1

2.6K 199 19
                                    

.












.












.

"Braaakkk...!!!"








Lagi dan lagi suara itu mengganggu tidur malam Seungmin seperti hari hari sebelumnya. Setiap malam rasanya ia belum pernah tertidur lelap tanpa adanya suara gaduh barang dilempar atau terjatuh disertai teriakan kedua orang tuanya yang saling menyalahkan. Yang mana membuat nya tak nyaman mendengar nya. Tapi tak ada satu pun cara yang ia lakukan untuk menghentikan semuanya. Ia hanyalah seorang anak yang baru genap berusia delapan tahun. Tak banyak hal yang cukup berarti ia pahami. Dan dia hanya mampu terdiam dan terbaring menyendiri di kamar sempitnya ini.









Sudah hampir dua jam ia menunggu keributan itu berhenti. Namun sampai saat ini pun tanda tanda nya sama sekali tak nampak. Ia mulai cegah dengan situasi tak mengenakan itu. Dengan langkah kecilnya, Seungmin menyusul kedua orang tua nya di ruang tamu. Ia berharap kehadiran nya nanti akan membuat ibunya menghentikan pertengkaran nya.








"Aaarrkkkhhh...,"








Tapi apa yang ia dapat setelah berhasil sampai di ruang tengah? Ibu nya terkulai tak berdaya di lantai dengan bersimbah darah segar di kepala nya pelakunya tentu saja ayahnya.









"Ibu..., Ibu..., Ibu...," Buru buru iya mendekat di samping ibu nya. Bibir nya bergetar, mata nya berkaca kaca hendak mengeluarkan air mata.








"Jangan menangis putranya ibu."





"MINGGIR KAU ANAK SIALAN!!!!" ayahnya datang dengan tangan terangkat tinggi ingin memukulnya.



"Jangan ayah...,"






































"Sial..!! Mimpi itu lagi." guman Seungmin mengusap wajahnya kasar, bangun dari tidurnya.






Di raihnya gelas yang berada di nakas. Bermaksud ingin melegakan rasa kering di tenggorokannya. Namun ternyata gelasnya kosong. Tidak ada air setetes pun.







"Tsk...," Seungmin berdecak kesal. Dia menyibak kasar selimutnya. Kemudian segera turun dari ranjangnya,menuju dapur.








"Glek... Glek.... Glek.. .,"







"Tak..," Seungmin meletakkan gelas itu di meja.









"Kamu sudah bangun, Seung? Bagaimana tidur mu?" tanya pria paruh baya yang tak lain adalah kakeknya sendiri, Jung Yunho.









"Menurut kakek?" Seungmin balik bertanya, lalu pergi begitu saja.








Yunho menghela napasnya berat. Selalu begini, Seungmin selalu dingin terhadapnya. Padahal dirinya sudah berusaha mencurahkan kasih sayang dan perhatian kepada cucu satu satunya itu. Namun, sepertinya pria muda itu tidak menganggapnya. Mungkin luka yang menggores cucunya semasa kecil terlalu dalam hingga hatinya menjadi sedingin ini.









"Andai waktu dapat di ulang. Dan anak buahku  cepat menemukan keberadaannya. Pasti dirinya tidak akan tersiksa dan diasingkan hidup di panti. Setelah kematian Soojung yang mengakibatkan  dia menjadi seperti ini." guman Yunho memandang kepergian cucunya itu.








Yunho mengingat kembali kejadian yang pernah di alami cucunya itu. Cucunya sejak kecil sudah sering kali dipertontonkan kekerasan rumah tangga kedua orang tuanya. Seungmin kecil menjadi saksi bagaimana menantunya itu menyiksa putrinya setiap hari. Hingga di mana putrinya meninggal dunia akibat dipukul dengan vas bunga keras oleh Wonpil, menantunya.









Karena memang dulu pernikahan keduanya tidak direstui keluarga. Mereka tinggal jauh dari keluarga. Sehingga saat Soojung meninggal dunia dan Wonpil yang meninggal setelah tertembak mati oleh polisi yang datang mengepung. Seungmin hidup sebatang kara hanya bertahan dengan bantuan tetangganya yang berbaik hati memberinya makan. Tetangga yang sama yang melaporkan kekerasan rumah tangga yang terjadi di keluarga Seungmin.








Pada awalnya Seungmin memang seperti hidup menggantung kepada tetangganya itu. Dan tanpa di sadari ternyata hal tersebut membuat anak kandung si tetangga menjadi iri kepadanya. Dan di setiap kesempatan selalu berusaha menyakitinya tanpa sepengetahuan si tetangga. Seungmin tidak cukup mampu melawan karena tubuhnya yang kecil. Jadi saat dipukuli dia hanya diam saja. Kenakalan itu berlangsung selama berbulan bulan hingga si tetangga memergoki anaknya sedang menjotosnya kuat sanpai berdarah darah. Si tetangga marah besar kepada sang anak, beliau langsung menghukum anaknya itu. Seungmin bersyukur karena hal itu.











Namun, ternyata kelegaan hatinya tak berlangsung lama ketika si tetangga terpaksa harus ke luar negeri untuk urusan pekerjaan. Dan tentunya beliau tidak mampu jika harus membawa serta dirinya ke luar negeri. Akhirnya, si tetangga menitipkan dirinya agar di asuh di sebuah panti anak. Si tetangga tidak mau jika Seungmin ditinggalkan sendiri di rumah nanti bakal terlantar dan tak terurus. Beliau pikir di panti anak, Seungmin akan hidup terjamin dan bahagia. Karena di sini pasti Seungmin akan memiliki banyak teman yang mengajaknya bermain dan tersenyum. Beliau sangat khawatir dengan keadaan Seungmin yang hampir tidak pernah tersenyum itu. Beliau harap Seungmin akan berubah.








Nyatanya itu salah, di sini Seungmin merasa tidak nyaman. Seungmin itu tipe anak pendiam yang suka ketenangan. Berbeda dengan anak panti yang kebanyakan mereka yang suka kebersamaan dan berisik. Hal yang bertolak belakang sekali. Oleh karenanya sejak datang ke panti Seungmin menjadi terasing dan di jauhi anak panti yang lain. Mereka menganggap Seungmin anak yang sombong dan tidak pantas menjadi saudara mereka.









Dan keterasingan itupun terjadi juga saat Seungmin memasuki bangku sekolah. Bahkan bukan diasingkan lagi. Di sekolah Seungmin merupakan sasaran bully anak anak nakal di sana. Dan lagi Seungmin hanya diam menerima semua ketidakadilan itu. Tidak pernah melawan dan hanya datar saja. Sehingga membuat para pembully semakin bernafsu menyakitinya.









Seungmin merasakan pahitnya kehidupan itu hingga dirinya berumur kedelapan belas tahun. Saat itu di siang yang terik, dirinya tiba-tiba dipanggil ke ruang kepala sekolah. Bisik bisik teman sekelasnya tak dapat dihindarkan. Banyak spekulasi buruk yang terlontar untuknya. Tapi dia diam tak menanggapi. Dia acuh dan berjalan begitu saja menuju ruang kepala sekolah.







Tiba di sana, tanpa di duga sebelumnya, pria paruh baya yang tidak ia kenal siapa itu orangnya, menerjang dirinya dengan pelukan. Pria tua itu berkali kali mengucap syukur kepada Tuhan yang membuat Seungmin kebingungan. Kebingungan nya terjawab ketika pria itu memperkenalkan diri bahwa beliau itu merupakan kakeknya, ayahnya ibunya yang telah tiada, Jung Yunho.






Awalnya Seungmin tak mau percaya begitu saja. Namun setelah banyak bukti dan juga permohonan pria itu. Seungmin luluh dan mau mengikuti pria itu pulang. Akhirnya Seungmin hidup bersama kakeknya sampai sast ini. Meski banyak kasih sayang yang dicurahkan untuknya, ternyata perasaannya ke sang kakek tidak pernah menghangat. Dia masih tetap sama dinginnya dari sebelumnya. Dan hal itu tentu saja membuat kakeknya bersedih tapi tidak bisa berbuat banyak selain hanya mencoba.


TBC

Book ini request dari faizahdj. Semoga suka😊

SHIyT (SeungKnow) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang