Jaemin terlihat memejamkan matanya sepanjang hari, dirinya hanya berada di ruang kelas. Nancy dan Somi yang melihatnya hanya dapat menatapnya miris, Jaemin terlihat seperti orang yang tidak tidur selama seharian penuh.
"Lo kenapa sih? Lemes amat," ujar Somi sembari menatap Jaemin yang sedang menenggelamkan kepalanya di antara kedua lengan yang dia silangkan di atas meja.
"Semalem gak bisa tidur," balasnya dengan suara yang terdengar pelan.
"Kenapa bisa gitu?" Nancy bertanya lalu mengelus kepala Jaemin. Jaemin tidak memberontak karena sudah biasa ketika kedua gadis itu bermain dengan rambutnya yang bisa dibilang sangat halus.
"Enggak tau."
Di bangku sebelah, Jeno mendengarkan percakapan mereka sembari membaca komiknya. Ah dia jadi merasa bersalah. Tak lama kemudian Nancy dan Somi melangkah pergi keluar kelas, dengan cepat Jeno menghampiri Jaemin dan menyelimutinya dengan jaket.
Jaemin terbangun dan melihat ke belakang. Itu si sialan yang meninggalkannya hingga dia pulang sendiri dan si sialan yang tidak mau menemaninya tidur. Dia menatap lelaki itu sinis dan melempar jaket ke arah mukanya.
"Gak usah sok-sok an kasih gue jaket!"
"Lo semalem enggak tidur?"
"Menurut lo?" balasnya dengan ketus, Jaemin sangat ingin mencakar wajah laki-laki yang ada dihadapannya sekarang.
"Hehe, maaf." Jeno tersenyum kikuk.
"Pret."
Tentang Jaemin, ketika dia tidak bisa tidur maka harus ada seseorang yang menemaninya, bisa siapa saja. Namun karena Haechan yang kalau malam bilangnya tidur- padahal setelah mematikan ponselnya dia lanjut bermain game dan Renjun yang memang sudah tidur dari pukul sepuluh malam membuat Jaemin mau tidak mau menyuruh Jeno untuk menemaninya karena hanya Jeno, orang yang cukup dekat dengannya (walaupun sebenarnya ogah mengakui bahwa mereka berdua dekat) dan suka begadang.
•••
Kantin bagaikan lautan manusia, sangat ramai dan semua murid berdesakan. Meja pun juga hampir penuh.
Jaemin dan Yuna sudah terlanjur membeli makanan tetapi tidak menemukan meja yang kosong, sedangkan sekolah tidak memperbolehkan murid makan di kelas. Tak jauh dari tempatnya berdiri, terlihat Jeno dan Heejin sedang duduk bersebelahan, hanya berdua saja dan bangku di depan mereka masih kosong.
"Apa kita gabung sama mereka aja ya kak?" Tanya Yuna pada Jaemin yang masih sibuk mencari meja kosong sembari menunjuk meja itu. Tatapan Jaemin langsung terpaku pada Jeno yang juga sedang menatapnya. Ingin dirinya menolak tapi mau bagaimana lagi, kantin malah semakin penuh.
"Yaudah yuk." Mereka berjalan menghampiri meja Jeno.
"Permisi, kita boleh gabung? Soalnya kantin udah penuh," ucap Jaemin dengan ramah.
"Hai Jaem, boleh kok." Jeno tersenyum.
"Makasih, sini duduk Yuna."
Lucunya, padahal Jaemin tak suka dengan Heejin dan Jeno pun tidak suka dengan Yuna. Namun mereka malah terlihat seperti couple yang sedang double date.
"Kak Jaemin, buka mulutnya, mau aku suapin." Jaemin yang mendengarnya langsung membuka mulutnya dan tersenyum manis ke Yuna, tidak peduli dengan kedua orang di hadapan mereka.
Tidak mau kalah, Heejin pun juga melakukan hal serupa. "Jeno, sini aku suapin." Jeno mendelik dan menatap tajam ke arah Heejin. Namun dia tetap membuka mulutnya, lebih tepatnya terpaksa karena kedua orang di depannya kini tengah menatap dan memperhatikan dirinya serta Heejin.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate You, But I Love You | nomin
Fanfiction✧ Sebuah kisah tentang Jeno dengan Jaemin yang selalu ribut dan adu bacot 24/7. Tentang mereka yang merasakan adanya perasaan yang timbul, tetapi terlalu malu untuk mengakuinya "Cih, you're annoying!" "I know and I love you." Harsh words! NoMin! B×B!