3 - Cuma Teman

35 4 0
                                    

—Arganta Dejuna—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Arganta Dejuna—







Dejun berbaring di sisi tempat tidurnya, ia masih memikirkan kejadian yang ia lihat di lapangan basket sekolah. Kenapa Arata bisa seceria itu di samping Dirga?

Yang di fikirkan malah menelfon, terperanjat dari duduk meraih ponselnya diatas nakas.

Arata Gracia - Calling

"Jun"

"H-hallo Ra, ada apa?"

"Nanti bisa ke rumah gw nggak? Ada kue buat lo"

"Kue? Lo bikin kue?"

"Iyaaa"

"Okee ashiap otw"

Arata mematikan telfonnya, Dejun menyahut jaket di lemari lalu pergi ke rumah Arata. Entah kenapa walau hanya kue untuknya, Dejun merasa ini hal yang spesial.

Sementara Hendery.

"Tutt... Nomer yang anda tuju tidak aktif, tekan 1 untuk meninggalkan pesan suara"

Mobil Hendery berhenti di depan gerbang rumah Arata. Ia menelfon agar Arata keluar karna ia datang.

"Duh kemana ni anak"

Akhirnya, Hendery masuk dan mengetuk pintu rumah. "Yaa... Sebentar" Terdengar suara perempuan dari balik pintu menghampirinya.

Pintu terbuka oleh Arata, mengenakan sweater merah dengan rambut terikat berantakan. Sepertinya habis beres beres rumah.

"Wah kebetulan lu yang dateng"

"Nih bukunya"

Hendery memberikan kantong plastik buku Arata, bakso dan donat yang tadi ia beli

"Masuk dulu"

"Gw buru buru Ra, nggak enak ah."

"Ini sekalian ada lu ke rumah ada yg mau gw kasih ke lu"

"Yaudah apaan?"

"Gw bikin kue di dalem makannya masuk ae dulu"

"Iya dah"

Arata mempersilahkan Hendery masuk. Rumah terlihat sepi.

"Mama kemana Ra?"

"Lagi arisan, baru aja berangkat"

"Owhh bang Dion blom balik?"

Dion adalah kakak laki laki Arata yang berkuliah di Belanda, Hendery kenal dekat dengan sosok abang Arata ini.

"Nggak jadi pulang bulan ini, bisa jadi bulan depan"

"Owhh"

Hendery mengikuti Arata menuju dapur.
Wanita itu membuka kantong plastik bakso dan donat di meja makan.

"Wihhh bakso beli dimana der?"

"Di samping toko buku"

"Owhh.. Si Reyhan gimana jalan sama lu?"

"Ya gitu anaknya malu malu kodok"

"Njahh kodok."

Arata tertawa dengan tangannya yang sibuk membuka uku gw berapa?"

"Gk tau tadi gk liat bonnya" Hendery merogoh saku celana untuk mengambil dompet.

"Lu belanja banyak amat"

"Nggak ah cuma buku sama stabilo lu sama si Reyhan"

"Nih makan bareng gw aja yok"

Arata mengambil mangkok untuk makan bakso berdua dengan Hendery.

"Kue yang lu bikin mana?"

"Nanti dulu kuenya masih panas baru gw angkat dari oven soalnya temenin gw makan bakso dulu"

"Nggakk biar masih anget gw mo makan kue"

Hendery berdiri dari kursi meja makan ke arah oven. Menengok seloyang kue beruap hangat di dekat oven. Hendery mengambil sarung tangan memindahakan loyang ke meja makan.

"Jangan deket deket situ der, panas"

"Iyaa gw cuma mindahin loyang"

"Hmm, makasih ya udah beliin gw bakso lo temen gw yang paling ganteng deh
kek sekuteng nggak mateng"

Tak!
Hendery menaruh loyang panas di meja makan.

"Lu anggep gw temen lu?"

Kata kata Hendery tak tertangkap jelas di telinga Arata, ia menoleh kearah Hendery

"Apaan Der, tadi lu ngomong apaan?"

"Lu anggep gw sebagai teman?"

"Yaiyalah emang kenapa?"

"Nggak apa apa kok."

Hendery kembali duduk di kursi meja makan. Memperhatikan semua gerakan Arata yang sibuk menuang bakso ke dalam mangkok. Wanita itu memakan bakso yang ia bawa dengan lahap. Hendery hanya diam, lagi lagi maniknya hanya menatap Arata tanpa memakan bakso hangat di depannya.

"Baksonya enak seperti biasa"

"Ya"

"Lu kenapa sih dari tadi ngeliatin gw mulu itu baksonya di makan der..."

"Iya"

Hendery mengambil sendok dan mulai memakannya. Tak lama, mereka selesai makan. Arata memotong kue yang ia buat, memberi seperempat kue untuk Hendery. Lelaki itu bersiap pulang, mengangkut kantong plastik berisi kotak kue buatan Arata untuknya.

Tiba tiba bel rumahnya berbunyi beberapa kali. Sang empunya rumah ingin pergi membukakan pintu, namun Hendery menarik lengan Arata.

"Gw aja yang buka sekalian pulang."

Hendery menahan Arata, lalu pergi ke depan membuka pintu. Arata pintu di buka oleh Hendery, ia cukup terkejut melihat tamu yang datang.


"Lha kok lo?"

ARATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang