3

17 6 5
                                    

Aku berharap aku bisa memberitahu Alfea soal ini, juga memberitahumu. Aku terjebak dilingkaran waktu yang menyedihkan buatku. Aku tak tau bagaimana aku bisa masuk ke lingkaran waktu ini. Yang ku tau, aku hanya berjalan ke arah kantin. Tiba-tiba saja sekarang aku sudah berada di kafetarian kapal besar seorang diri.

Aku mendudukkan diriku yang sedang kalut ini disebuah kursi tak jauh dari jendela. Berusaha menghubungi salah satu dari kalian. Tapi nihil, tak ada sinyal atau sambungan apapun diponselku. Aku bersiap pasrah, tapi sebuah tangan gagah seseorang meraih pundakku dan membekap mulutku cepat.

"Disini tidak aman. Ayo ikut denganku." ucap lelaki itu

Aku hanya mengangguk dan mengikuti langkah kakinya. Lelaki itu membawaku kesebuah kamar di kapal besar ini. Sungguh, aku bahkan tak punya pikiran buruk saat ini. Aku hanya terus berusaha berpikir positif, siapa tau lelaki ini punya masalah yang sama denganku.

Dia membuka masker hitamnya dan kaca mata hitamnya. Lalu menanggalkan jasnya. Menatapku dengan senyum sempurna dari wajah tampannya. Wajahnya nampak seperti orang barat pada umumnya. Putih bersih dan sedikit bulu dibagian mulutnya.

Dia mendudukkanku dikursi yang mengarah ke jendela kapal. Lalu dia mendudukkan dirinya dihadapanku. Aku tak tau apa yang dia lakukan, tapi dia memainkan tangannya dengan aneh, setidaknya menurutku.

Aku terkejut saat beberapa cangkir teh dan tekonya berterbangan dengan rapi ke arah meja kami. Ya, mereka benar-benar mengikuti arah tangan lelaki dihadapanku. Dia bahkan tak menyentuh gelas itu dan hanya menuangkan tehnya dengan arahan tangannya.

Aku masih membungkam mulutku dengan kedua tanganku. Aku benar-benar tak mengerti. Dia kemudian menyodorkan cangkir teh padaku dengan tangannya, bukan dengan kekuatan telekenesisnya. Aku tau, setidaknya aku penggemar fantasi. Aku hanya berusaha terlihat normal dan mengangguk, lalu menerima cangkir itu.

"Aku tau, kau juga punya sesuatu dalam dirimu yang seperti ini kan?" tanyanya dengan senyum aneh

Aku refleks menyemburkan teh yang aku minum dan lelaki itu juga dengan refleks mengarahkan tangannya kearahku untuk membuat semburan air teh itu tak mengenai baju mahalnya. Kami saling pandang beberapa saat. Dia bilang, namanya Sky. Hanya Sky.

Aku mengangguk mengerti dan meminta maaf atas kesalahanku barusan. Dia hanya mengatakan tidak apa dan juga menyenyumi diriku. Selanjutnya, dia mencoba menanyaiku tentang diriku, seperti namaku, kenapa aku bisa tersesat dan apa kekuatanku.

Seperti yang Alfea katakan padaku. Aku hanya perlu diam. Alfea dan dirimu akan mengahadapi semuanya selagi masih dalam batas kekuatan kalian. Aku tidak tau kenapa tapi aku terbiasa dengan kalian, bahkan sejak aku belum dilahirkan.

Lelaki itu kembali menanyaiku hal yang sama dan aku kembali kepada lamunanku. Seperti haruskah aku memberitahunya kalau aku tersesat, siapa namaku, dan bagaimana aku bisa disini? Tapi lagi-lagi pikiran tentang ucapan kalian berdua sore itu menyadarkanku.

"Diam di tempatmu! Jangan lakukan apapun! Selagi kami bisa, kami akan menghandlenya." ucap Alfea

"Kalian yakin?" tanyaku

"Kau tau batas kami." ucapmu saat itu

"Hei! Kau tidak mengingat apapun? Baiklah! Tak apa" ucap lelaki itu

"Aku, iya. Aku lupa, beberapa hal saat aku sampai disini" ucapku

"Oh, Stella pasti menyulitkanmu disana" ucapnya

"Stella?" tanyaku bingung

"Oh! Kau tidak tau dia, tapi kau pasti tau m,-"

"Anthea!"

"Mark?" ucapku bingung
***

Hi,Sama seperti tag-nya.

Ini adalah kisah yang ditulis berdasarkan mimpi Author pasca Author nonton The Fate Of Winx Saga series di Netflix.

Author sering banget mimpi ya? Iya, hampir tiap hari mimpi. Jadi alam bawah sadar Author selalu On. Makanya agar tidak overload, munculah cerita ini di Wattpad.

Kalau kalian nemu book ini, aku mau berterimakasih banget ke kalian. Apalagi yang sudah baik hati mau membaca dan menekan tombol bintang kecil *

Sayang readers banyak-banyak :*

Dream | TheA: Bloom's Circle✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang