Rencana di dalam rencana

608 73 3
                                    

"Waktu itu kamu nyariin Chaehyun. Trus kamu kayaknya juga sempet liat aku keluar dari sana"

Aduh kapan itu ya tanya batin Karina bingung.

.

"Emang pernah ya?" Tanya Karina bingung

"Tu kan gak inget padahal first impression itu" ucap Winter sambil berlalu

"Eh kok ditinggal sih, tungguin napa" Karina segera mengejar langkah winter.

"Itu kaki langkahnya lebar amat sih" kata Karina lirih sambil memperhatikan langkah kaki Winter.

"Aku denger loh" ucap Winter tanpa menoleh kebelakang.

"Kalo denger ya dipelanin dong, tau aku tu kalo kaki kamu panjang" Karina merengut.

"Iya deh"

Sepanjang jalan mereka mengobrol, mengundang tatapan penuh tanya dari para murid yang lain.

Setelah berjalan beberapa menit akhirnya mereka pun berhenti di depan sebuah pintu, yang bagian depannya memiliki pin seperti di apartemen.

"Eh, kok berenti. Disini kah?" Winter tersenyum dan mengetik pin sandi tanpa peduli jika Karina akan melihat.

Sedangkan Karina menoleh menatap wajah santai Winter.

Ceklek

"Ayo masuk, malah jadi palang pintu disitu" sahut Winter yang mengejutkan Karina.

"Emang siapa yang mau kawin?" Tanya Karina kesal.

"Nikah Rin bukan kawin, emang kucing kawin"

"Win ih" rengek Karina kesal

"Ahahaha iya maaf oke, silahkan masuk sayangku" Winter memutar tangannya dan bersikap hormat seperti pengawal ratu Eropa ( dengan kepala tertunduk dengan tangan ada di perut dan yang satunya menunjuk ke arah dalam ruangan ).

"Malu Win ih, cepet masuk" ditariknya tangan Winter dan dengan 'BRAK' pintu tertutup sepenuhnya.

.

Ditempat lain beberapa orang tengah berkumpul disebuah ruangan VVIP khusus restoran. Dari wajah mereka diyakini jika mereka tengah merencanakan sesuatu.

"Bagaimana semuanya sesuai rencana kan" dari suaranya kita tau itu adalah suara seorang wanita dewasa.

"Iya, dia melakukannya dengan sangat baik" sahut suara lain yang juga terdengar seperti suara lelaki dewasa lainnya.

"Tapi apakah cara ini akan benar-benar berhasil, aku takut jika kita gagal konsekuensinya akan buruk"  wanita yang lain.

"Jangan berfikir buruk dulu, kita harus yakin jika mereka bisa melakukannya. Semuanya harus terlihat natural agar lebih mudah untuk langkah selanjutnya" sahut lelaki tertua diantara mereka.

"Benar, anakku sangat pintar jadi aku sangat mempercayainya. Ah iya kita juga bisa melanjutkan rencana selanjutnya" lelaki dewasa yang lain berujar sambil menatap pesan pada ponselnya

.

Happy reading.

Tolong hargai penulis dengan vote cerita.

Semakin banyak vote, maka cerita akan terus berjalan

Salam dari author yang ada di pojokan kamar

Bye

BEAUTIFUL FEELING (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang