Eunbi juga berada di sana.
"Lihat! Lihat! Lihat!" Seola menyodorkan layar ponselnya ke depan wajah Seungwoo.
Seungwoo mendorong layar ponsel Seola dengan telunjuknya beberapa senti ke belakang agar bisa melihat layar ponsel gadis itu dengan jelas. "Im Changkyun?"
Seola menganggukan kepalanya dengan semangat, ia mendekap ponselnya seperti orang bodoh dan menggerakkan kakinya kegirangan. "Dia mengajakku pergi malam ini!" soraknya tertahan sambil menepuk bahu kawannya itu berkali-kali. Jika ditanya bagaimana rasanya, rasanya perih sekali, Seungwoo balas memukul punggung tangan Seola tak terlalu keras beberapa kali, yang dibalas malah semakin intens dengan tamparannya. Jika dilihat seperti dua bocah yang saling membalas.
Dehaman sengaja Eunbi membuat mereka berhenti dan menyadarkan Seola akan kehadirannya di sana. Buru-buru Seola bangkit mendorong tubuh Seungwoo dan hampir membuat bocah itu terjungkal karena terkejut. Secepat kilat gadis itu sudah berlutut di samping Eunbi dan menunjukkan ponselnya kegirangan.
Melihatnya kegirangan, sepertinya Seola sudah melupakan soal kekalahannya kemarin. Syukurlah! Biasanya gadis itu jadi memaksakan diri dengan latihannya dan Seungwoo tak harus menjadi pemegang stopwatch untuk dimarahi, benaknya.
"Kau mau kemana?" tanya Seugwoo saat Seola baru akan mengambil langkah untuk pergi. "Aku tak punya waktu untuk duduk-duduk denganmu. Ada banyak hal yang harus aku siapkan," katanya mendramatisir. "Bersenang-senanglah kalian berdua!" pamit Seola lalu berlari keluar kantin.
Hening.
Tak ada yang bicara di antara mereka berdua dan Eunbi bia meihat sedikit guratan kesal di mata Seungwoo yang tak juga kunjung melepaskan pandangannya dari pintu dimana Seola tak lagi terlihat.
Sudah hampir dua puluh menit kaki panjang Seungwoo berdiri di dekat loker Seola. Matanya tak henti melirik jam dinding besar di koridor sekolah. "Apa dia sedang berada di kolam renang?" gumamnya pada dirinya sendiri. Hari ini rasanya sedikit tak biasa, tak bertemu dengan Seola di sekolah baginya terasa aneh. Ia tak lagi melihat Seola setelah makan siang tadi.
"Seungwoo-ya!"
Seungwoo menoleh begitu seseorang menyerukan namanya. Seungwoo memasang senyum dan melambai kecil pada Eunbi yang menyapanya. "Seola sudah pulang bersama Changkyun."
Seola pulang tanpa memberitahunya? Bersama orang lain? Mereka sudah berencana untuk mengunjungi teman-teman Seungwoo hari ini, bagaimana gadis itu bisa pergi begitu saja dengan orang lain?
"Aku tahu itu," dustanya.
Eunbi menaikan kedua alisnya sedikit terkejut, "Kau tahu?" Ia memberikan anggukan kepala sebagai jawaban.
"Kukira kau menunggu di sini karena-"
"Aku menunggumu," potongnya membuat rona merah menyemburat di wajah Eunbi. Gadis itu mengulum senyumnya tak tahu harus bersikap bagaimana. "Aku berencana bertemu dengan teman-temanku hari ini. Kau bilang kita akan pergi." Jeda sesaat, ragu dengan apa yang akan ia katakan selanjutnya. "Apa aku boleh ikut denganmu?" tanya Eunbi menyela pikirannya.
"Tentu, jika kau mau."
"Kita pergi sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Himawari | Han Seungwoo x Seola
FanfictionBaginya gadis itu seperti matahari. Gadis itu adalah mataharinya. Gadis kecil cegeng yang dulu selalu bersembunyi di balik punggungnya. Kini bersinar terang. Begitu terang sampai ia tak bisa menyentuhnya. Layaknya bunga matahari yang hanya hidup sat...