1.4K 173 9
                                    

"Lo kenapa menyedihkan begitu?" Tanya Haechan asal pada Jeno dan tidak dijawab. Sedari tadi dia melihat Jeno yang tingkahnya seperti sad boy padahal setahunya Jeno tidak memiliki crush.

Jeno dan Haechan merupakan anggota club basket dan cukup akrab. Walaupun sebenarnya mereka sudah kelas 12—yang lebih dianjurkan untuk fokus belajar, tetapi untuk semester satu ini mereka masih diperbolehkan untuk mengikuti kegiatan club yang ada. Jeno dan Haechan juga bukan anak rajin, jadi dibanding harus belajar lebih baik mereka bermain basket yang tentu saja lebih seru bagi mereka.

Jeno sedang terduduk di pinggir lapangan, beristirahat sambil melihat ke arah kumpulan anak cheers. Tetapi Jeno tampak menyedihkan di mata Haechan, entahlah dia seperti lesu.

"Lu punya crush anak cheers?" tanya Haechan yang dijawab gelengan oleh Jeno.

Haechan berpikir. "Jangan-jangan lu punya pacar terus pacar lo selingkuh ya?!"

Jeno menghela napas. "Sini deh Chan, deketan sama gue." Haechan duduk dan mendekat di samping Jeno. "Kenapa?" Kemudia Jeno menyentil jidat Haechan dengan cukup kuat. "Ah sakit anjir," gaduhnya.

"Makanya jangan aneh-aneh."

"Iya-iya, lagian lo sebenernya lagi liatin siapa sih?"

"Gak tahu," balas Jeno seadanya. Haechan mendengus kasar, Jeno sangat tidak jelas—begitulah pikirnya.

Asal kalian tahu saja dia tidak tertarik dengan anak-anak perempuan disana, matanya hanya tertuju pada sesosok yang daritadi tertawa dan tersenyum bersama anggota cheers yang lainnya. Ya sosok itu adalah Jaemin. Sekarang sedang tersenyum manis, sayangnya bukan untuk Jeno melainkan untuk Yuna.

Entah kenapa dirinya merasa jengkel karena atensi itu bukan untuknya. Lagipula kenapa Jeno jadi berpikiran seperti ini? Sangat aneh, Jeno merasa ini bukan seperti dirinya. Dia segera bangun dan berjalan menghampiri Jaemin.

Seketika semua pandangan anak cheers fokus pada Jeno. Rambutnya yang agak basah dengan mengenakan headband, lengan kausnya yang dia gulung sampai memperlihatkan ototnya yang belum terbentuk sempurna, dan keringat yang masih tampak pada lehernya. Tentu saja semua anak perempuan disana menjadi terpana.

Jaemin dan Yuna masih asik mengobrol mengabaikan Jeno yang sedang berdiri di depan mereka. Baiklah Jeno mendapat ide dan akan memulai aksinya. Dia melihat botol minum Jaemin dan mengambilnya lalu meninumnya dengan santai, bibirnya menyentuh tepian ujung botol itu. Jaemin melihatnya dengan tatapan aneh, padahal setahunya Jeno juga memiliki botol minum. Yuna juga ikut memandang Jeno.

Beberapa detik kemudian Jaemin mengabaikan Jeno dan kembali mengobrol dengan Yuna. Jeno jadi penasaran sedari tadi tampaknya mereka asik sekali, akhirnya dia menggeser tubuhnya lebih dekat dan ikut menimpali obrolan anak cheers yang lain sembari menguping pembicaraan Jaemin dan Yuna—dapat terdengar karena memang volume suara mereka tidak terlalu kecil.

"Itu temen kakak kan?" tanya Yuna sambil menunjuk Jeno.

"Gak tahu."

"Ih," cibirnya. "Yaudah tadi kita omongin apa sih kak? Aku kok jadi lupa ya."

"Em sampai anak kelas kamu ada yang aneh."

"Oh! Iya-iya! Sebenernya gak aneh sih cuman ya gimana ya. Pokoknya temen sekelasku tuh ada yang pacaran, tapi masalahnya mereka sama-sama cowok!" Yuna jadi heboh sendiri.

"Loh? Bukannya memang ada anak sekolah yang kayak gitu?"

"Iya sih, tapi aku gak nyangka aja ada di kelas aku."

"Terus kenapa?"

"Ya enggak kenapa-napa, anak-anak sekelas juga pada biasa aja."

Mereka hidup di dunia yang masih tidak menganggap hubungan sesama jenis tapi mereka nyata adanya. Di sekolah mereka pun demikian, para murid tidak terlalu peduli dengan orientasi seksual seseorang tetapi tetap saja ketika ada yang berpacaran maka akan tersebar kemana-mana dan sementara menjadi topik pembahasan semua orang.

I Hate You, But I Love You | nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang