3

1.1K 149 11
                                    

.










.










.












.

"Terimakasih Lino." Yunho menerima secangkir kopi panas buatan Lino itu, lalu menaruhnya di meja, menunggu agak dingin untuk ia minum.








"Sama - sama, kek." jawab Lino sambil ikut duduk di kursi seberang.










"Eh.., iya, Lino. Kakek mau ngomong serius  sama kamu." Yunho menatap Lino penuh.









"Jangan serius serius amat kek. Nanti bisa bisa stroke loh. Santai saja sama ngopi ngopi kan enak. Hahahaha...," Lino menyahut dengan nada bercanda seperti biasa.










"Heh! Kok dibuat bercanda sih?! Kakek mau ngomong serius sama kamu."








"Ya ngomong aja, kek. Aku dengerin kok."








"Lino, apa kamu tidak ingin menikah?"









"Eh.., menikah?"









"Iya menikah. Kamu gak mau menikah emangnya?"







"Emang ada ya yang mau sama aku? Kata Mama sama Papa, aku ini aneh. Tidak ada orang yang akan mau sama aku, kek. Aku di sini sama kakek nenek karena cuman mereka yang bisa nerima kekurangan ku."  Lino menjawab sedih.





"Siapa bilang?! Kakek mau kok." spontan Yunho menjawab.





"Eh...?!" Lino terkejut dengan ucapan Yunho itu. Maksudnya apa?





Ragu ragu Lino pun bertanya,

"Kakek mau menikahi aku?"






"Ah.., bukan. Bukan kakek yang akan menikah dengan mu. Tapi maksud kakek, kakek itu mau menikahkan cucu kakek denganmu. Itu, cucu kakek yang pernah kakek cerita kan ke kamu." jelas Yunho.






"Aku kira kakek." sahut Lino dalam hatinya sudah mengucap syukur dari suudzonnya tadi. Yakali, dia mau diperistri aki aki. Nanti banyak orang fitnah dia nikah sama harta dong. Maklum pemikiran orang desa.









"Hahaha.., kamu ada ada saja, Lin. Tidak mungkin kakek yang menikahimu. Kakek sudah terlalu tua untuk mempunyai istri lagi."






"Siapa tahu? Kan jaman sekarang banyak orang tua yang menikah sama anak muda, kek. Apalagi kakek kan kaya raya. Orang kaya bisa berlaku semaunya kan." jawab Lino yang mengingat akhir akhir ini banyak berita seperti itu.









"Gak.., gak..., kakek tidak seperti itu. Gak ada niatan sama sekali. Kakek cuman pengen punya cicit dan bermain bersamanya di hari tua kakek ini. Bukan mengurus perusahaan lagi. Tapi karena cucu kakek belum juga menikah, kakek tidak bisa melimpahkan semua tugas berat ini kepadanya. Kakek takut dia malah tidak akan menikah jika sampai di beri beban ini duluan." Yunho masih sedikit mengeluarkan tawanya menjawab perkataan Lino itu.










"Ehmm., cucu kakek emang mau ya menikah sama aku? Kata kakek waktu itu  cucu kakek belum punya kekasih walau dia tampan. Bukankah itu berarti dia orang yang sangat pemilih sekali. Aku kan banyak kekurangan kek. Pasti aku bukan kriterianya sama sekali." Lino merasa rendah diri.








"Kamu jangan rendah diri gitu dong, Lin. Kamu itu pantas jadi istrinya cucu kakek. Kamu penyayang, sabar, pinter masak, pinter ngurus rumah. Istri seperti kamu lah yang di butuhkan cucu kakek."








"Apa itu sebuah kelebihan yang patut diunggulkan, kek? Semua istri pun juga harus begitu kan kalau bersama suaminya. Aku rasa, aku ini kurang pantas bersanding dengan cucu kakek yang unggul dalam segala hal. Lagipula biasanya orang yang berpendidikan tinggi itu jarang mau menikah bersama orang dari golongan rendah seperti ku." ujar Lino terlihat bersedih mengingat realita kasta hidupnya ini. Pikirannya itu orang kaya dan orang miskin selamanya tidak akan bisa selalu berdampingan begitu.





"Lino, tolong jangan berkata seperti itu. Kedudukan dan harta itu bukan segalanya. Tidak semua orang kaya itu berlaku hal demikian. Seperti kakek, kakek hanya ingin cucu kakek menikah dengan orang yang mampu merawat dan mengasihinya dengan tulus. Bukan ada motif lain, apalagi soal harta. "










"Tapi kek, bukankah itu berarti kami harus saling jatuh cinta dulu? Kami kan belum pernah bertemu."








"Cinta itu bisa datang ketika kamu sudah menjalani hidup berumah tangga. Asal kamu mau menikah dengan cucu kakek dengan tulus. Kakek tak akan masalah dengan semua hal."








"Apa setelah menikah, aku harus ikut cucunya kakek ke kota?"








"Ya tentu saja, dia kan suami kamu. Masa kamu tinggal di sini dan dia berada di kota?"







"Lalu siapa yang akan mengurus kakek, nenek ku di sini, kek? Mereka sudah sangat tua, aku khawatir bila jauh dari mereka."









"Kamu tenang saja, kalau kamu beneran mau menikah sama cucunya kakek. Kakek janji semua kebutuhan hidup dan keselamatan kakek, nenek kamu terjamin. Mereka tidak akan bekerja lagi dan hanya perlu di rumah saja. Dan lagi kakek juga akan mengirimkan pekerja kakek untuk menjaga dan merawat kakek, nenek mu, Lino. Bagaimana?"









"Seriusan, Kek?"










"Iya, tentu saja. Tapi kamu juga harus serius."








"Apa boleh aku tidak menjawabnya dulu. Sepertinya aku harus memikirkan nya matang matang, kek. Ini kan soal pernikahan yang harusnya terjadi sekali seumur hidup. Aku tidak mau gegabah."






"Tentu saja kamu harus memikirkan nya matang matang, Lino. Saat menikah nanti kamu memang harus sudah siap segala resikonya. Jadi bila ada masalah rumah tangga kelak, kamu bisa bertahan dari cobaan itu. Tapi kakek harap kamu tidak terlalu lama memutuskan ini. Kalau kamu sudah yakin mau jawab apa, menerima atau tidak, kamu temui kakek di sini ya."







"Aku mengerti, kek."




TBC

Gemes banget kenapa sih? 😭😭😭😭

Gemes banget kenapa sih? 😭😭😭😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SHIyT (SeungKnow) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang