5

965 154 10
                                    

.



.





.




.

Pagi pagi sekali, Lino sudah bangun dari tidur nya. Dan tanpa di suruh pun, ia telah berkutat dengan bahan masakan di dapur. Meski para art di sana melarang diri nya memasak. Ia tetap memaksa.






Lino sudah terbiasa bangun pagi. Kemudian memasak di dapur membuatkan sarapan dan bekal nenek kakeknya bekerja. Jadi, tidak mengherankan juga jika pagi ini, dia melakukan hal yang sama. Terlebih lagi, hari ini, adalah hari pertama ia memasak untuk suaminya. Sudah pasti ia sangat antusias sekali.





Melihat semua masakan nya telah terhidang rapi di atas meja. Lino terlihat puas sekali. Dia berharap masakan nya ini akan sesuai di lidah suami nya. Sebab jika ingin memasakkan masakan kesukaan suaminya itu. Ia belum mengetahui makanan apa yang digemari oleh Seungmin.






Dia belum tahu banyak tentang suaminya. Selain Seungmin itu cucu satu satunya cucu dari Jung Yunho. Dan sifat dingin yang dimiliki pria itu. Lino belum tahu.







"Lino, sekarang waktu mu membangun kan suami mu. Dan kemudian kalian bisa sarapan berdua." guman Lino pada dirinya sendiri.





Yap, sarapan berdua. Karena hari ini Yunho tidak berada di rumah sejak acara pesta kemarin selesai. Pria tua itu langsung pergi ke luar kota. Disebabkan ada masalah khusus yang harus ia tangani sekarang. Jadilah, di hari pertama Lino tinggal di rumah ini. Dirinya hanya bisa sarapan berdua dengan suaminya. Tidak dengan kakek mertuanya.





Baru saja ia akan melangkah pergi dari dapur. Ekor mata nya malah sudah melihat suami nya turun dari tangga,berjalan cepat ke arah luar. Lengkap dengan pakaian kantor juga jas dan tas yang ia tenteng. Pria itu terlihat sibuk dan buru buru sekali. Dilihat dari cara berjalan nya. Juga dia yang masih sibuk berbicara sesuatu dengan seseorang di luar sana melalui telepon pintar nya.






"Seungmin...," panggil Lino.






Mendengar itu, Seungmin menoleh ke arah Lino sekilas. Lalu kembali berbincang di telepon.  Tapi untung nya, tak lama kemudian pria itu mematikan telepon nya dan menyimpan nya di saku celana nya.





"Ada apa?" Tanya nya dingin.




"Sarapan nya sudah siap. Ayo kita sarapan dulu." ajak Lino.




"Tidak."




"Ke-kenapa?" kaget Lino dengan penolakan itu.






"Aku tidak lapar."





"Walaupun tidak lapar. Tapi kamu akan pergi bekerja nanti. Dan itu butuh tenaga untuk berpikir. Sarapan lah dulu. Itu akan membuat kamu jauh lebih bisa berkonsentrasi saat bekerja." bujuk Lino.






"Ck..., selain bodoh, apa kau juga tuli?! Aku bilang tidak lapar, jangan memaksa." Seungmin berdecak malas.







"Tapi, Seungmin...,"







"Tidak.., ya tidak. Sudah lah, aku akan pergi sekarang."







Seungmin melanjutkan jalan nya,menuju bagasi mobil.





"Tunggu, Seungmin!" pekik Lino yang ternyata menyusul nya ke bagasi.



"Apalagi?"




"Bawalah ini. Jika sekarang kamu belum lapar. Pasti nanti lapar kan. Bawalah ini untuk makan siang mu."





"Apa kau kehilangan akal? Kau menyuruh ku membawa benda seperti ini ke kantor? Apa kau ingin aku diremehkan orang lain, tak mampu bayar makan di restoran?"




"Bukan seperti itu maksud ku, Seung. Ta-tapi aku sudah memasak banyak untuk pagi ini. Sayang kalau tidak di makan. Tolong, bawalah. Lagipula apa salah nya membawa bekal masakan dari istri nya ke kantor? Itu tidak salah Seungmin. Aku membuatkan nya untuk mu." pinta Lino, berharap suami nya itu akan mengerti maksud nya.






"Apa aku menyuruh mu melakukan nya?"







"Ah.., itu."







"Tidak kan? Jangan bersikap sok di depan ku! Aku bukan kakek. Minggir sana, jika tidak ingin ku tabrak." kata Seungmin tajam.





Kemudian dengan tega nya ia pergi meninggalkan Lino sendiri yang hanya mampu menatap kepergian itu dengan kekecewaan.







Lino bersedih karena masakan yang ia buat dengan penuh cinta nya. Dengan harapan suaminya itu mau memakannya, malah ditolak mentah mentah.





"Paman, bibik." Panggil Lino kepada para pekerja rumah itu yang sekarang sedang berada di taman belakang membersihkan dedaunan.



"Iya, nyonya. Ada yang bisa kami bantu?" tanya para pekerja itu mendekat ke arah Lino.




"Masuk lah ke dalam. Ayo kita sarapan dulu. Aku memasak banyak hari ini. Aku tak kan sanggup menghabiskan nya sendiri."




"Bukankah Anda memasak itu untuk tuan muda. Tuan muda tidak suka sarapan bersama orang lain, nyonya." jawab si art yang telah paham kebiasaan si tuan muda.



"Seungmin sudah pergi ke kantor. Dia tidak mau sarapan terlebih dahulu." sahut Lino sedih.





Melihat raut sedih Lino, membuat para pekerja itu iba. Pasti Lino kaget dengan sikap tak berperasaan milik Seungmin. Tak mau membuat Lino bertambah sedih, para pekerja itu buru buru membereskan pekerjaan nya. Kemudian mereka segera melakukan apa yang Lino perintah kan.




"Kami akan segera menyusul, nyonya. Setelah kami selesai membereskan peralatan ini."



"Baiklah. Terima kasih, paman, bibik."



"Tidak perlu, berterima kasih, Nyonya."




TBC

faizahdj


Kobam sama kekiciw-an nya ino. 😭😭😭😭😭

 😭😭😭😭😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SHIyT (SeungKnow) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang