🌻9🌻

14 7 0
                                    

"Nyatanya sulit memilih,
antara bertahan dan melepaskan."

🌻🌻🌻

Aldan berdecak kesal ketika Syakira tidak bisa ia hubungi, sudah kesekian kalinya ia menelepon gadis itu tapi hanya suara operator yang ia dengar, tak ada cara lain selain menghubingi Lisa Mama Syakira. Ia  segera mencari nomor Lisa lalu menekal tombol memanggil di layarnya, ia menunggu dengan harap-harap cemas.

Dan berhasil suara Lisa terdengar diseberang sana, tapi ada nada kekhawatiran yang terpancar dari suara wanita paruh baya itu.

Halo Tante

Aldan bantu Tante, penyakitnya Syakira kambuh lagi

Demi apapun ketika mendengar penyakit Syakira kambuh lagi, dada Aldan rasanya bergemuru ia mencoba mengatur deru napasnya yang memburu.

Iya Tante tenang ya, Aldan bakalan kesana. Aldan minta tolong ke Tante buat bilang ke Om damar tenangin Syakira ya.

Iya Aldan, kamu cepat kesini ya

Sambungan telepon itu mati begitu saja, tubuh Aldan seketika lemas dua orang yang ia sayangi saat ini lagi mengalami kesusahan.

"Bunda, Aldan izin ke rumah Syakira ya. Penyakit dia kambuh lagi." Delastri yang melihat raut wajah khawatir dari anaknya langsung mengangguk.

"Tapi Bunda nggak papa kan Aldan tinggal? apa perlu Aldan telepon Arfan buat jagain bunda ya." Bundanya menggeleng.

"Nggak usah Bunda bisa jaga diri sekarang kamu ke rumah Syakira ya, dan jangan lupa sampain salam ke Lisa." Aldan mengangguk ia buru-buru keluar dari kamar Bundanya, dan mengambil kunci di bufet.

"Mau kemana kamu!" Suara bariton itu mengintrupsi pergerakannya, tanpa menoleh ia menjawab.

"Bukan urusan anda." Aldan berlalu dan langsung memasuki mobilnya.

Rasanya ia masih belum sanggup melihat kondisi Syakira nanti. Bahkan saat di perjalanan menuju rumah Syakira perasaannya di landa kecemasan.

Mobil yang ia tumpangi berhenti tepat di depan rumah Syakira, Aldan segera turun. Langkah kakinya perlahan berjalan ke arah pintu rumah, disana ia bisa mendengarkan jeritan histeris dari Syakira, rasa pilu di dadanya kian membunca.

"Ini nggak mungkin, gimana bisa aku nggak percaya sama kenyataan!!" Teriakan Syakira menggema di indra pendengaran Aldan, ia segera masuk kedalam rumah dan menghampiri Syakira yang berada di dalam kamar.

"Sya, buka ini gue Aldan." Aldan berusaha mengetuk pintu kamar Syakira, tapi yang ia dapat hanya teriakan dari gadis itu.

"Pergi!! Gue gak mau di ganggu!"

"Aldan, tolong bantu tante ya, tante takut Syakira kenapa-napa." Elsa menatap Aldan dengan pandangan memohon.

"Iya Tante, oh iya Aldan minta kunci cadangan buat buka pintu kamarnya Syakira boleh?" Elsa mengangguk, lalu ia segera mengambil kunci itu di bufet dekat kamarnya Syakira.

Tak butuh waktu lama, Elsa datang tergopoh-gopoh dan menyerahkan kunci itu ke tangan Aldan. "Ini kuncinya." Aldan mengangguk lalu segera membuka pintu itu dan yang pertama kali ia liat kamar Syakira berantakan gadis itu duduk di sudut kamarnya.

Syakira nampak tak baik-baik saja, Aldan segera menghampiri gadis itu. "Sya, ini gue Aldan." Ujar Aldan dengan nada lirih.

"Kenapa harus lo, kenapa bukan Aksa yang kesini!!" Teriakan itu sukses membuat dada Aldan sakit.

"Gue mau Aksa, bukan lo Aldan!!" Bagi Aldan tak di harapkan oleh gadis itu adalah sebuah kepahitan sendiri direlung hatinya.

"Tapi gue mau buat lo sembuh Sya."

"Gue gak mau, mending lo pergi." Ujar Syakira menatap Aldan penuh kebencian.

"Aksa kamu dimana, aku rindu." Gadis itu terisak lalu tertawa, seperti orang gila.

"Sya udah ya, gue ada di sini buat nemenin lo." Aldan berusaha merengkuh tubuh Syakira, meskipun hatinya sakit tapi ia tidak egois perihal masalah ini.

"Kenapa ini semua terjadi sama gue Al, kenapa apa gue gak pantes bahagia." Air mata Syakira mengalir membasahi pipi.

"Lo pantes bahagia Syakira, gue yakin itu." Syakira menggeleng ke-arah Aldan.

"Tapi kenapa gue sakit Al, kenapa gue nggak bisa hidup normal gue Gila." Syakira menekankan kalimat 'Gila' di akhir pembicaraannya. Gadis itu tertawa miris.

Aldan tak tega melihatnya, ia jadi mengingat keadaan Bundanya di masalalu masa dimana perbuatan bejat Ayahnya terus menggerogoti hatinya.

"Sekarang lo minum obat ya, biar lo bisa tenang nggak histeris lagi." Lagi-lagi Syakira menggeleng.

"Sya inget, kesehatan lo lebih penting dari apapun. Aksa nggak mau kalau liat lo sakit kayak gini." Sedikit demi sedikit Syakira mulai melunak dengan ucapan Aldan.

"Tapi kenapa bukan Aksa yang kesini." Ujar Syakira sambil menatap ke-arah Aldan.

"Dia lagi sibuk Sya, nggak bisa di ganggu." Lagi-lagi Aldan harus membuat Alibi agar Syakira tidak memikirkan tentang laki-laki itu.

"Sekarang minum obat ya, tuh liat kasian orang tua lo." Aldan menunjuk ke-arah Elsa dan Damar yang melihat kondisi Syakira dengan pandangan prihatin.

Usaha Aldan untuk membujuk Syakira ternyata membuahkan hasil, gadis itu meminum obatnya walaupun dengan paksaan. Setelah meminum obat tadi Syakira tertidur dengan pulas, Aldan menatap wajah cantik Syakira. Semakin hari wajah Syakira terlihat pucat pikirnya.

Apakah pengaruh Aksa terlalu besar untuk gadis itu pikir Aldan, rasanya Aldan ingin sekali melindungi gadis itu tanpa bayang-bayang Aksa di pikiran Syakira, sulit sekali rasanya.

"Aldan." Panggilan Elsa membuatnya menoleh.

"Tante cuman mau ngucapin, terima kasih, terima kasih atas semua kebaikan kamu dalam menjaga Syakira beberapa Tahun belakangan ini." Aldan tersenyum ke arah Elsa.

"Iya Tante sama-sama, Aldan juga seneng bantu buat penyembuhan Syakira."

"Om juga berterima kasih ya sama kamu, maaf jadi ngerepotin." Aldan mengangguk, lalu ia beranjak dari duduknya.

"Om, Tante Aldan pamit dulu ya, sudah malam kasian Bunda sendirian dirumah. Oh iya tadi Bunda nitip salam buat tante." Elsa tersenyum hangat menatap Aldan.

"Iya Aldan, bilang ke Bunda kamu ya suruh jaga kesehatan jangan terlalu banyak mikir." Aldan mengangguk lalu ia mencium kedua tangan orang tua Syakira.

Di perjalanan pulang Aldan di rundung rasa yang ia selama ini rasakan, setiap hari perasaannya kepada Syakira semakin besar, ingin rasanya Aldan memiliki gadis itu sepenuhnya tapi semua itu terasa mustahil.

"Sya lo tau nggak sih gue itu selalu berdoa kepada Tuhan, biar bisa bersatu sama lo."

"Gue selalu minta buat bisa deket sama lo, tapi semesta nggak ngabulin permintaan gue."

"Gue selalu sakit hati saat nama Aksa selalu lo sebut, tapi gue nggak bisa protes apa-apa." Lirih Aldan pilu.

"Gue yang selalu menderita karena bokap gue dan gue juga menderita karena cinta."

"Apa sesakit ini bertahan saat logika ingin gue pergi jauh." Aldan berusaha mati-matian untuk mengubur rasa sakitnya.

Tapi mengapa seolah semesta menghukumnnya untuk tidak bisa merasakan kebahagiaan.

***

Jgn lupa pencet bintang di bawah pojok😌
up nya rada ngaret nih wkwk😭😂

Regret [ Telah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang