5

433 65 35
                                    

Hari ini Kangmas Jay sibuk mengurus pekerjaan di kadipaten sehingga Ia tidak dapat menemani Wendy berkeliling seperti biasanya.

Raden Ayu meminta Wendy membantu di pendopo utama kediaman Tumenggung Gardapati melukis batik bersama beberapa murid milik Raden Ayu.

Gadis itu bersemangat namun saat tahu jika hari ini ia tidak akan bertemu dengan Kangmas Jay, seketika ia menjadi lesu. Tidak ada semangat dan ia menjadi tidak fokus. Apalagi Kangmas Jay pergi pagi-pagi sekali, bahkan sebelum ia datang dan menemui Wendy.

Sebuah helaan nafas terdengar, hari ini ia ingin menunjukkan bahwa selendang biru yang diberikan pada Wendy masih gadis itu kenakan dan jaga baik-baik. Selendang itu menjadi satu-satunya hal yang wajib ia kenakan ketika ia berpergian. Itu membuatnya merasa dekat dengan Raden Mas Jay.

Melihat murid kesayangannya nampak tidak semangat, Raden Ayu segera menghampiri Wendy yang hampir membubuhkan lilin secara berlebihan pada kain batiknya.

"Perhatikan lukisan batikmu, nona Wendy." Tegur Raden Ayu lembut memperingatkan, membuat Wendy menjadi salah tingkah.

"Baik, Raden Ayu."

"Kau bisa beristirahat jika memang perlu, nampaknya kau tidak terlihat baik-baik saja." ujar Raden Ayu khawatir. Namun, gadis itu tersenyum dan melanjutkan melukis batiknya.

Namun, karena tidak fokus, Wendy menumpahkan cairan lilin di samping seorang gadis cantik yang merupakan salah satu murid Raden Ayu. Mereka berdua terpekik.

"Aku minta maaf, aku benar-benar tidak sengaja." Sesalnya karena tidak fokus.

Gadis itu tersenyum lembut dan cantik.

"Tidak apa apa. Aku baik-baik saja." Sahut gadis itu ramah dan kemudian tertawa anggun, membantu Wendy membereskan tumpahan lilin yang berceceran disekitar lantai.

"Saya Swastika, Siapa namamu?" Tanya gadis itu memperkenalkan diri selagi membantu Wendy.

"Saya Wendy."

"Aahh... bukankah kamu putri Tuan Siwon Van de Meer?" Tanya Swastika antusias. Gadis itu mengiyakan.

"Kabar burung beredar bahwa putri Tuan Siwon Van de Meer sangat cantik, ternyata rumor tersebut benar. Kau sangat cantik." Puji Swasti. Wendy jadi salah tingkah, masalahnya ia melihat Swasti adalah orang yang ramah dan anggun.

Gadis itu sedikit minder, Swasti bagai seorang Putri. Bicaranya penuh wibawa, namun tatapan matanya yang cantik itu ramah pada siapa saja. Swasti terlihat anggun dengan pakaian kebayanya yang membentuk tubuhnya yang indah, namun tidak banyak bagian yang terbuka. Gadis itu memiliki kulit yang putih dan mata yang menyipit cantik dengan bulu mata yang panjang. Rambut gadis itu hitam kecoklatan tersanggul rapih dan cantik.

"Kau terlalu melebih-lebihkan. Kau adalah perempuan paling cantik yang pernah kutemui setelah Raden Ayu Gardapati." Puji Wendy.

Setelah membereskan lilin yang tumpah, mereka kemudian melanjutkan melukis batik yang sempat tertunda.

Wendy memperhatikan gerakan tangan luwes dan hasil lukisan batik yang indah. Raden Ajeng Swasti tampak lebih cantik ketika ia fokus untuk melukis. Wendy jadi bersemangat kembali membuat lukisan pada kain batiknya. Segera saja ia mengangkat cantingnya kemudian kembali melukis.

***

Kali ini ia tidak bisa memenuhi janjinya pada Wendy untuk membawanya ke kantor kadipaten sebab hari ini Jay sangat sibuk.

Sedari pagi banyak berkas-berkas yang tak kunjung selesai untuk diperiksa. Sebagai ketua tim pengawas perlengkapan dan kebutuhan bagi rakyat dan warga belanda yang tinggal, tentu saja ia harus mengecek dan mengawasi perbekalan yang datang ke kadipaten secara teliti. Salah-salah, ini akan merugikan pribumi sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

eaJpark x Wendy Red Velvet ; Wendy Van De MeerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang